terimakasih
On 1/28/11, aendangzr@yahoo.co.id <aendangzr@yahoo.co.id> wrote:
> Mas wawan,kira kira ada hubunganya tidak lemah lembut dgn menasehati
> pemimpin dgn terang terangan atau sembunyi-sembunyi ?
>
> Terima kasih
>
> Sent from BlackBerry® on 3
>
> -----Original Message-----
> From: wawan wahyu <wawan.wahyu@gmail.com>
> Sender: milis_iqra@googlegroups.com
> Date: Fri, 28 Jan 2011 14:26:45
> To: <milis_iqra@googlegroups.com>
> Reply-To: milis_iqra@googlegroups.com
> Subject: Re: [Milis_Iqra] Tentang Hadist "'Iyadl bin ghanim " - Tanggapan
>
> Dan ketika Allah memerintahkan Musa dan Harun untuk menemui Fir'aun,
> Allah berfirman.
>
> "Artinya : Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata
> yang lemah kembut mudah-mudahan ia ingat atau takut" [Thaha : 44]
>
> Jadi ketika dgn Fir aun aja dengan lemah lembut, bagaimana dengan
> penguasa yg lain?
>
> On 1/26/11, Dani Permana <adanipermana@gmail.com> wrote:
>> M WN, saya bertanya hal berikut ini, bukan lainnya
>>
>> 1. Knapa hadist "Iyadl bin ghanim " tentang Cara menasehati penguasa
>> hanya ada dalam Musnad Ahmad, Ibnu 'Abi Ashim dalam As Sunnan, Ibnu 'Ady
>> dalam Al Kamil?
>>
>> 2. Knapa Imam Bukhori, Imam Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan Ibnu Majah,
>> Sunan An Nasa'I, Al Muwatha Imam Malik, Al Um Imam Asy Syafi'I, Sunan Ad
>> Darimi tidak ada?
>>
>> 3. Jika memang hadist tersebut tidak dipermasalahkan kesahihannya,
>> mengapa seorang Imam Bukhori dan Imam Muslim tidak memasukan dalam kitab
>> Sahihnya?
>>
>> [Wheen] Ada syarat2 menggunakan hadits dhoif sebagai hukum, saya tahu mas
>> dani lebih tahu itu, pertanyaan inipun sampai kapan akan ditangguhkan.
>> Jika
>> mas dani menganut paham hadits ini dhoif, kenapa mas dani menggunakannya?
>>
>>
>>
>> [Dani] agar lebih spesifik, hadist dho'if itu bisa digunakan pada hal apa
>> dahulu? Mohon kiranya memberikan tanggapan.
>>
>>
>>
>> [Wheen] Orang sombong adalah orang yang menolak kebenaran.
>>
>> Berlaku adillah karena adil lebih dekat kepada taqwa.
>>
>> Katakan yang hak itu hak dan sebaliknya.
>>
>>
>>
>> [Dani]
>>
>> 1. Apakah saya sombong hingga menolak kebenaran?
>>
>> 2. Apakah saya tidak adil?
>>
>> 3. Apakah saya tidak mengatakan yang haq?
>>
>> Mohon klarifikasinya?
>>
>>
>>
>>
>>
>> Regards,
>> Dani Permana
>>
>>
>>
>> " Always desire to learn something useful."
>>
>>
>>
>> From: milis_iqra@googlegroups.com [mailto:milis_iqra@googlegroups.com] On
>> Behalf Of whe.en9999@gmail.com
>> Sent: Wednesday, January 26, 2011 10:11 PM
>> To: milis_iqra@googlegroups.com
>> Subject: Re: [Milis_Iqra] Tentang Hadist "'Iyadl bin ghanim " - Tanggapan
>>
>>
>>
>> Pertanyaan mas dani jawabannya ada di artikel soal takhrij hadist
>> tersebut,
>> totalnya 26 halaman, disitu juga dijelaskan terputusnya dibuktikan tidak
>> terputus, dhoifnya dibuktikan tidak dhoif. Sudah dibaca belum sebenarnya.
>>
>> Jika setiap kali biar kelihatan ilmiah saya ditanya dan ditambahi
>> pertanyaan, selebar apa diskusi ini, pertanyaan saya tak satupun dijawab,
>> apa yang mas dani minta sudah saya penuhi dari definisi kritik, nasehat,
>> kenapa syaikh albani menshahihkan, dsb.
>>
>> Ada syarat2 menggunakan hadits dhoif sebagai hukum, saya tahu mas dani
>> lebih
>> tahu itu, pertanyaan inipun sampai kapan akan ditangguhkan. Jika mas dani
>> menganut paham hadits ini dhoif, kenapa mas dani menggunakannya?
>>
>> Orang sombong adalah orang yang menolak kebenaran.
>>
>> Berlaku adillah karena adil lebih dekat kepada taqwa.
>>
>> Katakan yang hak itu hak dan sebaliknya.
>>
>> Terimakasih
>> Whe-en
>>
>> Sent from my BlackBerry®
>> powered by Sinyal Kuat INDOSAT
>>
>>_____
>>
>> From: "Dani Permana" <adanipermana@gmail.com>
>>
>> Sender: milis_iqra@googlegroups.com
>>
>> Date: Wed, 26 Jan 2011 21:54:31 +0700
>>
>> To: <milis_iqra@googlegroups.com>
>>
>> ReplyTo: milis_iqra@googlegroups.com
>>
>> Subject: RE: [Milis_Iqra] Tentang Hadist "'Iyadl bin ghanim " - Tanggapan
>>
>>
>>
>> Baiklah kalau begitu, saya mencoba satu-satu dan sebenarnya jawaban ini
>> merupakan jawaban dari artikel-artikel yang telah berlalu jika M WN teliti
>> dan mau membaca secara teliti. Agar diskusi berkelanjutan perkenankanlah
>> saya bertanya ke M WN:
>>
>> 4. Knapa hadist "Iyadl bin ghanim " tentang Cara menasehati penguasa
>> hanya ada dalam Musnad Ahmad, Ibnu 'Abi Ashim dalam As Sunnan, Ibnu 'Ady
>> dalam Al Kamil?
