Thursday, January 27, 2011

Re: [Milis_Iqra] Tentang Hadist "'Iyadl bin ghanim " - Tanggapan

Mas wawan,kira kira ada hubunganya tidak lemah lembut dgn menasehati pemimpin dgn terang terangan atau sembunyi-sembunyi ?

Terima kasih

Sent from BlackBerry® on 3

-----Original Message-----
From: wawan wahyu <wawan.wahyu@gmail.com>
Sender: milis_iqra@googlegroups.com
Date: Fri, 28 Jan 2011 14:26:45
To: <milis_iqra@googlegroups.com>
Reply-To: milis_iqra@googlegroups.com
Subject: Re: [Milis_Iqra] Tentang Hadist "'Iyadl bin ghanim " - Tanggapan

Dan ketika Allah memerintahkan Musa dan Harun untuk menemui Fir'aun,
Allah berfirman.

"Artinya : Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata
yang lemah kembut mudah-mudahan ia ingat atau takut" [Thaha : 44]

Jadi ketika dgn Fir aun aja dengan lemah lembut, bagaimana dengan
penguasa yg lain?

On 1/26/11, Dani Permana <adanipermana@gmail.com> wrote:
> M WN, saya bertanya hal berikut ini, bukan lainnya
>
> 1. Knapa hadist "Iyadl bin ghanim " tentang Cara menasehati penguasa
> hanya ada dalam Musnad Ahmad, Ibnu 'Abi Ashim dalam As Sunnan, Ibnu 'Ady
> dalam Al Kamil?
>
> 2. Knapa Imam Bukhori, Imam Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan Ibnu Majah,
> Sunan An Nasa'I, Al Muwatha Imam Malik, Al Um Imam Asy Syafi'I, Sunan Ad
> Darimi tidak ada?
>
> 3. Jika memang hadist tersebut tidak dipermasalahkan kesahihannya,
> mengapa seorang Imam Bukhori dan Imam Muslim tidak memasukan dalam kitab
> Sahihnya?
>
> [Wheen] Ada syarat2 menggunakan hadits dhoif sebagai hukum, saya tahu mas
> dani lebih tahu itu, pertanyaan inipun sampai kapan akan ditangguhkan. Jika
> mas dani menganut paham hadits ini dhoif, kenapa mas dani menggunakannya?
>
>
>
> [Dani] agar lebih spesifik, hadist dho'if itu bisa digunakan pada hal apa
> dahulu? Mohon kiranya memberikan tanggapan.
>
>
>
> [Wheen] Orang sombong adalah orang yang menolak kebenaran.
>
> Berlaku adillah karena adil lebih dekat kepada taqwa.
>
> Katakan yang hak itu hak dan sebaliknya.
>
>
>
> [Dani]
>
> 1. Apakah saya sombong hingga menolak kebenaran?
>
> 2. Apakah saya tidak adil?
>
> 3. Apakah saya tidak mengatakan yang haq?
>
> Mohon klarifikasinya?
>
>
>
>
>
> Regards,
> Dani Permana
>
>
>
> " Always desire to learn something useful."
>
>
>
> From: milis_iqra@googlegroups.com [mailto:milis_iqra@googlegroups.com] On
> Behalf Of whe.en9999@gmail.com
> Sent: Wednesday, January 26, 2011 10:11 PM
> To: milis_iqra@googlegroups.com
> Subject: Re: [Milis_Iqra] Tentang Hadist "'Iyadl bin ghanim " - Tanggapan
>
>
>
> Pertanyaan mas dani jawabannya ada di artikel soal takhrij hadist tersebut,
> totalnya 26 halaman, disitu juga dijelaskan terputusnya dibuktikan tidak
> terputus, dhoifnya dibuktikan tidak dhoif. Sudah dibaca belum sebenarnya.
>
> Jika setiap kali biar kelihatan ilmiah saya ditanya dan ditambahi
> pertanyaan, selebar apa diskusi ini, pertanyaan saya tak satupun dijawab,
> apa yang mas dani minta sudah saya penuhi dari definisi kritik, nasehat,
> kenapa syaikh albani menshahihkan, dsb.
>
> Ada syarat2 menggunakan hadits dhoif sebagai hukum, saya tahu mas dani lebih
> tahu itu, pertanyaan inipun sampai kapan akan ditangguhkan. Jika mas dani
> menganut paham hadits ini dhoif, kenapa mas dani menggunakannya?
>
> Orang sombong adalah orang yang menolak kebenaran.
>
> Berlaku adillah karena adil lebih dekat kepada taqwa.
>
> Katakan yang hak itu hak dan sebaliknya.
>
> Terimakasih
> Whe-en
>
> Sent from my BlackBerry®
> powered by Sinyal Kuat INDOSAT
>
>_____
>
> From: "Dani Permana" <adanipermana@gmail.com>
>
> Sender: milis_iqra@googlegroups.com
>
> Date: Wed, 26 Jan 2011 21:54:31 +0700
>
> To: <milis_iqra@googlegroups.com>
>
> ReplyTo: milis_iqra@googlegroups.com
>
> Subject: RE: [Milis_Iqra] Tentang Hadist "'Iyadl bin ghanim " - Tanggapan
>
>
>
> Baiklah kalau begitu, saya mencoba satu-satu dan sebenarnya jawaban ini
> merupakan jawaban dari artikel-artikel yang telah berlalu jika M WN teliti
> dan mau membaca secara teliti. Agar diskusi berkelanjutan perkenankanlah
> saya bertanya ke M WN:
>
> 4. Knapa hadist "Iyadl bin ghanim " tentang Cara menasehati penguasa
> hanya ada dalam Musnad Ahmad, Ibnu 'Abi Ashim dalam As Sunnan, Ibnu 'Ady
