Friday, February 11, 2011

[Milis_Iqra] Cacatnya Negriku

Assalamu'alaikum wr.wb.

Mohon maaf, mohon diperiksa dahulu jika ada unsur yang kurang
mendidik/tidak menyalahi aturan dan jika post ini sudah pernah
disampaikan tolong di hapus

.............
Mungkin Sekali, Saya Sendiri Juga Maling
"Oleh Taufiq Ismail" 11th Januari 2011


Kita hampir paripurna menjadi bangsa porak-poranda, terbungkuk
dibebani hutang dan merayap melata sengsara di dunia. Penganggur 40
juta orang, anak - anak tak bisabersekolah 11 juta murid, pecandu
narkoba 6 juta anak muda, pengungsi perang saudara 1 juta orang, VCD
koitus beredar 20 juta keping, kriminalitas merebat disetiap tikungan
jalan dan beban hutang di bahu 1600 trilyun rupiahnya.

Pergelangan tangan dan kaki Indonesia diborgol diruang tamu Kantor
Pegadaian Jagat Raya, dan dipunggung kita dicap sablon besar-besar:
Tahanan IMF dan Penunggak Bank Dunia. Kita sudah jadi bangsa kuli dan
babu, menjual tenaga dengan upah paling murah sejagat raya.

Ketika TKW-TKI itu pergi lihatlah mereka bersukacita antri penuh
harapan dan angan-angan di pelabuhan dan bandara, ketika pulang lihat
mereka berdukacita karena majikan mungkir tidak membayar gaji, banyak
yang disiksa malah diperkosa dan pada jam pertama mendarat di negeri
sendiri diperas pula.

Negeri kita tidak merdeka lagi, kita sudah jadi negeri jajahan
kembali. Selamat datang dalam zaman kolonialisme baru, saudaraku. Dulu
penjajah kita satu negara, kini penjajah multi kolonialis banyak
bangsa. Mereka berdasi sutra, ramah-tamah luar biasa dan banyak
senyumnya. Makin banyak kita meminjam uang, makin gembira karena leher
kita makin mudah dipatahkannya.

Di negeri kita ini, prospek industri bagus sekali. Berbagai format
perindustrian, sangat menjanjikan, begitu laporan penelitian. Nomor
satu paling wahid, sangat tinggi dalam evaluasi, dari depannya penuh
janji, adalah industri korupsi. Apalagi di negeri kita lama sudah
tidak jelas batas halal dan haram, ibarat membentang benang hitam di
hutan kelam jam satu malam.
Bergerak ke kiri ketabrak copet,
bergerak ke kanan kesenggol jambret,
jalan di depan dikuasai maling,
jalan di belakang penuh tukang peras,
yang di atas tukang tindas.
Untuk bisa bertahan berakal waras saja di Indonesia, sudah untung.

Lihatlah para maling itu kini mencuri secara berjamaah. Mereka bersaf-
saf berdiri rapat, teratur berdisiplin dan betapa khusyu'. Begitu
rapatnya mereka berdiri susah engkau menembusnya. Begitu sistematiknya
prosedurnya tak mungkin engkau menyabotnya. Begitu khusyu'nya, engkau
kira mereka beribadah. Kemudian kita bertanya, mungkinkah ada maling
yang istiqamah?

Lihatlah jumlah mereka, berpuluh tahun lamanya, membentang dari depan
sampai ke belakang, melimpah dari atas sampai ke bawah, tambah
merambah panjang deretan saf jamaah. Jamaah ini lintas agama, lintas
suku dan lintas jenis kelamin. Bagaimana melawan maling yang mencuri
secara berjamaah?
Bagaimana menangkap maling yang prosedur pencuriannya malah dilindungi
dari atas sampai ke bawah?
Dan yang melindungi mereka, ternyata, bagian juga dari yang pegang
senjata dan yang memerintah. Bagaimana ini?