>>
>> 5. Knapa Imam Bukhori, Imam Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan Ibnu Majah,
>> Sunan An Nasa'I, Al Muwatha Imam Malik, Al Um Imam Asy Syafi'I, Sunan Ad
>> Darimi tidak ada?
>>
>> 6. Jika memang hadist tersebut tidak dipermasalahkan kesahihannya,
>> mengapa seorang Imam Bukhori dan Imam Muslim tidak memasukan dalam kitab
>> Sahihnya?
>>
>> Mohon kiranya M WN juga bisa memberikan keterangan atas
>> pertanyaan-pertanyaa
>> diatas agara diskusi lebih berbobot dan ilmiah dan saya diharap jangan
>> bertanya balik ke saya…
>>
>>
>>
>> Tanggapan untuk ukhti Wheen…
>>
>>
>>
>> (Whe-en)
>> Kalau mas dani bukan ahli hadits kenapa cenderung memilih mendhoifkan,
>> dasarnya apa? Wong tidak bisa mentakhrij, ketika dikomparasi ya ga bisa
>> berpendapat, tapi memilih dan pilihannya menyalahi pilihan mas dani
>> sendiri
>>
>>
>>
>> [Dani] Saya hanya klarifikasi saja, bahwa saya bukan orang yang
>> mendho'ifkan
>> hadist tentang cara menasehati Penguasa, hendaklan M WN lebih teliti dalam
>> membaca
>>
>> **) Berikut alasan yang mendhoifkan karena sanadnya terputus:
>>
>> * Hadits riwayat Imam Ahmad dari jalur Abu Mughirah, Shofwan, Syuraih
>> bin 'Ubaid telah terbukti kelemahannya, karena Syuraih tidak pernah
>> bertemu
>> dengan Hisyam bin Hakim (lebih-lebih lagi Iyadl bin Ghanm). Dengan
>> demikian,
>> hadits ini dihukumi sebagai hadits munqathi', sehingga gugur sebagai
>> hujjah.
>>
>> Adapun tentang Jubair bin Nufair yang dikatakan sebagai "wasithah antara
>> Syuraih bin 'Ubaid dengan Iyadl bin Ghanm dan Hisyam bin Hakim, sehingga
>> tampak seolah-olah telah menyambungkan "keterputusan antara Syuraih bin
>> 'Ubaid dengan Iyadl bin Ghanm dan Hisyam bin Hakim, ternyata Jubair bin
>> Nufair pun menuturkan hadits tersebut dengan ta'liq (menggugurkan perawi
>> atasnya). Jubair bin Nufair adalah seorang tabi'un yang terkemuka. Imam
>> Adz
>> Dzahabiy dalam Tadzkiratu al-Huffaadz berkata, ". Beliau (Jubair bin
>> Nufair)
>> adalah seorang ulama terkemuka, haditsnya ada dalam kitab-kitab hadits
>> seluruhnya, kecuali Shahih Bukhari, dan demikian itu karena kelemahannya
>> (layyin al-hadits). Namun, kadang-kadang ia melakukan tadlis dari
>> shahabat-shahabat besar". Atas dasar itu, hadits dari Jubair bin Nufair
>> pun
>> munqathi', dan tidak bisa menyelamatkan keterputusan antara Syuraih bin
>> 'Ubaid dengan 'Iyadl bin Ghanm dan Hisyam bin Hakim. Sebab, Jubair bin
>> Nufair sendiri tidak menyaksikan langsung kejadiannya atau mendengarnya
>> langsung dari orang yang meriwayatkan dari 'Iyad bin Ghanm dan Hisyam bin
>> Hakim. Atas dasar itu, hadits ini tetap tidak bisa selamat dari
>> keterputusan
>> (inqitha'). Dengan demikian, hadits itu harus dihukumi sebagai hadits
>> munqathi' dan tidak layak dijadikan sandaran hujjah.
>>
>> * Hadits dari jalur Mohammad bin 'Ayyasy, maka Mohammad bin 'Ayyasy
>> adalah dla'ifu al-hadits (dla'if haditsnya). Di dalam Kitab Al-Jarh wa
>> al-Ta'diil, Abu Hatim berkata, "Dia tidak mendengar apapun dari bapaknya".
>> Al Hafidz Ibnu Hajar dalam At-Taqriib berkata, "Mereka mencela dirinya
>> karena ia menuturkan dari bapaknya tanpa pernah mendengarnya". Dalam
>> hadits
>> ini tidak boleh dinyatakan bahwa ia dengan sharih menuturkan dari bapaknya
>> (dengan lafadz haddatsanaa); sebab dia adalah dla'if, tidak tsiqqah".
>> * Jalur dari Amru bin Ishaq bin Zibriiq haddatsana abii (H) haddatsana
>> 'Imarah bin Wutsaimah Al Mishri dan Abdurrahman bin Mu'awiyah Al 'Utabi
>> keduanya berkata: Haddatsana Ishaq bin Zibriiq, haddatsana 'Amru bin Al
>> Harits dari Abdullah bin Salim dari Az Zubaidi haddatsna Al Fadl bin
>> fadlalah mengembalikannya kepada 'Aidz mengembalikannya kepada Jubair bin
>> Nufair bahwa 'Iyadl bin Ghanam..dst.