> dalam Al Kamil?
>
> 5. Knapa Imam Bukhori, Imam Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan Ibnu Majah,
> Sunan An Nasa'I, Al Muwatha Imam Malik, Al Um Imam Asy Syafi'I, Sunan Ad
> Darimi tidak ada?
>
> 6. Jika memang hadist tersebut tidak dipermasalahkan kesahihannya,
> mengapa seorang Imam Bukhori dan Imam Muslim tidak memasukan dalam kitab
> Sahihnya?
>
> Mohon kiranya M WN juga bisa memberikan keterangan atas pertanyaan-pertanyaa
> diatas agara diskusi lebih berbobot dan ilmiah dan saya diharap jangan
> bertanya balik ke saya…
>
>
>
> Tanggapan untuk ukhti Wheen…
>
>
>
> (Whe-en)
> Kalau mas dani bukan ahli hadits kenapa cenderung memilih mendhoifkan,
> dasarnya apa? Wong tidak bisa mentakhrij, ketika dikomparasi ya ga bisa
> berpendapat, tapi memilih dan pilihannya menyalahi pilihan mas dani sendiri
>
>
>
> [Dani] Saya hanya klarifikasi saja, bahwa saya bukan orang yang mendho'ifkan
> hadist tentang cara menasehati Penguasa, hendaklan M WN lebih teliti dalam
> membaca
>
> **) Berikut alasan yang mendhoifkan karena sanadnya terputus:
>
> * Hadits riwayat Imam Ahmad dari jalur Abu Mughirah, Shofwan, Syuraih
> bin 'Ubaid telah terbukti kelemahannya, karena Syuraih tidak pernah bertemu
> dengan Hisyam bin Hakim (lebih-lebih lagi Iyadl bin Ghanm). Dengan demikian,
> hadits ini dihukumi sebagai hadits munqathi', sehingga gugur sebagai hujjah.
>
> Adapun tentang Jubair bin Nufair yang dikatakan sebagai "wasithah antara
> Syuraih bin 'Ubaid dengan Iyadl bin Ghanm dan Hisyam bin Hakim, sehingga
> tampak seolah-olah telah menyambungkan "keterputusan antara Syuraih bin
> 'Ubaid dengan Iyadl bin Ghanm dan Hisyam bin Hakim, ternyata Jubair bin
> Nufair pun menuturkan hadits tersebut dengan ta'liq (menggugurkan perawi
> atasnya). Jubair bin Nufair adalah seorang tabi'un yang terkemuka. Imam Adz
> Dzahabiy dalam Tadzkiratu al-Huffaadz berkata, ". Beliau (Jubair bin Nufair)
> adalah seorang ulama terkemuka, haditsnya ada dalam kitab-kitab hadits
> seluruhnya, kecuali Shahih Bukhari, dan demikian itu karena kelemahannya
> (layyin al-hadits). Namun, kadang-kadang ia melakukan tadlis dari
> shahabat-shahabat besar". Atas dasar itu, hadits dari Jubair bin Nufair pun
> munqathi', dan tidak bisa menyelamatkan keterputusan antara Syuraih bin
> 'Ubaid dengan 'Iyadl bin Ghanm dan Hisyam bin Hakim. Sebab, Jubair bin
> Nufair sendiri tidak menyaksikan langsung kejadiannya atau mendengarnya
> langsung dari orang yang meriwayatkan dari 'Iyad bin Ghanm dan Hisyam bin
> Hakim. Atas dasar itu, hadits ini tetap tidak bisa selamat dari keterputusan
> (inqitha'). Dengan demikian, hadits itu harus dihukumi sebagai hadits
> munqathi' dan tidak layak dijadikan sandaran hujjah.
>
> * Hadits dari jalur Mohammad bin 'Ayyasy, maka Mohammad bin 'Ayyasy
> adalah dla'ifu al-hadits (dla'if haditsnya). Di dalam Kitab Al-Jarh wa
> al-Ta'diil, Abu Hatim berkata, "Dia tidak mendengar apapun dari bapaknya".
> Al Hafidz Ibnu Hajar dalam At-Taqriib berkata, "Mereka mencela dirinya
> karena ia menuturkan dari bapaknya tanpa pernah mendengarnya". Dalam hadits
> ini tidak boleh dinyatakan bahwa ia dengan sharih menuturkan dari bapaknya
> (dengan lafadz haddatsanaa); sebab dia adalah dla'if, tidak tsiqqah".
> * Jalur dari Amru bin Ishaq bin Zibriiq haddatsana abii (H) haddatsana
> 'Imarah bin Wutsaimah Al Mishri dan Abdurrahman bin Mu'awiyah Al 'Utabi
> keduanya berkata: Haddatsana Ishaq bin Zibriiq, haddatsana 'Amru bin Al
> Harits dari Abdullah bin Salim dari Az Zubaidi haddatsna Al Fadl bin
> fadlalah mengembalikannya kepada 'Aidz mengembalikannya kepada Jubair bin
> Nufair bahwa 'Iyadl bin Ghanam..dst.
>
> Ibnu Zibriiq adalah waah. Imam Adz Dzahabiy berkata, "Ibnu Zibriiq adalah
> waah (lemah)". Ishaq adalah ayah dari Amru, dan tentang dia, Al Hafidz
> berkata, "Shaduq yahammu katsiira (shaduq tapi banyak lemahnya), dan
> Mohammad bin 'Aud menyebutkan bahwa dia itu berdusta". Abu Hatim juga
> berkata tentang dia, "Syaikh la ba'sa bihi, hanya saja mereka mencelanya.
> Saya mendengar Yahya bin Ma'in memujinya dengan baik". Dalam Tarikh Ibnu
> 'Asaakir dan juga Tahdzibnya Ibnu Badran, disebutkan bahwa An Nasaaiy
> berkata, "Ishaq tidak tsiqqah jika meriwayatkan dari 'Amru bin Harits".