Tangan kiri jamaah ini menandatangani disposisi MOU (Mark Up
Operation).
Tangan kanannya membuat Yayasan beasiswa, asrama yatim piatu dan
sekolahan.
Kaki kiri jamaah ini mengais-ngais upeti ke sana kemari,
Kaki kanannya bersedekah, pergi umrah dan naik haji.
Otak kirinya merancang prosentasi komisi dan pemotongan anggaran,
Otak kanannya berzakat harta, bertaubat nasuha dan memohon ampunan
Tuhan.

Bagaimana caranya melawan maling begini yang mencuri secara berjamaah?
Jamaahnya kukuh seperti diding keraton, tak mempan dihantam gempa dan
banjir bandang, malahan mereka juru tafsir peraturan dan merancang
undang-undang, penegak hukum sekaligus penggoyang hukum, berfungsi
bergantian. Bagaimana caranya memroses hukum maling-maling yang
jumlahnya ratusan ribu, barangkali sekitar satu juta orang ini, cukup
jadi sebuah negara mini, meliputi mereka yang pegang kendali perintah,
eksekutif, legislatif, yudikatif dan dunia bisnis, yang pegang pestol
dan mengendalikan meriam, yang berjas dan berdasi. Bagaimana caranya?
Mau diperiksa dan diusut secara hukum?
Mau didudukkan di kursi tertuduh sidang pengadilan?
Mau didatangkan saksi-saksi yang bebas dari ancaman?
Hakim dan jaksa yang bersih dari penyuapan?

Percuma
Seratus tahun pengadilan, setiap hari 8 jam dijadwalkan Insya Allah
tak akan terselesaikan. Jadi, saudaraku, bagaimana caranya?
Bagaimana caranya supaya mereka mau dibujuk, dibujuk dan dibujuk agar
bersedia mengembalikan jarahan yang berpuluh tahun dan turun-temurun
sudah mereka kumpulkan.

Kita doakan Allah membuka hati mereka, terutama karena terbanyak dari
mereka orang yang shalat juga, orang yang berpuasa juga, orang yang
berhaji juga. Kita bujuk baik-baik dan kita doakan mereka.

Celakanya, jika di antara jamaah maling itu ada keluarga kita, ada
hubungan darah atau teman sekolah, maka kita cenderung tutup mata, tak
sampai hati menegurnya.

Celakanya, bila di antara jamaah maling itu ada orang partai kita,
orang seagama atau sedaerah, Kita cenderung menutup-nutupi fakta, lalu
dimakruh-makruhkan dan diam-diam berharap semoga kita mendapatkan
cipratan harta tanpa ketahuan.

Maling-maling ini adalah kawanan anai-anai dan rayap sejati.
Dan lihat kini jendela dan pintu Rumah Indonesia dimakan rayap. Kayu
kosen, tiang, kasau, jeriau rumah Indonesia dimakan anai-anai. Dinding
dan langit-langit, lantai rumah Indonesia digerogoti rayap. Tempat
tidur dan lemari, meja kursi dan sofa, televisi rumah Indonesia
dijarah anai-anai. Pagar pekarangan, bahkan fondasi dan atap rumah
Indonesia sudah mulai habis dikunyah-kunyah rayap. Rumah Indonesia
menunggu waktu, masa rubuhnya yang sempurna.

Aku berdiri di pekarangan, terpana menyaksikannya. Tiba-tiba datang
serombongan anak muda dari kampung sekitar.
"Ini dia rayapnya! Ini dia Anai-anainya!" teriak mereka.
"Bukan. Saya bukan Rayap, bukan!" bantahku.
Mereka berteriak terus dan mendekatiku dengan sikap mengancam. Aku
melarikan diri kencang-kencang. Mereka mengejarkan lebih kencang lagi.
"Ambil bensin!" teriak seseorang.
"Bakar Rayap," teriak mereka bersama.
Bensin berserakan dituangkan ke kepala dan badanku.
Seseorang memantik korek api.
Aku dibakar. Bau kawanan rayap hangus. Membubung Ke udara. Mereka
menangkapku.


Salam,
http://www.be-swn.co.cc/2011/02/cacatan-untuk-negriku.html

--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125

Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63

Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-

No comments:

Post a Comment