>>
>> Ibnu Zibriiq adalah waah. Imam Adz Dzahabiy berkata, "Ibnu Zibriiq adalah
>> waah (lemah)". Ishaq adalah ayah dari Amru, dan tentang dia, Al Hafidz
>> berkata, "Shaduq yahammu katsiira (shaduq tapi banyak lemahnya), dan
>> Mohammad bin 'Aud menyebutkan bahwa dia itu berdusta". Abu Hatim juga
>> berkata tentang dia, "Syaikh la ba'sa bihi, hanya saja mereka mencelanya.
>> Saya mendengar Yahya bin Ma'in memujinya dengan baik". Dalam Tarikh Ibnu
>> 'Asaakir dan juga Tahdzibnya Ibnu Badran, disebutkan bahwa An Nasaaiy
>> berkata, "Ishaq tidak tsiqqah jika meriwayatkan dari 'Amru bin Harits".
>> Sedangkan hadits di atas Ishaq meriwayatkan dari 'Amru bin Harits!!!
>> Sedangkan Amru bin Harits, Ibnu Hibban dalam Tsiqahnya berkata, "Ia adalah
>> mustaqim al-hadits". Namun, Imam Adz Dzahabiy membantahnya dalam Al-Mizan,
>> "Tafarrada bi ar-riwayah 'anhu Ishaq bin Ibrahim bin Zibriiq dan maulanya,
>> yang namanya 'Ulwah, dan dia tidak tidak diketahui keadilannya". Dengan
>> demikian, yang meriwayatkan hadits dari dari Amru bin Harits hanyalah
>> Ishaq
>> dan maulanya Amru bin Harits yang majhul. Sedangkan Ishaq adalah waah
>> (lemah). Sedangkan Amru bin Ishaq bin Zibriiq al-Himshiy termasuk
>> syaikhnya
>> Imam Thabaraniy. Sayangnya tidak ada biografi atas dirinya, alias majhul.
>>
>> Dengan demikian hadits dari jalur ini jelas-jelas lemah dan banyak
>> 'illatnya, yakni; (1) majhulnya Amru bin Ishaq bin Zibriiq al-Himshiy,
>> syaikhnya Imam Thabaraniy, (2) dla'ifnya Ishaq bin Ibrahim bin Zibriiq
>> yang
>> sangat parah, (3) lemahnya (layyin) 'Amru bin Harits, (3) lemahnya
>> (layyin)
>> al-Fadlil bin Fudlalah, (4) keterputusan (inqitha') antara al-Fadlil
>> dengan
>> Ibnu 'Aidz, (5) terputusnya Ibnu 'Aidz dengan Jubair bin Nufair, (6)
>> terputusnya Jubair bin Nufair dengan semua orang yang meriwayatkan dari
>> 'Iyadl bin Ghanm dan Hisyam bin Hakim radliyallahu 'anhumaa. Dengan
>> demikian, jalur inipun gugur secara menyakinkan.
>>
>> Adapun komentar Imam Al-Haitsamiy dalam Majma' az Zawaid, "Rijaaluhu
>> tsiqat
>> wa isnaduhu muttashil", maka harus dinyatakan bahwa komentar beliau ini
>> tidak tepat dikarenakan alasan-alasan di atas.
>>
>> * Permasalahan yang sebenarnya hendak dibuktikan adalah sanad dari
>> Syuraih bin 'Ubaid atau Jubair bin Nufair ra. Dan telah dijelaskan bahwa
>> Syuraih bin 'Ubaid atau Jubair bin Nufair meriwayatkan dengan ta'liq
>> (menggugurkan perawi atasnya). Tidak ada satupun lafadz yang menunjukkan
>> kehadiran keduanya dalam kisah itu, atau mendengar diskusi antara Hisyam
>> bin
>> Hakim dan 'Iyadl bin Ghanm; atau mendengar langsung dari orang yang
>> menyaksikan atau mendengar dari Hisyam bin Hakim dan 'Iyadl bin Ghanm.
>> Oleh
>> karena itu, riwayat tersebut dihukumi munqathi' (terputus).
>>
>> Semua riwayat dari Jubair bin Nufair dan Syuraih bin 'Ubaid diketahui
>> mursal
>> dari qudama` ash-shahahat (shahabat-shahabat terkemuka), bahkan Syuraih
>> meriwayatkan hadits secara mursal dari seluruh shahabat. Atas dasar itu,
>> semua riwayat yang berasal darinya dihukumi inqitha' (terputus).
>>
>> Adapun riwayat mu'an'anah dari 'Iyadl bin Ghanm, maka sudah dimaklumi
>> bahwa
>> 'Iyadl bin Ghanm meninggal tahun 20 H pada masa kekhilafahan Umar bin
>> Khaththab ra, dan Jubair bin Nufair tidak pernah mendengar dari 'Iyadl bin
>> Ghanm, sebagaimana disebutkan dalam biografinya di Kitab Tahdziib
>> al-Kamaal
>> karya Al-Maziy, dan at-Tadzkirah karya Husainiy. Selain itu, Jubair bin
>> Nufair juga dikenal meriwayatkan secara mursal dari shahabat-shahabat
>> besar.
>> Dengan demikian, riwayat ini juga terputus (inqitha').
>>
>> Selain itu, ada cacat lain dari hadits tersebut dari sisi matan.
>> Hadits-hadits lain justru menyakinkan kepada kita bahwa Hisyam bin Hakim
>> tetap mengoreksi 'Iyadl bin Ghanm dengan terang-terangan ketika berada di
>> Himsh. Imam Thabaraniy meriwayatkan sebuah hadits dari 'Urwah bin
>> az-Zubair
>> bahwasanya Hisyam bin Hakim mendapati 'Iyadl bin Ghanm , pada saat itu ia
>> berada di Himsh, menjemur manusia dari al-Nabth di bawah terik matahari,
>> dalam masalah jizyah. Hisyam bin Hakim berkata, "Apa ini wahai 'Iyadl bin
>> Ghanm! Saya mendengar Nabi saw bersabda, "Sesungguhnya Allah akan menyiksa
>> orang-orang yang menyiksa manusia di dunia". Hadits ini adalah hasan
>> lidzatihi dikarenakan dikarenakan banyaknya hadits-hadits mutabi'ahnya.