> Sedangkan hadits di atas Ishaq meriwayatkan dari 'Amru bin Harits!!!
> Sedangkan Amru bin Harits, Ibnu Hibban dalam Tsiqahnya berkata, "Ia adalah
> mustaqim al-hadits". Namun, Imam Adz Dzahabiy membantahnya dalam Al-Mizan,
> "Tafarrada bi ar-riwayah 'anhu Ishaq bin Ibrahim bin Zibriiq dan maulanya,
> yang namanya 'Ulwah, dan dia tidak tidak diketahui keadilannya". Dengan
> demikian, yang meriwayatkan hadits dari dari Amru bin Harits hanyalah Ishaq
> dan maulanya Amru bin Harits yang majhul. Sedangkan Ishaq adalah waah
> (lemah). Sedangkan Amru bin Ishaq bin Zibriiq al-Himshiy termasuk syaikhnya
> Imam Thabaraniy. Sayangnya tidak ada biografi atas dirinya, alias majhul.
>
> Dengan demikian hadits dari jalur ini jelas-jelas lemah dan banyak
> 'illatnya, yakni; (1) majhulnya Amru bin Ishaq bin Zibriiq al-Himshiy,
> syaikhnya Imam Thabaraniy, (2) dla'ifnya Ishaq bin Ibrahim bin Zibriiq yang
> sangat parah, (3) lemahnya (layyin) 'Amru bin Harits, (3) lemahnya (layyin)
> al-Fadlil bin Fudlalah, (4) keterputusan (inqitha') antara al-Fadlil dengan
> Ibnu 'Aidz, (5) terputusnya Ibnu 'Aidz dengan Jubair bin Nufair, (6)
> terputusnya Jubair bin Nufair dengan semua orang yang meriwayatkan dari
> 'Iyadl bin Ghanm dan Hisyam bin Hakim radliyallahu 'anhumaa. Dengan
> demikian, jalur inipun gugur secara menyakinkan.
>
> Adapun komentar Imam Al-Haitsamiy dalam Majma' az Zawaid, "Rijaaluhu tsiqat
> wa isnaduhu muttashil", maka harus dinyatakan bahwa komentar beliau ini
> tidak tepat dikarenakan alasan-alasan di atas.
>
> * Permasalahan yang sebenarnya hendak dibuktikan adalah sanad dari
> Syuraih bin 'Ubaid atau Jubair bin Nufair ra. Dan telah dijelaskan bahwa
> Syuraih bin 'Ubaid atau Jubair bin Nufair meriwayatkan dengan ta'liq
> (menggugurkan perawi atasnya). Tidak ada satupun lafadz yang menunjukkan
> kehadiran keduanya dalam kisah itu, atau mendengar diskusi antara Hisyam bin
> Hakim dan 'Iyadl bin Ghanm; atau mendengar langsung dari orang yang
> menyaksikan atau mendengar dari Hisyam bin Hakim dan 'Iyadl bin Ghanm. Oleh
> karena itu, riwayat tersebut dihukumi munqathi' (terputus).
>
> Semua riwayat dari Jubair bin Nufair dan Syuraih bin 'Ubaid diketahui mursal
> dari qudama` ash-shahahat (shahabat-shahabat terkemuka), bahkan Syuraih
> meriwayatkan hadits secara mursal dari seluruh shahabat. Atas dasar itu,
> semua riwayat yang berasal darinya dihukumi inqitha' (terputus).
>
> Adapun riwayat mu'an'anah dari 'Iyadl bin Ghanm, maka sudah dimaklumi bahwa
> 'Iyadl bin Ghanm meninggal tahun 20 H pada masa kekhilafahan Umar bin
> Khaththab ra, dan Jubair bin Nufair tidak pernah mendengar dari 'Iyadl bin
> Ghanm, sebagaimana disebutkan dalam biografinya di Kitab Tahdziib al-Kamaal
> karya Al-Maziy, dan at-Tadzkirah karya Husainiy. Selain itu, Jubair bin
> Nufair juga dikenal meriwayatkan secara mursal dari shahabat-shahabat besar.
> Dengan demikian, riwayat ini juga terputus (inqitha').
>
> Selain itu, ada cacat lain dari hadits tersebut dari sisi matan.
> Hadits-hadits lain justru menyakinkan kepada kita bahwa Hisyam bin Hakim
> tetap mengoreksi 'Iyadl bin Ghanm dengan terang-terangan ketika berada di
> Himsh. Imam Thabaraniy meriwayatkan sebuah hadits dari 'Urwah bin az-Zubair
> bahwasanya Hisyam bin Hakim mendapati 'Iyadl bin Ghanm , pada saat itu ia
> berada di Himsh, menjemur manusia dari al-Nabth di bawah terik matahari,
> dalam masalah jizyah. Hisyam bin Hakim berkata, "Apa ini wahai 'Iyadl bin
> Ghanm! Saya mendengar Nabi saw bersabda, "Sesungguhnya Allah akan menyiksa
> orang-orang yang menyiksa manusia di dunia". Hadits ini adalah hasan
> lidzatihi dikarenakan dikarenakan banyaknya hadits-hadits mutabi'ahnya.
> Selain itu, riwayat-riwayat lain juga menunjukkan bahwa Hisyam bin Hakim
> juga mengoreksi dengan terang-terangan, sebagaimana ia mengingkari penguasa
> Himsh yang tidak disebutkan namanya, atau terhadap ;Umair bin Sa'ad pada
> saat ia berada di Palestina atau di Himsh. Peristiwa ini terjadi setelah
> terjadinya diskusi antara dirinya dengan 'Iyadl bin Ghanm pada saat
> penaklukkan Dariya., Ini bisa diketahui dari kronologi sejarah penaklukkan
> jazirah Syam. Seandainya peristiwa diskusi antara Hisyam bin Hakim dengan
