Monday, January 10, 2011

Re: [Milis_Iqra] The Little Srilanka, What to be Prod of?

This is nice article m'wheen...

Thanks for sharing!.......betul uang bukan segala-nya.......
kayaknya mo balik ke Indonesia juga nih....biar kumpul sama keluarga
besar...krn semua butuh uang, tapi uang jangan sampai mengendalikan
kita ;-)

Memang sharing dari teman2 diluar bisa membuka wacana kita untuk
selalu coba bersyukur, menghargai orang, walau berbeda, tetapi satu
jua.

Salam,

2011/1/10 whe - en <whe.en9999@gmail.com>:
> semua butuh uang, namun jangan sampai uang mengendalikan kita,
>
> semoga artikel di bawah bermanfaat
>
> Whe~en
>
> "Seorang muslim sejati adalah bila kaum muslimin merasa selamat dari
> gangguan lisan dan tangannya." (HR Tirmidzi: IX/310, Shifatul Qiyamat. Ia
> berkata, :Hadist ini hasan shahih." Abu Dawud (4854), Al-Adab, dan hadist
> ini dinyatakan shahih oleh Albani)
>
> =======
>
> The Little Srilanka, What to be Prod of?
>
> Minggu, 09/01/2011 12:12 WIB | email | print | share
>
> Oleh Syaifoel Hardy
>
>
>
> Siang tadi, dalam kesibukan weekend, bel pintu berdering. Kadang saya
> jengkel. Seringkali orang tak diundang atau salah alamat yang saya temui di
> depan pintu.
>
>
>
> Pengantar makanan dari KFC misalnya, acapkali salah alamat. Maklum, flat
> yang kami huni satu-satunya di groundfloor, tidak bernomer. Jadi, risikonya
> ya …itu tadi. Mereka pikir otomatis bernomor satu, langsung saja tekan
> tombol bel. Padahal tidak!
>
> Pintu saya buka. "Yes….???" Saya menyapa, lesu. Lelaki setengah baya,
> berdasi, berkulit agak hitam, tersenyum, membalas: "Good afternoon Sir!"
> Membuat saya berubah. Setidaknya rasa iritasi jadi berkurang, karena
> keramahan ekspresi raut mukanya. Dia mulai membuka bicara. "My name is Siva.
> I am from Book Deals Trading. I would like to….." Dan seterusnya.
>
>
>
> Sebelum dia rampung menyampaikan segala bentuk jurus pendahuluan, saya buka
> lebar daun pintu. "Come in….please!" mempersilakan dia masuk. Ada garis
> kelelahan di wajahnya. Bercampur haus.
>
>
>
> Barangkali begitulah. Wajahnya mengingatakan saya ketika berjuang di
> Trenggalek Selatan, di tengah hutan saat berjalan memenuhi panggilan
> masyarakat setempat memberikan pelayanan kesehatan. Bedanya, medan. Saya di
> hutan rimbun penuh dedaunan, yang satu ini di gurun. Tapi siapa peduli?
> Lelah..ya…lelah…butu air. Titik! Belum selesai lamunan tentang Trenggalek,
> kemudian dibuyarkan oleh: "Thanks!" ucapnya, lega.
>
>
>
> Lelaki yang kemudian saya kenal sebagai salesman ini, menawarkan paket buku
> untuk anak-anak: First Reference for Young Readers. Menarik sepertinya.
> Meski bukan untuk saya. "This is not for me!" saya berusaha menolak. "I
> know. This might be good for your children!" Dia coba meyakinkan.
> *****
>
>
>
> Singkat cerita. Saya ambil buku tersebut. Saya bersedia membayar. Selain
> harga yang sudah dipatok, saya tambahin sedikit duit, yang barangkali bisa
> digunakan untuk beli juice. Tidak banyak jumlahnya.
>
> Di luar dugaan saya. Tidak seperti kebanyakan salesman, orang yang satu ini
> beda. Dia kembalikan duitnya (Baca: Tip) kepada saya. Saya katakan: "This is
> from my heart!" "I appreciate that! This water is enough. Thanks!" Jawabnya,
> sambil membuka tutup botol air kemasan yang saya berikan. Namun kembali,
> agak setengah 'memaksa', saya taruh dalam genggamannya. Saya mengira, duit
> itu sudah ada di tangannya.
>
>
>
> Saya kemudian sibuk melihat kembali buku-buku yang berjumlah lima buah dalam
> paket tersebut. Menarik memang. Beratnya sekitar 2 kgs. Seharga Rp250 ribu.
> Bagus untuk anak-anak, yang belajar bahasa Inggris. Buku seperti ini, di
> Indonesia pasti mahal sekali. Karena selain kualitas kertasnya, diperkaya
> dengan isi serta package yang menarik dan berwarna warni.
>
>
>
> Ketika pamitan, dia bertanya kepada saya:" How is English book in
> Indonesia?" "Well…unlike you in Srilanka, you use English for study
> purposes, in Indonesia, you will not get good market for English books like
> in your place!" saya coba sedikit elaborasi.
>
> "Yeah…because we were under British!" Tambahnya.
> "We were under the Dutch!" jelas saya lebih lanjut.
>
>
>
> Begitulah. Kemudian saya tutup pintu dan Siva pun melenggang…menjajakan
> buku-bukunya ke tempat lain.
>
>
>
> Ketika saya ambil buku-buku yang dia taruh di meja, saya terkejut. Duit
> tambahan dari saya yang jumlahnya tidak seberapa tersebut, tidak dia ambil.
> Sebaliknya, hanya sebatas harga buku yang tertuang dalam kuitansinya saja
> yang dibawa. Saya tahu, ini bukan sebuah ketidak-sengajaan. Dia seorang