>> Selain itu, riwayat-riwayat lain juga menunjukkan bahwa Hisyam bin Hakim
>> juga mengoreksi dengan terang-terangan, sebagaimana ia mengingkari
>> penguasa
>> Himsh yang tidak disebutkan namanya, atau terhadap ;Umair bin Sa'ad pada
>> saat ia berada di Palestina atau di Himsh. Peristiwa ini terjadi setelah
>> terjadinya diskusi antara dirinya dengan 'Iyadl bin Ghanm pada saat
>> penaklukkan Dariya., Ini bisa diketahui dari kronologi sejarah penaklukkan
>> jazirah Syam. Seandainya peristiwa diskusi antara Hisyam bin Hakim dengan
>> Iyadl bin Ghanm tentang "koreksi sembunyi-sembunyi" merupakan hukum asal
>> mengapa shahabat jalil Hisyam bin Hakim tetap mengoreksi penguasa dengan
>> terang-terangan!?
>>
>> Walhasil, hadits-hadits itu seluruhnya gugur baik karena perawinya yang
>> lemah (Mohammad bin 'Iyasy), maupun terputusnya Jubair bin Nufair dengan
>> 'Iyadl bin Ghanm dan Hisyam bin Hakim. Lih :
>> http://mtaufiknt.wordpress.com/2010/05/06/cara-menasehati-penguasa/
>>
>>
>>
>> (Whe-en)
>> Jawab saja mas dan siapa juga yang sudah mentakhrijnya. Jangan bermain
>> dengan kata2 terus
>>
>>
>>
>> [Dani] Sekali lagi kalau M WN ini teliti terhadap artikel yang telah
>> disampaikan maka tidak akan ada kata-kata "Jangan bermain dengan kata2
>> terus"
>>
>>
>>
>> Hadist tentang menasehati Penguasa detailnya seperti berikut…
>>
>>
>>
>> "Telah menceritakan kepada kami [Abu Al Mughiroh] telah menceritakan
>> kepada
>> kami [Shafwan] telah menceritakan kepadaku [Syuraih bin 'Ubaid Al
>> Hadlromi]
>> dan yang lainnya berkata; ['Iyadl bin Ghonim] mencambuk orang Dariya
>> ketika
>> ditaklukkan. [Hisyam bin Hakim] meninggikan suaranya kepadanya untuk
>> menegur
>> sehingga 'Iyadl marah. ('Iyadl Radliyallahu'anhu) tinggal beberapa hari,
>> lalu Hisyam bin Hakim mendatanginya, memberikan alasan. Hisyam berkata
>> kepada 'Iyadl, tidakkah kau mendengar Nabi Shallallahu'alaihiwasallam
>> bersabda: " Orang yang paling keras siksaannya adalah orang-orang yang
>> paling keras menyiksa manusia di dunia?." 'Iyadl bin ghanim berkata; Wahai
>> Hisyam bin Hakim, kami pernah mendengar apa yang kau dengar dan kami juga
>> melihat apa yang kau lihat, namun tidakkah kau mendengar Rasulullah
>> Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Barangsiapa yang hendak menasehati
>> penguasa dengan suatu perkara, maka jangan dilakukan dengan
>> terang-terangan,
>> tapi gandenglah tangannya dan menyepilah berdua. Jika diterima memang
>> begitu, jika tidak maka dia telah melaksakan kewajibannya", kamu Wahai
>> Hisyam, kamu sungguh orang yang berani, jika kamu berani kepada penguasa
>> Allah, kenapa kamu tidak takut dibunuh penguasa dan kau menjadi korban
>> penguasa Allah subhanahu wata'ala?."
>>
>>
>>
>> Hadist ini di takhrij/dikeluarkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya No.
>> 14792
>>
>>
>>
>> Sebagi bukti saja bahwa hadist ini pun dipermasalahkan pada masa sebelum
>> Syaikh Al bany rahimahullah mensahihkannya, sebagaimana berikut /Dan
>> Perhatikan Lafazh-lafzh mana yang sahih, mana yang sahih lighoiri, hasan
>> lighoiri, dan mana-mana saja perwawi yang accepatable, serta mana
>> lafazh-lafazh yang dipandang sahih.
>>
>> Diriwayatkan pula oleh Ibnu Abi 'Aashim dalam As-Sunnah no. 1096 dari
>> jalan
>> Baqiyyah bin Al-Waliid dan Ibnu 'Adiy dalam Al-Kaamil 4/1393 dari jalan
>> Shadaqah bin 'Abdillah Ad-Dimasyqiy; keduanya dari Shafwaan bin 'Amru, …
>>
>> Keterangan ringkas perawi yang meriwayatkan hadits di atas :
>>
>> 1. 'Iyaadl bin Ghanm; ia adalah Ibnu Zuhair bin Abi Syaddaad bin
>> Rabii'ah
>> Al-Fihriy, seorang shahabat mulia yang ikut menyaksikan perjanjian
>> Hudaibiyyah. Wafat pada tahun 20 H di Syaam [lihat Tajriid
>> Asmaaush-Shahabah
>> 1/431 no. 4669, Usudul-Ghaabah 4/315-317 no. 4161, dan Al-Ishaabah 5/50-51
>> no. 6135].
>>
>>
>>
>> 2. Hisyaam bin Hakiim; ia adalah Ibnu Hizaam bin Khuwailid bin Asad
>> Al-Qurasyiy Al-Asadiy, seorang shahabat mulia yang sangat bersemangat
>> dalam
>> amar ma'ruf nahi munkar. Beliau masuk Islam pada saat Fathu Makkah
>> [Tajriidu
>> Asmaaish-Shahaabah 2/120 no. 1362, Tahdziibul-Kamaal, 30/194-198 no. 6573,
>> dan Al-Ishaabah 6/285 no. 8964].