> Iyadl bin Ghanm tentang "koreksi sembunyi-sembunyi" merupakan hukum asal
> mengapa shahabat jalil Hisyam bin Hakim tetap mengoreksi penguasa dengan
> terang-terangan!?
>
> Walhasil, hadits-hadits itu seluruhnya gugur baik karena perawinya yang
> lemah (Mohammad bin 'Iyasy), maupun terputusnya Jubair bin Nufair dengan
> 'Iyadl bin Ghanm dan Hisyam bin Hakim. Lih :
> http://mtaufiknt.wordpress.com/2010/05/06/cara-menasehati-penguasa/
>
>
>
> (Whe-en)
> Jawab saja mas dan siapa juga yang sudah mentakhrijnya. Jangan bermain
> dengan kata2 terus
>
>
>
> [Dani] Sekali lagi kalau M WN ini teliti terhadap artikel yang telah
> disampaikan maka tidak akan ada kata-kata "Jangan bermain dengan kata2
> terus"
>
>
>
> Hadist tentang menasehati Penguasa detailnya seperti berikut…
>
>
>
> "Telah menceritakan kepada kami [Abu Al Mughiroh] telah menceritakan kepada
> kami [Shafwan] telah menceritakan kepadaku [Syuraih bin 'Ubaid Al Hadlromi]
> dan yang lainnya berkata; ['Iyadl bin Ghonim] mencambuk orang Dariya ketika
> ditaklukkan. [Hisyam bin Hakim] meninggikan suaranya kepadanya untuk menegur
> sehingga 'Iyadl marah. ('Iyadl Radliyallahu'anhu) tinggal beberapa hari,
> lalu Hisyam bin Hakim mendatanginya, memberikan alasan. Hisyam berkata
> kepada 'Iyadl, tidakkah kau mendengar Nabi Shallallahu'alaihiwasallam
> bersabda: " Orang yang paling keras siksaannya adalah orang-orang yang
> paling keras menyiksa manusia di dunia?." 'Iyadl bin ghanim berkata; Wahai
> Hisyam bin Hakim, kami pernah mendengar apa yang kau dengar dan kami juga
> melihat apa yang kau lihat, namun tidakkah kau mendengar Rasulullah
> Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Barangsiapa yang hendak menasehati
> penguasa dengan suatu perkara, maka jangan dilakukan dengan terang-terangan,
> tapi gandenglah tangannya dan menyepilah berdua. Jika diterima memang
> begitu, jika tidak maka dia telah melaksakan kewajibannya", kamu Wahai
> Hisyam, kamu sungguh orang yang berani, jika kamu berani kepada penguasa
> Allah, kenapa kamu tidak takut dibunuh penguasa dan kau menjadi korban
> penguasa Allah subhanahu wata'ala?."
>
>
>
> Hadist ini di takhrij/dikeluarkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya No. 14792
>
>
>
> Sebagi bukti saja bahwa hadist ini pun dipermasalahkan pada masa sebelum
> Syaikh Al bany rahimahullah mensahihkannya, sebagaimana berikut /Dan
> Perhatikan Lafazh-lafzh mana yang sahih, mana yang sahih lighoiri, hasan
> lighoiri, dan mana-mana saja perwawi yang accepatable, serta mana
> lafazh-lafazh yang dipandang sahih.
>
> Diriwayatkan pula oleh Ibnu Abi 'Aashim dalam As-Sunnah no. 1096 dari jalan
> Baqiyyah bin Al-Waliid dan Ibnu 'Adiy dalam Al-Kaamil 4/1393 dari jalan
> Shadaqah bin 'Abdillah Ad-Dimasyqiy; keduanya dari Shafwaan bin 'Amru, …
>
> Keterangan ringkas perawi yang meriwayatkan hadits di atas :
>
> 1. 'Iyaadl bin Ghanm; ia adalah Ibnu Zuhair bin Abi Syaddaad bin Rabii'ah
> Al-Fihriy, seorang shahabat mulia yang ikut menyaksikan perjanjian
> Hudaibiyyah. Wafat pada tahun 20 H di Syaam [lihat Tajriid Asmaaush-Shahabah
> 1/431 no. 4669, Usudul-Ghaabah 4/315-317 no. 4161, dan Al-Ishaabah 5/50-51
> no. 6135].
>
>
>
> 2. Hisyaam bin Hakiim; ia adalah Ibnu Hizaam bin Khuwailid bin Asad
> Al-Qurasyiy Al-Asadiy, seorang shahabat mulia yang sangat bersemangat dalam
> amar ma'ruf nahi munkar. Beliau masuk Islam pada saat Fathu Makkah [Tajriidu
> Asmaaish-Shahaabah 2/120 no. 1362, Tahdziibul-Kamaal, 30/194-198 no. 6573,
> dan Al-Ishaabah 6/285 no. 8964].
>
>
>
> 3. Syuraih bin 'Ubaid Al-Hadlramiy. Al-'Ijliy berkata : "Seorang tabi'iy
> dari Syaam yang tsiqah". Duhaim berkata : "Tsiqah". An-Nasaa'iy berkata :
> "Tsiqah" [Tahdziibul-Kamaal, 12/446-448 no. 2726]. Ibnu Hajar berkata :
> "Tsiqah, akan tetapi banyak memursalkan hadits. Wafat setelah tahun 100 H"
> [Taqriibut-Tahdziib – bersama At-Tahriir 2/111 no. 2775].
>
>
>
> 4. Shafwaan; ia adalah Ibnu 'Amru bin Harim As-Saksakiy, Abu 'Amr
> Al-Himshiy. Ahmad bin Hanbal berkata : "Tidak mengapa dengannya". Abu Haatim
> mengatakan bahwa Yahyaa bin Ma'iin memujinya. 'Amru bin 'Aliy berkata :
> "Tsabt dalam hadits". Al-'Ijliy, Duhaim, Abu Haatim, An-Nasaa'iy,
> Ibnul-Mubaarak, dan yang lainnya mentsiqahkannya. [lihat :
