Sunday, January 23, 2011

Re: [Milis_Iqra] Berani Bermain Air Harus Berani Basah

Om Priyo,

"Pasti akan ditanya balik, bertentangan dengan ketetapan Allah yang mana? Atau ketetapan logika anda sendiri? Siapa sih anda?"

Kalau anda bertanya siapa saya, saya bukan siapa2, saya orang yang sedang belajar untuk memaknai Islam sebagai DIIN. Sebagai seorang yang sedang belajar saya berusaha untuk terbuka terhadap segala informasi, namun ada filter yang mesti digunakan yaitu 25/73, yang mana ayat ini menyuruh untuk kritis bahkan terhadap ayat2 Allah sekalipun kita harus kritis. Dan juga 2/185 alQuran berfungsi sebagai barometer kebenaran, jadi informasi apapun ya harus di cross check dengan alQuran, karena alQuran adalah petunjuk yang terperinci 6/114 dan 11/1.

Tentang logika yang saya pakai tentu saya menggunakan logika saya sendiri, karena saya tidak bisa mengendalikan logika orang lain. Bukankah banyak ayat alQuran dengan redaksi "afala ya'qilun" yg menurut terjemahan berarti apakah kamu tidak menggunakan akalmu, tentu disini yg dimaksud akal/logika masing2, yang nanti kebenarannya dibandingkan dengan sang furqon.

" ... terserahlan kalau memang sudah mengambil sikap "mengkritisi hadits" atau "mencukupkan diri dengan lafal-lafal Al Quran" atau mau disebut dengan bagaimana pun..."
seperti saya jelaskan di atas saya tidak hanya mengkritisi hadis kan perintahNya semua hal harus dikritisi bahkan ayat alQuran sekalipun.

"Tapi ijinkan untuk meluruskan pemahaman mas Awung tentang hadits sahih,..."

Terimakasih atas penjelasannya, akan saya fikirkan.

"Dalam kasus hadis sahih, bukan hanya Imam Bukharinya saja yang jujur tapi guru beliau, gurunya guru beliau dan seterusnya sampai ke sahabat perawi utama sampai ke Rasulullah, dan keteesambungannya bisa dibuktikan, jadi itu adalah ucapan Rasulullah..."
Silakan fikirkan contoh yang saya berikan ... Kakek saya tentu mendapatkan informasi itu dari ayahnya, atau kakeknya juga, begitu juga kakeknya, dan seterusnya meskipun yang ini saya tidak tahu ujungnya ke siapa.

Sebagai bahan pemikiran, ada suatu game management ttg komunikasi. Game tersebut dimainkan oleh sejumlah orang yang mana orang pertama akan diberikan suatu informasi lisan yang harus diteruskan ke orang keduan kemudian orang kedua harus menyampaikannya ke orang ketiga. Orang ketiga ke orang keempat dan seterusnya sampai ke orang terakhir. Di akhir akan di cek lagi apakah informasi yang diterima sama dengan informasi yang disampaikan ke orang pertama?

Saya juga teringat suatu ujaran orang bijak atau hadits (saya lupa): "kalau anda mengirim barang/uang jangan berharap akan bertambah, kalau anda mengirim pesan jangan berharap akan berkurang"

Om Priyo,
Ini semua saya sampaikan sebagai bahan pemikiran, sama sekali tidak bermaksud untuk mendeskreditkan siapapun. Kalau anda menangkap maksud saya, saya sama sekali tidak anti hadits karena sebagai seorang yang sedang belajar sudah selayaknya membuka fikiran seluas2nya.

Mmhon maaf, kepada siapapun, kalau tidak berkenan.

Salam,

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT


From: priyo djatmiko <priyodjatmiko@gmail.com>
Sender: milis_iqra@googlegroups.com
Date: Mon, 24 Jan 2011 06:18:26 +0700
To: <milis_iqra@googlegroups.com>
ReplyTo: milis_iqra@googlegroups.com
Subject: Re: [Milis_Iqra] Berani Bermain Air Harus Berani Basah

Mas Awung dan yang sepaham dengan beliau,
 
Saya pikir sudah jelas maksud anda, terserahlan kalau memang sudah mengambil sikap "mengkritisi hadits" atau "mencukupkan diri dengan lafal-lafal Al Quran" atau mau disebut dengan bagaimana pun. Itu akan menjadi pertanggungjawaban kita masing-masing.
 