>>
>>
>>
>> 3. Syuraih bin 'Ubaid Al-Hadlramiy. Al-'Ijliy berkata : "Seorang
>> tabi'iy
>> dari Syaam yang tsiqah". Duhaim berkata : "Tsiqah". An-Nasaa'iy berkata :
>> "Tsiqah" [Tahdziibul-Kamaal, 12/446-448 no. 2726]. Ibnu Hajar berkata :
>> "Tsiqah, akan tetapi banyak memursalkan hadits. Wafat setelah tahun 100 H"
>> [Taqriibut-Tahdziib – bersama At-Tahriir 2/111 no. 2775].
>>
>>
>>
>> 4. Shafwaan; ia adalah Ibnu 'Amru bin Harim As-Saksakiy, Abu 'Amr
>> Al-Himshiy. Ahmad bin Hanbal berkata : "Tidak mengapa dengannya". Abu
>> Haatim
>> mengatakan bahwa Yahyaa bin Ma'iin memujinya. 'Amru bin 'Aliy berkata :
>> "Tsabt dalam hadits". Al-'Ijliy, Duhaim, Abu Haatim, An-Nasaa'iy,
>> Ibnul-Mubaarak, dan yang lainnya mentsiqahkannya. [lihat :
>> Tahdziibut-Tahdziib, 13/201-207 no. 2888]. Ibnu Hajar berkata : "Tsiqah"
>> [Taqriibut-Tahdziib – bersama At-Tahriir 2/142 no. 2938].
>>
>>
>>
>> 5. Abul-Mughiirah; ia adalah 'Abdul-Qudduus bin Al-Hajjaaj
>> Al-Khaulaaniy,
>> Abul-Mughiirah Asy-Syaamiy Al-Himshiy. Ia seorang perawi tsiqah yang
>> dipakai
>> oleh Al-Bukhaariy dan Muslim dalam Shahih-nya [Al-Mughniy fii Ma'rifati
>> Rijaal Ash-Shahiihain hal. 158 no. 1347].
>>
>> Sanad hadits ini adalah lemah, karena keterputusan antara Syuraih dengan
>> 'Iyaadl dan Hisyaam.
>>
>> Akan tetapi lafadh : "'Orang yang paling keras siksaannya adalah
>> orang-orang
>> yang paling keras menyiksa manusia di dunia' adalah shahih. Al-Imam Ahmad
>> membawakan hadits dari jalan lain sebagai berikut :
>>
>> حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ عَنِ الزُّهْرِيِّ
>> أَخْبَرَنِي عُرْوَةُ بْنُ الزُّبَيْرِ أَنَّ هِشَامَ بْنَ حَكِيمِ بْنِ
>> حِزَامٍ وَجَدَ عِيَاضَ بْنَ غَنْمٍ وَهُوَ عَلَى حِمْصَ يُشَمِّسُ نَاسًا
>> مِنْ
>> النَّبَطِ فِي أَدَاءِ الْجِزْيَةِ فَقَالَ لَهُ هِشَامٌ مَا هَذَا يَا
>> عِيَاضُ
>> إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ
>> إِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يُعَذِّبُ الَّذِينَ يُعَذِّبُونَ
>> النَّاسَ
>> فِي الدُّنْيَا
>>
>> Telah menceritakan kepada kami Abul-Yamaan : Telah menceritakan kepada
>> kami
>> Syu'aib, dari Az-Zuhriy : Telah mengkhabarkan kepadaku 'Urwah bin
>> Az-Zubair
>> : Bahwasannya Hisyaam bin Hakiim bin Hizaam mendapatkan 'Iyaadl bin Ghanm
>> di
>> Himsh menjemur rakyat jelata dalam masalah pembayaran jizyah. Lalu Hisyaam
>> berkata kepadanya : "Wahai 'Iyaadl, sesungguhnya aku telah mendengar
>> Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda : 'Allah tabaaraka wa
>> ta'ala menyiksa orang yang menyiksa manusia di dunia' [Al-Musnad, 3/404].
>>
>> Sanad hadits ini shahih sesuai dengan persyaratan Muslim.
>>
>> Al-Imam Muslim juga membawakan hadits semakna sebagai berikut :
>>
>> حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ غِيَاثٍ
>> عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ هِشَامِ بْنِ حَكِيمِ بْنِ
>> حِزَامٍ قَالَ مَرَّ بِالشَّامِ عَلَى أُنَاسٍ وَقَدْ أُقِيمُوا فِي
>> الشَّمْسِ
>> وَصُبَّ عَلَى رُءُوسِهِمْ الزَّيْتُ فَقَالَ مَا هَذَا قِيلَ يُعَذَّبُونَ
>> فِي
>> الْخَرَاجِ فَقَالَ أَمَا إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
>> عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ اللَّهَ يُعَذِّبُ الَّذِينَ يُعَذِّبُونَ
>> فِي الدُّنْيَا
>>
>> Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abi Syaibah : Telah
>> menceritakan
>> kepada kami Hafsh bin Ghiyaats, dari Hisyaam bin 'Urwah, dari ayahnya,
>> dari
>> Hisyaam bin Hakiim bin Hizaam, ia berkata : Aku pernah melewati beberapa
>> orang di Syam yang dijemur di bawah terik matahari sedangkan kepala mereka
>> dituangi minyak. Kemudian Hisyam bertanya : "Mengapa mereka ini dihukum
>> ?".
>> Dikatakan : "Mereka disiksa karena masalah pajak (kharaj)". Hisyaam
>> berkata
>> : "Sesungguhnya saya pernah mendengar Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa
>> sallam bersabda : 'Sesungguhnya Allah akan menyiksa orang-orang yang
>> menyiksa orang lain di dunia" [Shahih Muslim no. 2613].