> Tahdziibut-Tahdziib, 13/201-207 no. 2888]. Ibnu Hajar berkata : "Tsiqah"
> [Taqriibut-Tahdziib – bersama At-Tahriir 2/142 no. 2938].
>
>
>
> 5. Abul-Mughiirah; ia adalah 'Abdul-Qudduus bin Al-Hajjaaj Al-Khaulaaniy,
> Abul-Mughiirah Asy-Syaamiy Al-Himshiy. Ia seorang perawi tsiqah yang dipakai
> oleh Al-Bukhaariy dan Muslim dalam Shahih-nya [Al-Mughniy fii Ma'rifati
> Rijaal Ash-Shahiihain hal. 158 no. 1347].
>
> Sanad hadits ini adalah lemah, karena keterputusan antara Syuraih dengan
> 'Iyaadl dan Hisyaam.
>
> Akan tetapi lafadh : "'Orang yang paling keras siksaannya adalah orang-orang
> yang paling keras menyiksa manusia di dunia' adalah shahih. Al-Imam Ahmad
> membawakan hadits dari jalan lain sebagai berikut :
>
> حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ عَنِ الزُّهْرِيِّ
> أَخْبَرَنِي عُرْوَةُ بْنُ الزُّبَيْرِ أَنَّ هِشَامَ بْنَ حَكِيمِ بْنِ
> حِزَامٍ وَجَدَ عِيَاضَ بْنَ غَنْمٍ وَهُوَ عَلَى حِمْصَ يُشَمِّسُ نَاسًا مِنْ
> النَّبَطِ فِي أَدَاءِ الْجِزْيَةِ فَقَالَ لَهُ هِشَامٌ مَا هَذَا يَا عِيَاضُ
> إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ
> إِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يُعَذِّبُ الَّذِينَ يُعَذِّبُونَ النَّاسَ
> فِي الدُّنْيَا
>
> Telah menceritakan kepada kami Abul-Yamaan : Telah menceritakan kepada kami
> Syu'aib, dari Az-Zuhriy : Telah mengkhabarkan kepadaku 'Urwah bin Az-Zubair
> : Bahwasannya Hisyaam bin Hakiim bin Hizaam mendapatkan 'Iyaadl bin Ghanm di
> Himsh menjemur rakyat jelata dalam masalah pembayaran jizyah. Lalu Hisyaam
> berkata kepadanya : "Wahai 'Iyaadl, sesungguhnya aku telah mendengar
> Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda : 'Allah tabaaraka wa
> ta'ala menyiksa orang yang menyiksa manusia di dunia' [Al-Musnad, 3/404].
>
> Sanad hadits ini shahih sesuai dengan persyaratan Muslim.
>
> Al-Imam Muslim juga membawakan hadits semakna sebagai berikut :
>
> حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ غِيَاثٍ
> عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ هِشَامِ بْنِ حَكِيمِ بْنِ
> حِزَامٍ قَالَ مَرَّ بِالشَّامِ عَلَى أُنَاسٍ وَقَدْ أُقِيمُوا فِي الشَّمْسِ
> وَصُبَّ عَلَى رُءُوسِهِمْ الزَّيْتُ فَقَالَ مَا هَذَا قِيلَ يُعَذَّبُونَ فِي
> الْخَرَاجِ فَقَالَ أَمَا إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
> عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ اللَّهَ يُعَذِّبُ الَّذِينَ يُعَذِّبُونَ
> فِي الدُّنْيَا
>
> Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abi Syaibah : Telah menceritakan
> kepada kami Hafsh bin Ghiyaats, dari Hisyaam bin 'Urwah, dari ayahnya, dari
> Hisyaam bin Hakiim bin Hizaam, ia berkata : Aku pernah melewati beberapa
> orang di Syam yang dijemur di bawah terik matahari sedangkan kepala mereka
> dituangi minyak. Kemudian Hisyam bertanya : "Mengapa mereka ini dihukum ?".
> Dikatakan : "Mereka disiksa karena masalah pajak (kharaj)". Hisyaam berkata
> : "Sesungguhnya saya pernah mendengar Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa
> sallam bersabda : 'Sesungguhnya Allah akan menyiksa orang-orang yang
> menyiksa orang lain di dunia" [Shahih Muslim no. 2613].
>
> Sedangkan lafadh hadits : 'Barangsiapa yang hendak menasehati penguasa dalam
> suatu perkara, maka jangan dilakukan dengan terang-terangan. Akan tetapi
> gandenglah tangannya dan menyepilah berdua. Jika diterima, memang itulah
> yang diharapkan; namun jika tidak, maka orang tersebut telah melaksakan
> kewajibannya' ; maka ia mempunyai beberapa penguat sebagai berikut :
>
> 1. Al-Imam Ibnu Abi 'Aashim dalam As-Sunnah (no. 1097) berkata :
>
> حدثنا محمد بن عوف حدثنا محمد بن اسماعيل ثنا أبي عن ضمضم بن زرعة عن شريح بن
> عبيد قال قال جبير بن نفير قال قال عياض بن غنم لهشام بن حكيم أو لم تسمع رسول
> الله صلى الله عليه وسلم يقول : .....(الحديث)....
>
> Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin 'Auf : Telah menceritakan kepada
> kami Muhammad bin Ismaa'iil : Telah menceritakan ayahku, dari Dlamdlam bin
> Zur'ah, dari Syuraih bin 'Ubaid, ia berkata : Telah berkata Jubair bin
> Nufair, ia berkata : Telah berkata 'Iyaadl bin Ghanm kepada Hisyaam bin
> Hakiim : "Tidakkah engkau pernah mendengar Rasulullah shallallaahu 'alaihi
> wa sallam bersabda : '….(al-hadits)….".
>
