Saturday, October 9, 2010

Re: [Milis_Iqra] Al-Qur'an dan 'Itrah Ahlul Baitku ...



2010/10/10 addin <addinkesmas@gmail.com>
Biar tambah fokus, mungkin mas Arman dan saudara/i lainnya bisa membantu menjelaskan tentang:

1. definisi ahlul bait yang dimaksud Rasulullah sallallahu alaihi wassallam,
2. siapa saja yg dimaksudkan dengan ahlul bait dimaksud,



[Arman] : Berikut untuk jawaban no. 1 dan no. 2


Secara bahasa atau etimologi, kata "Al-Ahlu" merupakan bentuk jamak yang berasal dari kata "Ahila" atau "Ya'halu" yang berarti menghuni suatu tempat. Arti dari istilah Bait sendiri adalah rumah. As-Sa'labi berkata seperti yang ada dalam Tafsir al-Qurtubi: 14. 182-183 : Mereka (Ahli Bait) tidak lain dari Bani Hashim. Ini menunjukkan yang dimaksudkan dengan perkataan Al-Bait (rumah) yang digandengkan pada istilah Al-Ahlu adalah "Baitunnasab" (rumah keturunan). Dengan demikian maka berdasar pemahaman ini, Keluarga Abu Thalib, keluarga Al-Abbas, bapak-bapak saudaranya dan anak-anak mereka serta yang memiliki kaitan nasab kepada mereka termasuk dalam kelompok Ahlul Bait Nabi. Meski demikian, perkataan Ahlul Bait (sering disebut dan ditulis juga dengan istilah Ahli Bait) tidak bisa hanya terbatas pada kelompok-kelompok diatas saja namun juga mencakup istri-istri  beliau Saw, dalilnya adalah karena al-Qur'an pernah menyinggung penggunaan istilah tersebut untuk menyebut istri-istri Nabi Ibrahim.

Qaalat yaa waylataa a-alidu wa-anaa 'ajuuzun wahaadzaa ba'lii syaykhan inna haadzaa lasyay-un 'ajiib(un). qaaluu ata'jabiina min amri (al)laahi rahmatu (al)laahi wabarakaatuhu 'alaykum ahla (a)lbayti innahu hamiidun majiid(un).

Artinya : Isteri (Ibrahim) berkata: "Sungguh mengherankan, apakah aku (masih) akan (bisa) melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan suamiku inipun dalam keadaan yang sudah tua pula? Sesungguhnya Ini benar-benar suatu yang sangat aneh." ; Para malaikat itu berkata: "Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? Rahmat Allah dan keberkatan-Nya dicurahkan atas kamu, Hai Ahlul Bait ! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah." (QS. Huud [11] : 72-73)

Dengan demikian, maka secara umum dapat dipahami bila yang dimaksud dengan Ahli Bait Nabi adalah siapapun orang yang merupakan keluarga dari Nabi Muhammad Saw dan terlebih lagi mereka tinggal dikediaman beliau. Termasuk para istri dan anak-anaknya serta orang-orang yang ada dalam asuhan beliau Saw. Kedalam kelompok umum ini maka kita bisa menyebutkan nama-nama Ahli Bait itu terdiri dari Khadijjah dan putera-puterinya, kemudian Ali bin Abi Thalib yang sejak kecil berada dibawah asuhan Rasul dan tinggal serumah dengan beliau, semua istri-istri beliau diluar Khadijjah serta keluarga-keluarga beliau lainnya yang masih berhubungan darah secara silsilah dan dekat dengan beliau seperti Hamzah bin Abdul Mutthalib dan Ja'far bin Abu Thalib r.a. 




Menyangkut ahli baitnya tersebut, Rasulullah SAW diriwayatkan pernah membacakan surah al-Ahzab ayat 33 atas diri mereka malah sejumlah sebagian ulama ada yang menyebutkan bila asbabun nuzul atau latar belakang turunnya ayat tersebut memang diperuntukkan bagi ahli bait Rasul.  

Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih¬bersihnya. -Qs. 33 al-Ahzab :33 

Al-Hakim misalnya, dalam kitab beliau yang berjudul "al-Mustadrak 'ala ash-Shahihain fi al-Hadis" jilid 3, hal 197¬198 menyatakan turunnya ayat ini kepada Ali bin Abu Thalib, Fatimah Az-Zahrah, Hasan dan Husein. Demikian juga pendapat dari Ibnu Hajar dalam kitab "Ash-Shawa'iq" mengatakan, "Sesungguhnya mayoritas para mufassir mengatakan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Ali, Fatimah, Hasan dan Husein." ; Sejumlah hadis yang berkaitan dengan surah al-Ahzab ayat 33 diataspun memang mengindikasikan demikian, diantaranya : 

"Dari Abdullah bin Ja'far bin Abu Thalib berkata, 'Ketika Rasulullah SAW memandang kearah rahmat yang turun, Rasulullah SAW berkata, 'Panggilkan untukku, panggilkan untukku.' Shafiyyah bertanya, 'Siapa, ya Rasulullah?!' Rasulullah menjawab, 'Ahlul Baitku, yaitu Ali, Fatimah, Hasan dan Husein.' Maka mereka pun dihadirkan ke hadapan Rasulullah, lalu Rasulullah SAW meletakkan pakaiannya ke atas mereka, kemudian Rasulullah SAW mengangkat kedua tangannya dan berkata, 'Ya Allah, mereka inilah keluargaku.' Lalu Allah SWT menurunkan ayat 'Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlul Bait, dan mensucikan kamu sesuci-sucinya." ; al-Hakim menyatakan sanad dari hadis ini shahih. 

Al-Hakim meriwayatkan hadis serupa juga dalam kitabnya yang sama tapi dari jalur sanad Ummu Salamah yang berkata, "Di rumah saya turun ayat yang berbunyi 'Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlul Bait, dan mensucikan kamu sesuci-sucinya'. Lalu Rasulullah saw mengirim Ali, Fatimah, Hasan dan Husein, dan kemudian berkata, 'Mereka inilah Ahlul Baitku.'" Kemudian, al-Hakim berkata, "Hadis ini sahih menurut syarat Bukhari." Di tempat lain al-Hakim juga meriwayatkan hadis ini dari Watsilah, dan kemudian berkata, "Hadis ini sahih menurut syarat mereka berdua." 

Imam Muslim dalam kitab shahihnya mengenai keutamaan ahli bait, meriwayatkan hadis ini dari jalur 'Aisyah r.a, yang berkata, "Rasulullah SAW pergi ke luar rumah pagi-pagi sekali dengan mengenakan pakaian (yang tidak dijahit dan) bergambar. Lalu Hasan bin Ali datang, dan Rasulullah SAW memasukkannya ke dalam pakaiannya; lalu Husein datang dan Rasulullah SAW memasukkannya ke dalam pakaiannya; lalu datang Fatimah, dan Rasulullah SAW pun memasukkannya ke dalam pakaiannya; berikutnya Ali juga datang, dan Rasulullah SAW memasukkannya ke dalam pakaiannya; kemudian Rasulullah SAW berkata, "Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlul Bait, dan mensucikan kamu sesuci-sucinya." 

Disisi lain, surah al-Ahzab ayat 33 mengenai pensucian ahli Bait dalam skala khusus dari berbagai riwayat terkait, hanya memperlihatkan kepada kita tentang rujukan yang jelasnya terhadap Fatimah az-Zahrah, Ali bin Abu Thalib serta kedua putera mereka, Hasan dan Husein.

Yazid bin Hayyan berkata, "Aku pergi kepada Zaid bin Arqam bersama Husain bin Sabrah dan Umar bin Muslim. Setelah kami duduk, Husain berkata kepada Zaid bin Arqam, 'Hai Zaid, kau telah memperoleh kebaikan yang banyak. Kau melihat Rasulullah, kau mendengar sabda beliau, kau bertempur menyertai beliau, dan kau telah shalat dengan diimami oleh beliau. Sungguh kau telah memperoleh kebaikan yang banyak. Karena itu, sampaikan kepada kami hai Zaid, apa yang kau dengar dari Rasulullah!'". Kata Zaid bin Arqam, "Hai kemenakanku, demi Allah, aku ini sudah tua dan ajalku sudah semakin dekat. Aku sudah lupa sebagian dari apa yang aku dengar dari Rasulullah. Apa yang bisa aku sampaikan kepadamu terimalah dan apa yang tidak bisa aku sampaikan kepadamu janganlah kamu memaksaku untuk menyampaikannya. Rasulullah Saw berdiri dan berkhutbah dihadapan kami dekat suatu sumur air yang dinamakan Khum, antara Mekkah dan Madinah. Lalu beliau memuji dan menyanjung Allah memberikan pelajaran dan peringatan. Kemudian beliau mengucapkan : "Adapun kemudian dari pada itu ketahuilah hai orang banyak, sesungguhnya aku ini hanyalah seorang manusia yang sudah dekat datang utusan Tuhanku dan nanti kupenuhi. Aku meninggalkan untuk kamu dua yang berharga, yang pertama kitab Allah, didalamnya bimbingan dan cahaya yang terang. Sebab itu ambillah kitab Allah dan berpegang teguhlah kepadanya !", Beliau menganjurkan dengan kitab Allah dan menumbuhkan keinginan untuk mengamalkannya. Kemudian beliau bersabda lagi : "dan Ahli Baitku, aku peringatkan kepada kamu perintah Allah tentang Ahli Baitku, aku peringatkan kepada kamu perintah Allah tentang Ahli Baitku." (HR. Muslim)