Tapi ijinkan untuk meluruskan pemahaman mas Awung tentang hadits sahih, yang kata mas Awung "Anda boleh saja membela bahwa maksudnya tidak seperti itu karena hadits tersebut shoheh, sanadnya baik, dan sebagainya, tetapi saya juga punya hak untuk berpendapat. Sesuatu yang salah tidak akan berubah menjadi benar walaupun yang mengucapkannya orang yang jujur atau orang baik. Sebagai contoh .... (dst)"
 
Kalau anda tidak memahami hakikat sesuatu, bagaimana mau menilai/mengkritisinya? Pantaslah apa yang dikritisi tidak nyambung dengan argumennya, maunya mengkritisi hadis yang dianggap bertentangan dengan logika al Quran ternyata hanya bertentangan dengan logika manusia, itupun logika seorang fulan belaka.
 
Kriteria hadis sahih sanadnya itu selain orangnya jujur, harus ada ketersambungan sanad sampai ke Rasulullah dan hafalannya baik.
 
Quote Mas Awung "Sesuatu yang salah tidak akan berubah menjadi benar walaupun yang mengucapkannya orang yang jujur atau orang baik"
 
Dalam kasus hadis sahih, bukan hanya Imam Bukharinya saja yang jujur tapi guru beliau, gurunya guru beliau dan seterusnya sampai ke sahabat perawi utama sampai ke Rasulullah, dan keteesambungannya bisa dibuktikan, jadi itu adalah ucapan Rasulullah. Tidak terbayang ada seorang yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, ketika Rasulullah bersabda, dipotong dengan ucapan "Maaf, tidak logis karena tidak sesuai dengan ketetapan Allah sendiri yaitu hukum sebab akibat"
 
Pasti akan ditanya balik, bertentangan dengan ketetapan Allah yang mana? Atau ketetapan logika anda sendiri? Siapa sih anda?
 
 
 
 
2011/1/23 awung awungs@gmail.com


Om Dani dan yang lainnya yang sefaham, ada perbedaan cara pandang kita dalam menilai persoalan ini. Awalnya saya mengajak mbak WN untuk mengkritisi karena kelihatannya ada pertentangan antara hadits yang dikutip dengan alQuran 66/8. Cara pandang saya langsung ke substansinya. Subtansi hadits yang dikutip: kalau seseorang sakit/menderita maka Allah akan menghapus sebagian kesalahannya. Ini kan secara logika tidak logis karena tidak sesuai dengan ketetapan Allah sendiri yaitu hukum sebab akibat. Anda boleh saja membela bahwa maksudnya tidak seperti itu karena hadits tersebut shoheh, sanadnya baik, dan sebagainya, tetapi saya juga punya hak untuk berpendapat. Sesuatu yang salah tidak akan berubah menjadi benar walaupun yang mengucapkannya orang yang jujur atau orang baik. Sebagai contoh: dulu waktu saya kecil saat terjadi gerhana bulan saya diksih penjelasan oleh kakek saya itu karena dimakan oleh raksasa hijau. Ya saya percaya karena yang mengucapkan kakek saya, tetapi dengan berkembangnya pengetahuan yang saya miliki ya pendapat itu harus gugur.


Saya fikir kita cukupkan sampai disini saja diskusi tentang hal ini karena sudah jelas pandangan kita masing2, kita kembalikan saja kepada Allah sesuai dengan 40/10: "Tentang sesuatu apa pun kamu berselisih maka putusannya (terserah) kepada Allah. (Yang mempunyai sifat-sifat demikian) itulah Allah Tuhanku. Kepada-Nya lah aku bertawakal dan kepada-Nya lah aku kembali."


Salam,



--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
 
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
 
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-

No comments:

Post a Comment