> Muhammad bin 'Auf adalah seorang tsiqah lagi haafidh. Muhammad bin Ismaa'iil
> bin 'Ayyaasy, ia seorang perawi yang lemah. Abu Haatim mengkritiknya bahwa
> ia tidak pernah mendengar riwayat dari ayahnya. Sedangkan ayahnya (Ismaa'iil
> bin 'Ayyaasy) adalah perawi tsiqah dan haditsnya shahih jika ia meriwayatkan
> dari orang-orang Syaam atau penduduk negerinya. Jika ia meriwayatkan dari
> selain itu, maka dla'iif. Di sini, ia meriwayatkan hadits dari Dlamdlam bin
> Zur'ah, satu negeri dengan Ismaa'iil. Dlamdlam bin Zur'ah adalah perawi yang
> di-tautsiq Ibnu Ma'iin, Ahmad bin Muhammad bin 'Iisaa, Ibnu Hibbaan, dan
> Ibnu Numair. Namun Abu Haatim mendla'ifkannya. Perkataan yang benar, ia
> adalah perawi tsiqah. Adapun jarh Abu Haatim adalah jenis jarh mubham (tidak
> dijelaskan sebabnya), sehingga tidak diterima jika telah tetap
> pen-tautsiq-annya. Syuraih bin 'Ubaid Al-Hadlramiy, ia adalah perawi tsiqah
> – namun disifati banyak memursalkan hadits. Jubair bin Nufair, ia perawi
> tsiqah lagi jaliil. Dikatakan, ia mendapati masa kepemerintahan Al-Waliid
> bin 'Abdil-Malik (86 H). Antara Syuraih dan Jubair adalah semasa
> (mu'asharah), sehingga riwayat Syuraih ini dihukumi bersambung.
>
> Kesimpulannya, riwayat ini lemah dari faktor Muhammad bin Ismaa'iil bin
> 'Ayyaasy.
>
> Muhammad bin Ismaa'iil mempunyai mutaba'ah dari 'Abdul-Wahhaab bin
> Adl-Dlahhaak; sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Nu'aim dalam
> Ma'rifatush-Shahaabah hal. 2162 no. 5425 dari Muhammad bin 'Aliy : Telah
> menceritakan kepada kami Al-Husain bin Muhammad bin Hammaad : Telah
> menceritakan kepada kami 'Abdul-Wahhaab bin Adl-Dlahhaak : Telah
> menceritakan kepada kami Ismaa'iil bin 'Ayyaasy, selanjutnya seperti sanad
> di atas.
>
> Namun sayangnya 'Abdul-Wahhaab bin Adl-Dlahhaak adalah perawi matruuk
> [At-Taqriib – bersama At-Tahriir 2/397 no. 4257].
>
> 2. Al-Imam Ibnu Abi 'Aashim dalam As-Sunnah (1098) berkata :
>
> حدثنا محمد بن عوف ثنا عبد الحميد بن إبراهيم عن عبدالله بن سالم عن الزبيدي عن
> الفضيل بن فضالة يرده إلى ابن عائذ برده ابن عائذ إلى جبير بن نفير عن عياض بن
> غنم قال لهشام بن حكيم : ...........(الحديث).....
>
> Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin 'Auf : Telah menceritakan kepada
> kami 'Abdul-Hamiid bin Ibraahiim, dari 'Abdullah bin Saalim, dari
> Az-Zubaidiy, dari Al-Fudlail bin Fadlaalah, ia mengembalikannya kepada Ibnu
> 'Aaidz, dan Ibnu 'Aaidz mengembalikannya kepada Jubair bin Nufair, dari
> 'Iyaadl bin Ghanm, ia berkata kepada Hisyaam bin Al-Hakiim :
> "…..(al-hadits)….".
>
> 'Abdul-Hamiid bin Ibraahiim adalah perawi lemah. Hapalannya tercampur
> setelah kitab-kitabnya hilang. 'Abdullah bin Saalim Al-Asy'ariy, ia seorang
> perawi yang tsiqah. Az-Zubaidiy, ia adalah Muhammad bin Al-Waliid
> Az-Zubaidiy; seorang perawi tsiqah. Ibnu 'Aaidz, ia adalah 'Abdurrahmaan bin
> 'Aaidz Al-Azdiy; seorang perawi tsiqah.
>
> Kesimpulannya, riwayat ini lemah dari faktor 'Abdul-Hamiid bin Ibraahiim.
>
> 'Abdul-Hamiid bin Ibraahiim mempunyai mutaba'ah dari 'Amru bin Al-Haarits
> Al-Himshiy. Diriwayatkan pula oleh Ath-Thabaraaniy dalam Al-Kabiir 17/367
> no. 1007, Al-Haakim 3/290, dan Al-Bukhaariy dalam At-Taariikh Al-Kabiir
> 7/18-19 dari jalan Ishaaq bin Ibraahiim bin Zibriiq, dari 'Amru bin
> Al-Haarits Al-Himshiy, dari 'Abdullah bin Saalim, selanjutnya seperti sanad
> di atas.
>
> Mengenai Ishaaq bin Ibraahiim bin Zibriiq, Abu Haatim berkata : "Syaikh".
> Ibnu Ma'iin memujinya dengan berkata : "Tidak mengapa dengannya (laa ba'sa
> bihi)" [Al-Jarh wat-Ta'diil 2/209 no. 711]. An-Nasaa'iy – sebagaimana
> dinukil Al-Mizziy – mengatakan : "Tidak tsiqah". Namun dalam riwayat Ibnu
> 'Asaakir sebagaimana yang dibawakan oleh Ibnu Badraan dalam At-Tahdziib
> (2/407), An-Nasaa'iy berkata : "Tidak tsiqah, jika ia meriwayatkan dari
> 'Amru bin Al-Haarits". Jadi ketidaktsiqahan ini di-taqyid dalam periwayatan
> dari 'Amru. Muhammad bin 'Auf memutlakkan kedustaan terhadapnya. Abu Dawud
> mengikuti Muhammad bin 'Auf dengan perkataannya : "Tidak ada apa-apanya".
> Namun perkataan keduanya ini perlu ditinjau kembali, sebab Al-Bukhaariy
> (dalam Shahih-nya dengan periwayatan mu'allaq), Abu Haatim, Al-Fasaawiy, dan
> yang lainnya membawakan riwayatnya dimana tidak ada keraguan bahwa mereka