>>
>> Sedangkan lafadh hadits : 'Barangsiapa yang hendak menasehati penguasa
>> dalam
>> suatu perkara, maka jangan dilakukan dengan terang-terangan. Akan tetapi
>> gandenglah tangannya dan menyepilah berdua. Jika diterima, memang itulah
>> yang diharapkan; namun jika tidak, maka orang tersebut telah melaksakan
>> kewajibannya' ; maka ia mempunyai beberapa penguat sebagai berikut :
>>
>> 1. Al-Imam Ibnu Abi 'Aashim dalam As-Sunnah (no. 1097) berkata :
>>
>> حدثنا محمد بن عوف حدثنا محمد بن اسماعيل ثنا أبي عن ضمضم بن زرعة عن شريح بن
>> عبيد قال قال جبير بن نفير قال قال عياض بن غنم لهشام بن حكيم أو لم تسمع
>> رسول
>> الله صلى الله عليه وسلم يقول : .....(الحديث)....
>>
>> Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin 'Auf : Telah menceritakan
>> kepada
>> kami Muhammad bin Ismaa'iil : Telah menceritakan ayahku, dari Dlamdlam bin
>> Zur'ah, dari Syuraih bin 'Ubaid, ia berkata : Telah berkata Jubair bin
>> Nufair, ia berkata : Telah berkata 'Iyaadl bin Ghanm kepada Hisyaam bin
>> Hakiim : "Tidakkah engkau pernah mendengar Rasulullah shallallaahu 'alaihi
>> wa sallam bersabda : '….(al-hadits)….".
>>
>> Muhammad bin 'Auf adalah seorang tsiqah lagi haafidh. Muhammad bin
>> Ismaa'iil
>> bin 'Ayyaasy, ia seorang perawi yang lemah. Abu Haatim mengkritiknya bahwa
>> ia tidak pernah mendengar riwayat dari ayahnya. Sedangkan ayahnya
>> (Ismaa'iil
>> bin 'Ayyaasy) adalah perawi tsiqah dan haditsnya shahih jika ia
>> meriwayatkan
>> dari orang-orang Syaam atau penduduk negerinya. Jika ia meriwayatkan dari
>> selain itu, maka dla'iif. Di sini, ia meriwayatkan hadits dari Dlamdlam
>> bin
>> Zur'ah, satu negeri dengan Ismaa'iil. Dlamdlam bin Zur'ah adalah perawi
>> yang
>> di-tautsiq Ibnu Ma'iin, Ahmad bin Muhammad bin 'Iisaa, Ibnu Hibbaan, dan
>> Ibnu Numair. Namun Abu Haatim mendla'ifkannya. Perkataan yang benar, ia
>> adalah perawi tsiqah. Adapun jarh Abu Haatim adalah jenis jarh mubham
>> (tidak
>> dijelaskan sebabnya), sehingga tidak diterima jika telah tetap
>> pen-tautsiq-annya. Syuraih bin 'Ubaid Al-Hadlramiy, ia adalah perawi
>> tsiqah
>> – namun disifati banyak memursalkan hadits. Jubair bin Nufair, ia perawi
>> tsiqah lagi jaliil. Dikatakan, ia mendapati masa kepemerintahan Al-Waliid
>> bin 'Abdil-Malik (86 H). Antara Syuraih dan Jubair adalah semasa
>> (mu'asharah), sehingga riwayat Syuraih ini dihukumi bersambung.
>>
>> Kesimpulannya, riwayat ini lemah dari faktor Muhammad bin Ismaa'iil bin
>> 'Ayyaasy.
>>
>> Muhammad bin Ismaa'iil mempunyai mutaba'ah dari 'Abdul-Wahhaab bin
>> Adl-Dlahhaak; sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Nu'aim dalam
>> Ma'rifatush-Shahaabah hal. 2162 no. 5425 dari Muhammad bin 'Aliy : Telah
>> menceritakan kepada kami Al-Husain bin Muhammad bin Hammaad : Telah
>> menceritakan kepada kami 'Abdul-Wahhaab bin Adl-Dlahhaak : Telah
>> menceritakan kepada kami Ismaa'iil bin 'Ayyaasy, selanjutnya seperti sanad
>> di atas.
>>
>> Namun sayangnya 'Abdul-Wahhaab bin Adl-Dlahhaak adalah perawi matruuk
>> [At-Taqriib – bersama At-Tahriir 2/397 no. 4257].
>>
>> 2. Al-Imam Ibnu Abi 'Aashim dalam As-Sunnah (1098) berkata :
>>
>> حدثنا محمد بن عوف ثنا عبد الحميد بن إبراهيم عن عبدالله بن سالم عن الزبيدي
>> عن
>> الفضيل بن فضالة يرده إلى ابن عائذ برده ابن عائذ إلى جبير بن نفير عن عياض
>> بن
>> غنم قال لهشام بن حكيم : ...........(الحديث).....
>>
>> Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin 'Auf : Telah menceritakan
>> kepada
>> kami 'Abdul-Hamiid bin Ibraahiim, dari 'Abdullah bin Saalim, dari
>> Az-Zubaidiy, dari Al-Fudlail bin Fadlaalah, ia mengembalikannya kepada
>> Ibnu
>> 'Aaidz, dan Ibnu 'Aaidz mengembalikannya kepada Jubair bin Nufair, dari
>> 'Iyaadl bin Ghanm, ia berkata kepada Hisyaam bin Al-Hakiim :
>> "…..(al-hadits)….".