> pekerja. Dia butuh, kadang, tambahan upah. Saya yakin, pasti ada yang
> melatar-belakangi mengapa dia putuskan untuk tidak mengambilnya.
> Persoalannya bukan pada jumlah. Begitulah kesimpulan saya.
> *****
>
>
>
> Pertama kali ketemu orang asal Sri Lanka, saat saya bekerja di Kuwait, lebih
> dari sepuluh tahun lalu. Ratna namanya. Dia perawat asal Candy. Sebuah kota
> kecil di sebelah timur Colombo, sekitar 2 jam perjalanan. Ratna, sebuah nama
> yang umum di Indonesia sebagai sebuah nama hanya untuk perempuan, tetapi
> Ratna Srilanka ini laki-laki.
>
>
>
> Dari sana kemudian merambat. Semakin lama, semakin banyak jumlah orang
> Srilanka yang saya temui. Di Timur Tengah, perlahan-lahan jumlah pekerja
> asal Srilanka yang dikirim ke sana, merangkak, naik. Apalagi sesudah terjadi
> perang sipil.
>
> Saya tidak bakal membahas bagaimana sepak terjang orang-orang Srilanka di
> Timur Tengah. Saya hanya menyoroti kejadian siang tadi, serta mengambil
> hikmah dari sikap salesman Srilanka yang jarang saya temui.
>
>
>
> Mayoritas pekerja asal Srilanka, ada pada level bawah. Seperti juga
> orang-orang asal Bangladesh (tentu saja orang Indonesia juga). Saya belum
> pernah menemui (meski barangkali ada saja), orang Srilanka yang menduduki
> porsi manajer di tempat-tempat di mana saya bekerja serta di lingkungan saya
> tinggal di luar negeri. Paling banter yang saya temui ya… itu tadi: sales
> executive atau Foreman.
>
>
>
> Srilanka, negara yang ratusan tahun dijajah bergantian oleh Portugis,
> Belanda kemudian Inggris, sejak awal tahun 1500-an, sepertinya tidak pernah
> berhenti menderita. Awal tahun 1971 ketika mulai merasakan leganya bernafas
> dari cengkeraman kolonial inggris, nyatanya tidak membuat Srilanka lebih
> leluasa mengembangkan sayap berbagai sendi kehidupan ke arah yang lebih
> baik. Perang demi perang antar mereka sendiri membuat rakyat Srilanka
> melarat. Ribuan yang meninggal serta ratusan ribu kehilangan tempat tinggal.
> Ada yang lari ke Canada.
>
>
>
> Ada pula yang ke Amerika Serikat, juga Eropa. Ironisnya, di tengah-tengah
> kemelaratan Srilanka pernah meraih prestasi sebagai negara yang paling
> berhasil dalam menjalankan Keluarga Berencana, jauh sebelum Indonesia
> koar-koar tentang itu. Lulusan ahli Srilanka juga dikenal dan diakui oleh
> Inggris, Amerika Serikat serta Canada, tanpa harus menterjemahkan ijazah
> mereka. System pendidikan di Srilanka memang peninggalan Inggris. Srilanka
> yang barangkali miskin, nyatanya bisa berbangga.
>
>
>
> Meski demikian, sikap salesman asal Srilanka yang yang temui tadi siang,
> membuat saya sebagai warga Indonesia, sempat terpana. Di tengah-tengah
> himpitan ekonomi yang demikian penat, ternyata orang ini masih menempatkan
> 'martabat' jauh lebih tinggi ketimbang sekedar uang. Sebuah istilah yang
> saya ingat dari buah karya Dahlan Iskan: Ganti Hati.
>
>
>
> Sikap seorang anak manusia yang menempatkan prinsip dalam hidup. Tidak
> tergoyah oleh kenikmatan apalagi kemewahan yang sesaat. Lelaki Srilanka yang
> tidak kenal lelah mengetuk satu pintu ke pintu lain ini, ternyata tidak
> hanya menyandang barang dagangan di tangannya. Dia memang tidak mewakili
> semua orang Srilanka atas sikapnya. Tetapi di mata saya pasti, dia kantongi
> nama besar bangsa dan negaranya. Bahwa meski melarat, tetapi bermartabat.
>
>
>
> Manusia Srilanka, tidak semiskin yang saya duga!
>
>
>
> Doha, 8 January 2011
> Shardy2@hotmail.com
>
> http://www.eramuslim.com/oase-iman/syaifoel-hardy-the-little-srilanka-what-to-be-prod-of.htm
>
> --
> ~~~~~
> Whe~en
> http://wheen.blogsome.com/
>
> "Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan
> lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku." (QS
> 20 : 25-28)
> "Ya Allah jadikan Aku hamba yang selalu bersyukur dan penyabar"
>
> --
> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
> Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
> dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
>
> Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang
> berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
>
> Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
> Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
> Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
> Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-

--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125

Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63

Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-

No comments:

Post a Comment