> tidaklah meriwayatkan dari para pendusta yang dikenal kedustaaannya.
> Al-Haakim (Al-Mustadrak 3/290) dan Ibnu Hibbaan (Ats-Tsiqaat 8/113)
> men-tautsiq-nya.
>
> Perkataan yang benar di sini adalah bahwa Ishaaq bin Ibraahiim bin Zibriiq
> adalah shaduuq; riwayatnya lemah jika berasal dari 'Amr bin Al-Haarits.
>
>
>
> Adapun 'Amr bin Al-Haarits; Ibnu Hibbaan berkata : "Mustaqiimul-hadiits"
> [Ats-Tsiqaat, 8/480]. Jika Ibnu Hibbaan telah men-jazm-kan satu penta'dilan
> dalam Ats-Tsiqaat, maka ta'dil tersebut diakui. Adz-Dzahabiy mentsiqahkannya
> (Al-Kaasyif 2/73 no. 4136), sedangkan Ibnu Hajar mengatakan : "Maqbuul"
> [At-Taqriib – bersama At-Tahriir 3/89 no. 5001].
>
>
>
> Demikian untuk saat ini.
>
>
>
> Regards,
> Dani Permana
>
> " Always desire to learn something useful."
>
>
>
> From: milis_iqra@googlegroups.com [mailto:milis_iqra@googlegroups.com] On
> Behalf Of whe.en9999@gmail.com
> Sent: Wednesday, January 26, 2011 8:49 PM
> To: milis_iqra@googlegroups.com
> Subject: Re: [Milis_Iqra] Sahal Mahfudz: Kritik Boleh, Tapi Jangan Bikin
> Gaduh
>
>
>
> Maaf mas Dani,
> Jangan jadikan ini debat kusir, jangan jadikan hadits sebagai mainan yang
> tidak jelas pembahasannya. mas dani yang saya kenal dulu adalah orang yang
> paling fokus dalam berdiskusi.
>
> Entah kenapa sekarang begini. Berkali2 saya bertanya ada apa sebenarnya.
>
> Jika memang mas dani ingin mengakhiri diskusi karena tidak dapat menjawab
> pertanyaan2 saya, silahkan mengemukakan dengan jelas, tidak perlu berputar2,
> karena ini forum umum.
>
> Terimakasih
> Whe-en
>
> Sent from my BlackBerry®
> powered by Sinyal Kuat INDOSAT
>
> -----Original Message-----
> From: Dani Permana <adanipermana@gmail.com>
> Sender: milis_iqra@googlegroups.com
> Date: Wed, 26 Jan 2011 20:17:04
> To: <milis_iqra@googlegroups.com>
> Reply-To: milis_iqra@googlegroups.com
> Subject: RE: [Milis_Iqra] Sahal Mahfudz: Kritik Boleh, Tapi Jangan Bikin
> Gaduh
>
> (Whe-en)
> Kalau mas dani bukan ahli hadits kenapa cenderung memilih mendhoifkan,
> dasarnya apa? Wong tidak bisa mentakhrij, ketika dikomparasi ya ga bisa
> berpendapat, tapi memilih dan pilihannya menyalahi pilihan mas dani sendiri.
>
> (Dani) yang mendho'ifkan siapa mbak? Mohon klarifikasinya?
>
> (Whe-en)
> Jawab saja mas dan siapa juga yang sudah mentakhrijnya. Jangan bermain
> dengan kata2 terus
>
> (Dani) silahkan refer ke artikel yang saya kirim.... Disitu sudah jelas
>
> Dani Permana
> Sent from my Windows Mobile® phone.
>
> -----Original Message-----
> From: whe.en9999@gmail.com
> Sent: Wednesday, January 26, 2011 5:18 PM
> To: milis_iqra@googlegroups.com
> Subject: Re: [Milis_Iqra] Sahal Mahfudz: Kritik Boleh, Tapi Jangan Bikin
> Gaduh
>
> [Dani Permana] loh kalau saya bukan ahli haidst masa di bilang bermain
> kata-kata….. hahahahah masa saya mengaku-ngaku Neh saya ahli hadist….
>
> (Whe-en)
> Kalau mas dani bukan ahli hadits kenapa cenderung memilih mendhoifkan,
> dasarnya apa? Wong tidak bisa mentakhrij, ketika dikomparasi ya ga bisa
> berpendapat, tapi memilih dan pilihannya menyalahi pilihan mas dani sendiri.
>
> Kalau mas dani mendhoifkan dan sudah tahu lama kenapa memakai hadits dhoif
> sebagai dalil?
>
> [Dani Permana] Disitulah kekurang telitian M WN dalam membaca sebuah
> artikel… silahkan refer kembali… alasan-alasan orang yang menlemahkan hadist
> tersebut
>
> (Whe-en)
> Jawab saja mas dan siapa juga yang sudah mentakhrijnya. Jangan bermain
> dengan kata2 terus
>
> Terimakasih
> Whe-en
>
> Sent from my BlackBerry®
> powered by Sinyal Kuat INDOSAT
> From: "Dani Permana" <adanipermana@gmail.com>
> Sender: milis_iqra@googlegroups.com
> Date: Wed, 26 Jan 2011 17:09:57 +0700
> To: <milis_iqra@googlegroups.com>
> ReplyTo: milis_iqra@googlegroups.com
> Subject: RE: [Milis_Iqra] Sahal Mahfudz: Kritik Boleh, Tapi Jangan Bikin
> Gaduh
>
>
> From: milis_iqra@googlegroups.com [mailto:milis_iqra@googlegroups.com] On
> Behalf Of whe.en9999@gmail.com
>
> [Dani Permana] Saya bukanlah ahli hadist/muhadist jadi jangan mempertanyakan
> sesuatu yang bukan pada ahlinya.
>
> (Whe-en)
> Jangan bermain dengan kata kata terus mas Dani.
> Fokuslah karena ini diskusi
>
> [Dani Permana] loh kalau saya bukan ahli haidst masa di bilang bermain