Begitupun dalam lanjutan riwayat Imam Muslim dari Zaid bin Arkam, disebutkan pula pertanyaan Husain bin Sabrah terhadap Zaid : "Siapakah Ahli Bait beliau, wahai Zaid ? Bukankah istri-istri beliau termasuk Ahli Baitnya ?", Zaid menjawab : "Istri-istri beliau memang termasuk Ahli Baitnya. Tapi Ahli Bait beliau (sesungguhnya) adalah siapa yang tidak diperbolehkan menerima sedekah sepeninggal beliau (Nisa uhu min ahli bayti walakin ahlu baytihi man hurrimas shodaqoh ba'dahu). Tanya : "Siapakah mereka itu ?", Zaid menjawab : "Mereka adalah keluarga Ali, keluarga Aqil, keluarga Ja'far dan keluarga Abbas". Tanya, "Semua orang-orang itu tidak diperbolehkan menerima sedekah ?". Jawab : "Ya". (HR. Muslim)

"Sesungguhnya sedekah itu tidak pantas bagi keluarga Muhammad." (HR. Muslim)

Di dalam Sahih Turmudzi, Musnad Ahmad, Musnad ath-Thayalisi, Mustadrak al-Hakim 'ala ash-Shahihain, Usud al-Ghabah, tafsir ath-Thabari, Ibnu Katsir dan as-Suyuthi juga shahih Muslim disebutkan bahwa Rasulullah Saw mendatangi pintu rumah Fatimah selama enam bulan setiap kali keluar hendak melaksanakan shalat malam dengan berseru, "Shalat, wahai Ahli Bait. 'Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlul Bait, dan mensucikan kamu sesuci-sucinya".

Oleh karena itu juga, melalui berbagai hadis yang sudah kita sebutkan dibagian atas kita bisa menyimpulkan bila Ahli Bait Nabi dalam arti khusus dan terutama adalah anggota keluarga Nabi Muhammad Saw yang disebutkan haram menerima zakat seperti keluarga Ali dan Fatimah beserta putra-putra mereka (Hasan dan Husain) serta keturunan mereka. Juga keluarga Abbas bin Abdul-Muththalib dan keluarga Ja'far serta keluarga Aqil bin Abu Thalib yang masih bersaudara dengan Ali, yaitu merupakan putra-putra Abu Thalib (paman Nabi Muhammad). 



 
3. Seperti apa akidah ahlul bait, dan apakah ahlul bait tidak menerapkan sunnah Rasulullah sallallahu alaihi wassalam?


[Arman] : Ahlul Bait Rasul adalah orang-orang pilihan yang berasal dari dinasti yang sama dengan Rasul, memiliki hubungan darah yang kuat serta hak melebihi siapapun diluar mereka. Akidah Ahlul Bait adalah Islam dan mereka siap mati untuk Islam seperti yang dicontohkan dalam kepahlawanan Imam Hussain di Karbala.

Islam seperti apa ? saya percaya Islam mereka adalah Islam yang tidak ortodok, menghargai perbedaan pendapat, cerdas dan terbuka, menghargai peranan akal dan rasio dan tahu banyak hal tentang sunnah Rasulullah tanpa harus memberatkan orang lain dan atau mempermudah atas dasar hawa nafsunya.


 


4. Trus apakah hadist "Kitabullah dan Sunnahku" dibanding dengan "Kitabullah dan Keturunanku (Ahlu Bayiit)" berlawanan tujuan dan maksudnya?

Karena dari artikel tersebut mengesankan ahlul bait berbeda dengan orang yang menerapkan sunnah Rasulullah sallallahu alaihi wassallam

[Arman] : Untuk melihat bedanya, sekarang siapa dan seperti apa orang yang menerapkan sunnah yang anda maksudkan ini ?


 

--
Salamun 'ala manittaba al Huda



ARMANSYAH

--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
 
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
 
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-

No comments:

Post a Comment