Wednesday, November 10, 2010

[Milis_Iqra] Apa itu Narsisisme?

Apa itu Narsisisme?
penulis: AD,Al Fakir.

Menurut kamus Wikipedia, (http://id.wikipedia.org/wiki/Narsisisme)
Narsisme adalah perasaan cinta terhadap diri sendiri yang berlebihan.
Istilah ini pertama kali digunakan dalam psikologi oleh Sigmund Freud
dengan mengambil dari tokoh dalam mitos Yunani, Narcissus, yang
dikutuk sehingga ia mencintai bayangannya sendiri di kolam. Tanpa
sengaja ia menjulurkan tangannya, sehingga ia tenggelam dan tumbuh
bunga yang sampai sekarang disebut bunga narsis.

Sifat narsisisme ada dalam setiap manusia sejak lahir[1], bahkan
Andrew Morrison berpendapat bahwa dimilikinya sifat narsisisme dalam
jumlah yang cukup akan membuat seseorang memiliki persepsi yang
seimbang antara kebutuhannya dalam hubungannya dengan orang lain[2].
Namun apabila jumlahnya berlebihan, dapat menjadi suatu kelainan
kepribadian yang bersifat patologis. (Patologi merupakan cabang bidang
kedokteran yang berkaitan dengan ciri-ciri dan perkembangan penyakit
melalui analisis perubahan fungsi atau keadaan bagian tubuh.)

1 Freud, Sigmund. 1914. On Narcissism: An Introduction.
2 Morrison, Andrew. 1997. Shame: The Underside of Narcissism. The
Analytic Press.

Kata Narsis diambil dari mitologi Yunani tentang seorang laki-laki
bernama Narcissus, laki-laki yang terkenal ketampanannya, putra dari
dewa sungai Cephissus dan peri Liriope. Wajahnya yang rupawan bikin
setiap wanita jatuh hati. Salah satu wanita yang "cinta mati" dengan
Narcissus adalah Echo. Tapi sayang, cinta Echo bertepuk sebelah
tangan. Echo menjadi sedih dan bersembunyi di tengah hutan yang sepi
karena malu. Tubuh Echo makin lama makin menghilang hingga yang
terdengar cuma suaranya. Melihat kesedihan Echo, Afrodite – dewi
asmara yang rupawan- memberikan pelajaran buat Narcissus. Eros, putra
kecil Afrodite dengan ijin ibunya melepaskan anak panah ke jantung
hati Narccisus. Sehingga dia jatuh cinta kepada dirinya sendiri.

Suatu hari Narcissus sedang berjalan dan tanpa sengaja dia melihat ke
sungai Styx. Narcissus kaget melihat ada wajah seseorang yang sangat
rupawan. Sekali melihat, Narcissus langsung jatuh cinta. Dia tidak
beranjak sedikit pun dari pinggir sungai. Sisa hidupnya dihabiskan
hanya untuk melihat bayangan wajahnya. Sampai akhirnya, dewa-dewa lain
menemukan mayatnya yang terbujur kaku di tepi kolam lalu mengubahnya
menjadi bunga yang di sebut bunga Narcissus.

Dari kisah "MITOS" di atas lahirlah perilaku yang disebut narsisme.
Menurut Spencer A Rathus dan Jeffrey S Nevid dalam bukunya, Abnormal
Psychology (2000), orang yang narcissistic memandang dirinya dengan
cara yang berlebihan. Mereka senang sekali menyombongkan dirinya dan
selalu berharap orang lain memberikan sanjungan untuknya.

Narsis dalam Islam

Allah berfirman,

وَلا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلا تَمْشِ فِي الأرْضِ مَرَحًا إِنَّ
اللَّهَ لا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

"dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong)
dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan
diri." (QS. Luqman [31]: 18)
Di bagian lain Rasulullah SAW bersabda,

"Ada tiga hal yang dapat membinasakan diri seseorang yaitu : Kekikiran
yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti serta seseorang yang
membanggakan dirinya sendiri". (Hadits ini disebutkan oleh Al-Mundziry
dalam kitab At-Targhib wa Tarhib 1/162 yang diriwayatkan oleh Al-
Bazzar dan Al-Baihaqi serta dishahihkan oleh Al-Albany).

Dari uraian ayat dan hadist diatas, jelas bahwa Narsis termasuk yang
dapat digolongkan kepada sikap sombong dan membanggakan diri yang
mengarahkan kita kepada sifat ujub atau takabur. Perilaku ini tentunya
adalah suatu sikap yang tidak terpuji bagi kita sebagai Muslim yang
menyandarkan haq-nya kepada tuntunan Al Qur'an dan As Sunnah semata.

