2010/11/12 Heriyadi Heriyadi <Heriyadi.Heriyadi@id.flextronics.com>
Ketimpangan RI-AS di Timika
Kompas, Kamis, 11 November 2010 | 03:19 WIB
KOMPAS/IWAN SANTOSA
Pemandangan di pertambangan emas-tembaga PT Freeport Indonesia, yang
merupakan investasi Amerika Serikat. Indonesia hanya menerima 1 persen
dari bagi hasil pertambangan di lokasi yang menghasilkan sekurangnya 300
kilogram emas setiap hari itu. Pada 25 tahun pertama beroperasi,
Republik Indonesia tidak menerima bagi hasil dari penambangan emas.
Papan peringatan dan petunjuk "Awas HIV-AIDS, Hindari Hubungan Seksual
Berisiko" terlihat di sudut-sudut kota tambang emas di Timika, Kabupaten
Mimika, Papua. Demam emas di Papua dan penyebaran HIV/AIDS berjalan
seiring di Kabupaten Mimika yang berpenduduk 225.000 jiwa itu.
Saat Kompas melintas awal November selepas petang, kehidupan malam
terlihat semarak di Timika. "Sekarang-sekarang ini tanggal muda. Banyak
pekerja yang buang uang di tempat hiburan di kota ataupun Kilo 10
(lokalisasi di Kilometer 10). HIV dan kemiskinan tumbuh subur di sini,"
ujar Husin, seorang warga Timika.
Ketika melintas di Kampung Kwamki Lama dan Kwamki Baru, terlihat
penduduk asli duduk-duduk saja di pelataran rumah. Tidak banyak warga
asli terlibat dalam perniagaan dan layanan jasa yang menjadi urat nadi
Kota Timika. "Sering terjadi keributan antarsuku di sini," ujar Alfian
yang lama bermukim di Timika.
Timika dan Tembagapura adalah potret buram hubungan Indonesia-Amerika
Serikat. Kekayaan bumi Indonesia diangkut keluar, sedangkan masyarakat
sekitar hidup miskin dan didera bahaya HIV/AIDS.
Setiap hari dari tambang emas, perak, dan tembaga milik PT Freeport
Indonesia dihasilkan sekitar 300 kilogram emas dan 600 kilogram mineral
berharga perak serta tembaga dari 238.000 ton batuan yang dikeruk dari
lokasi tambang Grassberg di ketinggian 4.000 meter di atas permukaan
laut dekat Cartenz Piramid.
"Dulu sewaktu zaman Belanda dan pertambangan belum buka di Timika,
situasi tidak seburuk sekarang. Anak muda Papua sudah banyak yang mulai
bekerja di instalasi minyak di Sorong," ujar seorang warga Papua
bermarga Kambu.
Konflik dan benturan antara warga dan industri pertambangan menjadi
pemandangan keseharian di Timika-Tembagapura.
Amerika merajalela
Hubungan Indonesia-AS yang manis berubah menjadi pahit di Papua.
Freeport Indonesia dan pelbagai perusahaan pertambangan AS yang
beroperasi di Indonesia adalah buah simalakama dari rezim Orde Baru
setelah Belanda hengkang dari bumi Papua.
Tekanan diplomasi AS kepada Belanda berbuah Papua kembali ke dalam
wilayah Indonesia. Tetapi, konsesi politik dan ekonomi, terutama pada
masa Orde Baru, diberikan secara bebas kepada AS.
Padahal, tidak hanya AS, Uni Soviet pun turut dalam proses perebutan
Papua.
Laksamana Pertama (Purn) RP Poernomo yang dihubnngi mengatakan, Uni
Soviet menjual 12 kapal selam kepada Indonesia untuk operasi merebut
Irian Barat.
Selain Uni Soviet, Republik Rakyat China ketika itu juga aktif membantu
Indonesia secara langsung dalam pelbagai proyek dan forum internasional.
Alih-alih mendapat balas jasa, rezeki terbesar ditangguk AS melalui
konsesi pertambangan di Tembagapura. Kokohnya cengkeraman AS semakin
kuat setelah Orde Baru berkuasa.
Indonesian Human Rights Committee for Social Justice (IHCS) dalam surat
elektronik kepada Kompas menjelaskan, Freeport saat ini beroperasi di
Indonesia berdasarkan kontrak karya (KK) perpanjangan tahun 1991, di
mana royalti emas Freeport yang harus dibayarkan kepada Pemerintah
Indonesia sebesar 1 persen. Padahal, setiap hari dihasilkan 300 kg emas.
Namun, menurut Sekjen IHCS Gunawan, kini royalti pertambangan diatur
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2003 tentang Tarif Penerimaan
Negara Bukan Pajak yang Berlaku Pada Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral, royalti emas ditetapkan sebesar 3,75 persen dari harga jual
kali tonase.
Tetapi, anehnya, untuk Freeport, hanya dikenakan sebesar 1 persen dari
harga jual kali tonase, padahal 3 persen sangat rendah dibandingkan di
negara-negara Afrika.
Ketua rombongan kunjungan kerja Komisi VII DPR Effendy Simbolon
mengatakan, royalti yang dibayarkan kepada Pemerintah Indonesia
sangatlah kecil. "Kita harus perjuangkan soal bagi hasil dan alokasi
dana tersebut untuk masyarakat," ujar Simbolon.
Tanam paksa lebih baik
Bagi hasil industri pertambangan ala AS sungguh merugikan Indonesia.
Tanam paksa yang dilakukan rezim penjajahan Hindia Belanda pada abad
ke-19 masih menyisihkan 20 persen hasil panen untuk petani miskin di
Jawa. Dalam buku Ekspedisi Jalan Raya Pos terbitan Penerbit Buku Kompas
disebutkan, 60 persen hasil petani diambil oleh birokrasi lokal. Hanya
20 persen yang dikirim ke negeri Belanda. Meski tidak manusiawi, porsi
yang diberikan penjajah Belanda masih lebih baik dibandingkan hasil yang
diberikan AS kepada Indonesia.
Sebelum kontrak karya yang kini berlaku, lebih kurang 25 tahun, Freeport
hanya membayar royalti tembaga ke pemerintah. Sejak masuk ke tanah Papua
berdasarkan kontrak karya generasi pertama (KK I) tahun 1967, Freeport
hanya melaporkan pihaknya menambang tembaga. Padahal, pada tahun 1978,
terbukti selain mengekspor tembaga, Freeport juga mengekspor emas.
Atas dasar itu IHCS mendesak, kontrak karya II antara Pemerintah
Indonesia dan Freeport harus dibatalkan. Menyikapi situasi tersebut,
IHCS akan mengajukan pembatalan ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
dengan menggugat PTFI, Pemerintah RI, dan DPR.
Kondisi serupa terlihat di pertambangan minyak dan gas AS di Kepulauan
Riau, Kalimantan, dan Sumatera.
Meski diplomasi pencitraan Presiden Barack Obama memikat hati,
sudut-sudut kota Timika berbicara lain. Itulah potret buram hubungan
RI-AS yang pincang.
(Iwan Santosa)
Legal Disclaimer:
The information contained in this message may be privileged and confidential. It is intended to be read only by the individual or entity to whom it is addressed or by their designee. If the reader of this message is not the intended recipient, you are on notice that any distribution of this message, in any form, is strictly prohibited. If you have received this message in error, please immediately notify the sender and delete or destroy any copy of this message
--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
No comments:
Post a Comment