>>
>> 'Abdul-Hamiid bin Ibraahiim adalah perawi lemah. Hapalannya tercampur
>> setelah kitab-kitabnya hilang. 'Abdullah bin Saalim Al-Asy'ariy, ia
>> seorang
>> perawi yang tsiqah. Az-Zubaidiy, ia adalah Muhammad bin Al-Waliid
>> Az-Zubaidiy; seorang perawi tsiqah. Ibnu 'Aaidz, ia adalah 'Abdurrahmaan
>> bin
>> 'Aaidz Al-Azdiy; seorang perawi tsiqah.
>>
>> Kesimpulannya, riwayat ini lemah dari faktor 'Abdul-Hamiid bin Ibraahiim.
>>
>> 'Abdul-Hamiid bin Ibraahiim mempunyai mutaba'ah dari 'Amru bin Al-Haarits
>> Al-Himshiy. Diriwayatkan pula oleh Ath-Thabaraaniy dalam Al-Kabiir 17/367
>> no. 1007, Al-Haakim 3/290, dan Al-Bukhaariy dalam At-Taariikh Al-Kabiir
>> 7/18-19 dari jalan Ishaaq bin Ibraahiim bin Zibriiq, dari 'Amru bin
>> Al-Haarits Al-Himshiy, dari 'Abdullah bin Saalim, selanjutnya seperti
>> sanad
>> di atas.
>>
>> Mengenai Ishaaq bin Ibraahiim bin Zibriiq, Abu Haatim berkata : "Syaikh".
>> Ibnu Ma'iin memujinya dengan berkata : "Tidak mengapa dengannya (laa ba'sa
>> bihi)" [Al-Jarh wat-Ta'diil 2/209 no. 711]. An-Nasaa'iy – sebagaimana
>> dinukil Al-Mizziy – mengatakan : "Tidak tsiqah". Namun dalam riwayat Ibnu
>> 'Asaakir sebagaimana yang dibawakan oleh Ibnu Badraan dalam At-Tahdziib
>> (2/407), An-Nasaa'iy berkata : "Tidak tsiqah, jika ia meriwayatkan dari
>> 'Amru bin Al-Haarits". Jadi ketidaktsiqahan ini di-taqyid dalam
>> periwayatan
>> dari 'Amru. Muhammad bin 'Auf memutlakkan kedustaan terhadapnya. Abu Dawud
>> mengikuti Muhammad bin 'Auf dengan perkataannya : "Tidak ada apa-apanya".
>> Namun perkataan keduanya ini perlu ditinjau kembali, sebab Al-Bukhaariy
>> (dalam Shahih-nya dengan periwayatan mu'allaq), Abu Haatim, Al-Fasaawiy,
>> dan
>> yang lainnya membawakan riwayatnya dimana tidak ada keraguan bahwa mereka
>> tidaklah meriwayatkan dari para pendusta yang dikenal kedustaaannya.
>> Al-Haakim (Al-Mustadrak 3/290) dan Ibnu Hibbaan (Ats-Tsiqaat 8/113)
>> men-tautsiq-nya.
>>
>> Perkataan yang benar di sini adalah bahwa Ishaaq bin Ibraahiim bin Zibriiq
>> adalah shaduuq; riwayatnya lemah jika berasal dari 'Amr bin Al-Haarits.
>>
>>
>>
>> Adapun 'Amr bin Al-Haarits; Ibnu Hibbaan berkata : "Mustaqiimul-hadiits"
>> [Ats-Tsiqaat, 8/480]. Jika Ibnu Hibbaan telah men-jazm-kan satu
>> penta'dilan
>> dalam Ats-Tsiqaat, maka ta'dil tersebut diakui. Adz-Dzahabiy
>> mentsiqahkannya
>> (Al-Kaasyif 2/73 no. 4136), sedangkan Ibnu Hajar mengatakan : "Maqbuul"
>> [At-Taqriib – bersama At-Tahriir 3/89 no. 5001].
>>
>>
>>
>> Demikian untuk saat ini.
>>
>>
>>
>> Regards,
>> Dani Permana
>>
>> " Always desire to learn something useful."
>>
>>
>>
>> From: milis_iqra@googlegroups.com [mailto:milis_iqra@googlegroups.com] On
>> Behalf Of whe.en9999@gmail.com
>> Sent: Wednesday, January 26, 2011 8:49 PM
>> To: milis_iqra@googlegroups.com
>> Subject: Re: [Milis_Iqra] Sahal Mahfudz: Kritik Boleh, Tapi Jangan Bikin
>> Gaduh
>>
>>
>>
>> Maaf mas Dani,
>> Jangan jadikan ini debat kusir, jangan jadikan hadits sebagai mainan yang
>> tidak jelas pembahasannya. mas dani yang saya kenal dulu adalah orang
>> yang
>> paling fokus dalam berdiskusi.
>>
>> Entah kenapa sekarang begini. Berkali2 saya bertanya ada apa sebenarnya.
>>
>> Jika memang mas dani ingin mengakhiri diskusi karena tidak dapat menjawab
>> pertanyaan2 saya, silahkan mengemukakan dengan jelas, tidak perlu
>> berputar2,
>> karena ini forum umum.
>>
>> Terimakasih
>> Whe-en
>>
>> Sent from my BlackBerry®
>> powered by Sinyal Kuat INDOSAT
>>
>> -----Original Message-----
>> From: Dani Permana <adanipermana@gmail.com>
>> Sender: milis_iqra@googlegroups.com
>> Date: Wed, 26 Jan 2011 20:17:04
>> To: <milis_iqra@googlegroups.com>
>> Reply-To: milis_iqra@googlegroups.com
>> Subject: RE: [Milis_Iqra] Sahal Mahfudz: Kritik Boleh, Tapi Jangan Bikin
>> Gaduh
>>
>> (Whe-en)
>> Kalau mas dani bukan ahli hadits kenapa cenderung memilih mendhoifkan,
>> dasarnya apa? Wong tidak bisa mentakhrij, ketika dikomparasi ya ga bisa
>> berpendapat, tapi memilih dan pilihannya menyalahi pilihan mas dani
>> sendiri.