Gencarnya budaya hedonisme (menyandarkan status sosial dan kesuksesan
pada ukuran materi harta benda dan kekuasaan) saat ini dapat
menjadikan perilaku Narsis semakin meluas dan pada akhirnya mengikis
keimanan kita secara perlahan-lahan. Lalu bagaimanakah kita mampu
bertahan dan mengatasinya agar kita tidak ikut-ikutan menjadi orang-
orang yang membenarkan sebuah kebiasaan, tetapi membiasakan sebuah
kebenaran?

Menangkal Narsisisme

1. Membentengi diri dari rasa sombong dengan cara memperbanyak dan
memperdalam ilmu agama, selalu mengingat Allah SWT dimanapun kita
berada. Lebih banyak melihat kebawah agar kita lebih mensykuri nikmat
yang Allah berikan kepada kita, sehingga rasa sombong dapat terhapus
dari dalam diri kita. Insya Allah. Bukankah Rasulullah SAW juga pernah
bersabda,
Pandanglah orang yang di bawah kamu dan janganlah memandang kepada
yang di atasmu, karena itu akan lebih layak bagimu untuk tidak
menghina kenikmatan Allah untukmu. (HR. Muslim) - Nabi Muhammad SAW.

2. Melindungi diri dari mental haus pujian. Kalau kita tidak pandai
mensikapi sanjungan, maka sebuah sanjungan bisa menjadi bumerang bagi
kita. karena sanjungan dapat membuat kita terlena dan pada akhirnya
menghabiskan segenap potensi di dalam diri kita. Sanjungan bukanlah
tujuan dari perbuatan kita sebagai orang Muslim, karena sudah
seharusnya setiap langkah dan perbuatan kita hanya berorientasi kepada
Ibadah semata kepada Allah Azza Wajalla. Seperti diucapkan oleh Umar
bin Khaththab r.a: "Ya Allah! Jadikanlah semua amalku sebagai amal
shalih, dan janganlah Engkau jadikan amalku itu untuk seseorang
sedikitpun".

3. Memelihara keikhlasan kita dalam berbuat. Abu Qasim Al-Qusyairi
menjelaskan "Ikhlas adalah menjadikan satu-satunya yang berhak ditaati
dalam sebuah niat ialah Allah swt. Artinya, bahwa yang diinginkan
dengan ketaatannya itu hanyalah untuk bertaqarrub (mendekatkan diri)
kepada Allah semata; tidak untuk dipamerkan kepada seseorang, mencari
popularitas, atau ingin disanjung-sanjung." Selain menjaga diri kita
dari perilaku narsis, keikhlasan juga dapat membuat kita lebih pandai
bersyukur atas karunia-Nya kepada kita, membuat hati terasa lebih
tenang dan nyaman serta menjadikan diri kita dalam keadaan yang
"sebenar"-nya, just the way we are. Karena sesungguhnya topeng-topeng
keduniawian yang kita kenakan hampir setiap hari, tidak pernah mampu
menjadi jalan bagi terciptanya kedamaian di hati kita.

4. Menumbuhkan kepekaan dan rasa kepedulian terhadap sesama dapat
menjadikan kita sebagai pribadi yang terbuka terhadap kritik, mampu
memilah-milah kata yang kita ucapkan dan tentunya dapat menghindari
kita dari perilaku narsisisme yang salah satunya ditandai dengan sikap
anti kritik. Kebanyakan perilaku narsisisme adalah sikap anti kritik
dimana orang lain tidak berhak memberi kritikan kepada mereka. Orang
lain hanya mempunyai hak untuk menikmati perilaku narsisnya dan
memberikan apresiasi atas apa yang dilakukan. Padahal seharusnya
kritik atau nasihat dalam agama adalah pengawal di dalam kehidupan
kita yang tidak pernah kita bayar agar kita selalu dalam koridor
kebenaran. Hanya orang yang sudah mati yang tidak akan pernah
mendapatkan kritik atau nasihat.

Demikianlah semoga kita dapat selalu terjaga dari perilaku-perilaku
yang menjauhkan kita dari keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT
sehingga Insya Allah, Dia selalu memberikan ridho serta barakah-Nya
kepada kita semua dan menjadikan kita insan-insan yang pantas
mendapatkan perlindungan serta keselamatan dari-Nya. Amiin Allahumma
Amiin.

Subhanakallahuma wabihamdika ashadu alla ila ha illa anta astaghfiruka
wa atubuh 'ilaik. Barakallahu Fiikum. Wassalam.

Referensi: Al Qur'an, Al Hadist, Wikipedia, http://hafidz341.net76.net,
lain-lain.
Mohon dimaafkan jika ada kesalahan dalam penyampaian.
12 Oktober 2009

Link : Rumah Spiritual

--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125

Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63

Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-

No comments:

Post a Comment