> kata-kata….. hahahahah masa saya mengaku-ngaku Neh saya ahli hadist….
>
>
> Bukankah kemarin mas dani sendiri yang minta saya yang memulai memposting
> dari jalur mana syaikh Albani menshohihkan, lalu kita bahas, mas Dani sudah
> memposting dhoifnya hadits ini dan mas dani sudah tahu lama, koq sekarang
> bilang tidak tahu.
>
> [Dani Permana] Saya Quote pernytaan M WN "saya sendiri tidak mampu
> mentakhrij-nya, jadi silahkan jika memang mau menerangkan kepada saya, lebih
> kuat mana yang mentakhrij dhoif atau shahih,"
>
> Melihat jenis pertanyaannya "lebih kuat mana yang mentakhrij dhoif atau
> shahih,"… itu yang saya tidak saya jawab dan saya bukan seorang muhadist….
>
> Ada apa sebenarnya.
>
> [Dani Permana] Tidak ada apa-apa…
>
>
> [Dani Permana] Saya mengerti jika M WN berpikiran demikian karena 3 artikel
> yang telah saya kirim berbeda dengan apa yang selama ini M WN pahami
>
> --
> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-
> =-=-
> Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
> dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
>
> Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang
> berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
>
> Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
> Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
> Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
> Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-
> =-=-
>
> --
> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-
> =-=-
> Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
> dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
>
> Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang
> berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
>
> Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
> Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
> Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
> Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-
> =-=-
>
>_____
>
> No virus found in this message.
> Checked by AVG - www.avg.com
> Version: 10.0.1191 / Virus Database: 1435/3402 - Release Date: 01/25/11
>
>_____
>
> No virus found in this message.
> Checked by AVG - www.avg.com
> Version: 10.0.1191 / Virus Database: 1435/3402 - Release Date: 01/25/11
>
> --
> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-
> =-=-
> Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
> dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
>
> Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang
> berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
>
> Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
> Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
> Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
> Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-
> =-=-
>
> --
> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-
> =-=-
> Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
> dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
>
> Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang
> berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
>
> Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
> Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
> Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
> Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-
> =-=-
>
> --
> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
> Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
> dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
>
> Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang
> berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
>
> Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
> Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
> Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
> Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-

--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125

Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63

Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-

--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125

Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63

Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-

No comments:

Post a Comment