>>
>> (Dani) yang mendho'ifkan siapa mbak? Mohon klarifikasinya?
>>
>> (Whe-en)
>> Jawab saja mas dan siapa juga yang sudah mentakhrijnya. Jangan bermain
>> dengan kata2 terus
>>
>> (Dani) silahkan refer ke artikel yang saya kirim.... Disitu sudah jelas
>>
>> Dani Permana
>> Sent from my Windows Mobile® phone.
>>
>> -----Original Message-----
>> From: whe.en9999@gmail.com
>> Sent: Wednesday, January 26, 2011 5:18 PM
>> To: milis_iqra@googlegroups.com
>> Subject: Re: [Milis_Iqra] Sahal Mahfudz: Kritik Boleh, Tapi Jangan Bikin
>> Gaduh
>>
>> [Dani Permana] loh kalau saya bukan ahli haidst masa di bilang bermain
>> kata-kata….. hahahahah masa saya mengaku-ngaku Neh saya ahli hadist….
>>
>> (Whe-en)
>> Kalau mas dani bukan ahli hadits kenapa cenderung memilih mendhoifkan,
>> dasarnya apa? Wong tidak bisa mentakhrij, ketika dikomparasi ya ga bisa
>> berpendapat, tapi memilih dan pilihannya menyalahi pilihan mas dani
>> sendiri.
>>
>> Kalau mas dani mendhoifkan dan sudah tahu lama kenapa memakai hadits dhoif
>> sebagai dalil?
>>
>> [Dani Permana] Disitulah kekurang telitian M WN dalam membaca sebuah
>> artikel… silahkan refer kembali… alasan-alasan orang yang menlemahkan
>> hadist
>> tersebut
>>
>> (Whe-en)
>> Jawab saja mas dan siapa juga yang sudah mentakhrijnya. Jangan bermain
>> dengan kata2 terus
>>
>> Terimakasih
>> Whe-en
>>
>> Sent from my BlackBerry®
>> powered by Sinyal Kuat INDOSAT
>> From: "Dani Permana" <adanipermana@gmail.com>
>> Sender: milis_iqra@googlegroups.com
>> Date: Wed, 26 Jan 2011 17:09:57 +0700
>> To: <milis_iqra@googlegroups.com>
>> ReplyTo: milis_iqra@googlegroups.com
>> Subject: RE: [Milis_Iqra] Sahal Mahfudz: Kritik Boleh, Tapi Jangan Bikin
>> Gaduh
>>
>>
>> From: milis_iqra@googlegroups.com [mailto:milis_iqra@googlegroups.com] On
>> Behalf Of whe.en9999@gmail.com
>>
>> [Dani Permana] Saya bukanlah ahli hadist/muhadist jadi jangan
>> mempertanyakan
>> sesuatu yang bukan pada ahlinya.
>>
>> (Whe-en)
>> Jangan bermain dengan kata kata terus mas Dani.
>> Fokuslah karena ini diskusi
>>
>> [Dani Permana] loh kalau saya bukan ahli haidst masa di bilang bermain
>> kata-kata….. hahahahah masa saya mengaku-ngaku Neh saya ahli hadist….
>>
>>
>> Bukankah kemarin mas dani sendiri yang minta saya yang memulai memposting
>> dari jalur mana syaikh Albani menshohihkan, lalu kita bahas, mas Dani
>> sudah
>> memposting dhoifnya hadits ini dan mas dani sudah tahu lama, koq sekarang
>> bilang tidak tahu.
>>
>> [Dani Permana] Saya Quote pernytaan M WN "saya sendiri tidak mampu
>> mentakhrij-nya, jadi silahkan jika memang mau menerangkan kepada saya,
>> lebih
>> kuat mana yang mentakhrij dhoif atau shahih,"
>>
>> Melihat jenis pertanyaannya "lebih kuat mana yang mentakhrij dhoif atau
>> shahih,"… itu yang saya tidak saya jawab dan saya bukan seorang muhadist….
>>
>> Ada apa sebenarnya.
>>
>> [Dani Permana] Tidak ada apa-apa…
>>
>>
>> [Dani Permana] Saya mengerti jika M WN berpikiran demikian karena 3
>> artikel
>> yang telah saya kirim berbeda dengan apa yang selama ini M WN pahami
>>
>> --
>> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-
>> =-=-
>> Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
>> dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
>>
>> Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang
>> berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
>>
>> Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
>> Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
>> Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
>> Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
>> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-
>> =-=-
>>
>> --
>> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-
>> =-=-
>> Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
>> dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
>>
>> Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang
>> berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
>>
>> Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
>> Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
>> Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
>> Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
>> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-
>> =-=-
>>
>>_____
>>
>> No virus found in this message.
>> Checked by AVG - www.avg.com
>> Version: 10.0.1191 / Virus Database: 1435/3402 - Release Date: 01/25/11
>>
>>_____
>>
>> No virus found in this message.
>> Checked by AVG - www.avg.com
>> Version: 10.0.1191 / Virus Database: 1435/3402 - Release Date: 01/25/11
>>
>> --
>> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-
>> =-=-
>> Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
>> dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
>>
>> Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang
>> berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
>>
>> Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
>> Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
>> Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
>> Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
>> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-
>> =-=-
>>
>> --
>> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-
>> =-=-
>> Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
>> dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
>>
>> Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang
>> berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
>>
>> Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
>> Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
>> Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
>> Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
>> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-
>> =-=-
>>
>> --
>> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
>> Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
>> dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
>>
>> Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang
>> berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
>>
>> Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
>> Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
>> Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
>> Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
>> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
>
> --
> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
> Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
> dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
>
> Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang
> berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
>
> Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
> Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
> Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
> Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
>
> --
> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
> Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
> dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
>
> Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang
> berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
>
> Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
> Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
> Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
> Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
No comments:
Post a Comment