Antara Allah dan Alloh, Mana yang Anda Percayai ?
Sumber : http://filsafat.kompasiana.com/2010/05/04/antara-allah-dan-alloh-mana-yang-anda-percayai/
Tadi sore saya mendapatkan sebuah surek (surat elektronik) dari kawan yang bekerja di malayasia, sebenarnya isinya biasa saja, tapi di akhir suratnya yang panjang dan lebar itu beliau memberitahu sesuatu hal yang membuat kening saya berkerut, mata mlotot dan mulut menganga. singkatnya, malayasia baru saja menolak permohonan dari warga nasrani di negaranya untuk menggunakan penyebutan kata "Allah" sebagai nama tuhannya. masa penyebutan nama tuhan saja perlu sampai ke pengadilan dan mendapatkan ijin resmi dari pengadilan dan negara. saya coba tanya-tanya sama mbah google dan om yahoo, beritanya memang ga besar, tapi adalah untuk meyakinkan saya tentang prilaku tetangga kita yang aneh bin konyol itu.
saya memang seorang muslim, tapi jika hal-hal pelarangan konyol ini diberlakukan ya klewatan, bukankah itu hanya soal penyebutan "nama" saja, dan apa susahnya. bagaimana seluruh dunia mengadakan sebuah konsensus internasional dimana penggunaan kata disetujui untuk dirubah, seperti gula itu asem dan garam itu pahit, atau yang disalib itu bernama sang hyang widi dan patung emas di kuil di ganti bernama yesus, memang itu tidak mungkin dilakukan, itu hanyalah ilustrasi bahwa kenapa kita harus mempermasalahkan penyebutan "nama". dan meurut saya sangat tidak relevan, bukankah setiap agama bahkan manusia berhak beragama dan "menamai" tuhannya dengan nam yang memang diyakini oleh umat tersebut……………..
jika kita menelusuri sejarah, bukankah orang-orang Kristen-Malta, Kristen-Arab, dan Yahudi-Arab juga menyebut nama tuhannya dengan 'ALLAH'. Ini sama saja dengan orang -Arab Pra-Islam yang juga menyebut Tuhan dengan 'ALLAH'. Orang-orang Hindu-Sikh di India juga menyebut nama tuhannya dengan ALLAH. Ini memang disebabkan oleh faktor historis dari kata ALLAH itu sendiri.
ALLAH merupakan bentuk makrifat dari kata ILAHUN. Kata ILAHUN dalam bahasa Arab ini murafid dengan kata ELOHIM dalam bahasa Ibrani dan akarnya sama-sama berasal dari kata 'IL' atau 'EL' dalam bahasa Sumeria dan bahasa Semitik Purba di zaman Ibrahim as.
Penemuan di beberapa situs purbakala seperti di Amorit dan Ugarit menunjukkan bahwa masyarakat purba pada abad-18 SM memandang sosok 'IL' sebagai dzat yang memiliki peran besar, dan sering pula disebut sebagai 'ILA' atau 'ILAH.' Jadi dapat disimpulkan bahwa sejak masa awal perkembangan bahasa-bahasa Semitik di Semitik Timur, Semitik Barat Laut, dan Semitik Selatan, 'IL' atau 'EL' sudah digunakan bersama-sama, baik sebagai sebutan maupun nama diri, sebagai nama Bapak dan nama Pencipta Kosmos.
Terlepas dari persoalan terjemahan salah-arah dan sejarah kata ALLAH tersebut, harus dipahami bahwa baik YAHWEH, EL, ELI, ELOHIM, atau ELOAH, pada hakikatnya merujuk pada satu Tuhan yang sama yaitu ALLAH yang kita sembah. Istilah-istilah dan sebutan-sebutan Tuhan yang beragam hanyalah bentuk identifikasi dan ciri bahasa pada bangsa dan umat yang beragam. Sirah Nabawiyah jelas menyebut bahwa orang Yahudi, Kristen, dan Islam pada zaman Rasulullah Saw. sama-sama menyebut Tuhan dengan kata ALLAH. Walau nama dan 'figur' Tuhannya sama, kedudukan orang Yahudi, Kristen, dan Islam di mata ALLAH jelas tidak sama. jika sama kenapa ada beda agama, jadi agama dan ajaran jelas berbeda, tapi jika merujuk pada kata ALLAH, maka itu hanya terletak pada historis nama itu sendiri. jadi Tuhan itu satu, maka silahkan anda percaya Tuhan anda.
bagaimana penulisan yang benar dalam Islam Allah atau Alloh ?
keheranan saya tidak berhenti disitu, saat masuk toko buku dan perpustakaan, ada banyak hal yang menarik perhatian saya, salah satunya penggunaan kata Alloh dalam beberapa buku tentang Islam bahkan diantaranya buku terbitan MQ Publishing, ini menarik karena semenjak saya di Madrasah semua penyebutan Tuhan dalam buku-buku seperti, Quran hadist, Aqidah Akhlak, Fiqih, de el el yang memuat materi agama Islam menggunakan kata Allah bukan Alloh, dan saat saya bertanya pada salah satu teman penerbit yang dimana dalam bukunya menggunaka kata Alloh, saya justru mendapatkan jawaban " Alasan penulisan 'ALLOH', menurutnya ialah cara untuk membedakan Tuhan kita dengan Tuhannya orang Kristen yang biasa ditulis ALLAH (dibaca: ALAH biasa, tanpa harakat atau pepet pada [a] yang kedua, seperti tanpa tasjid)."
Menurut pendapat saya, alasan penggunaan 'ALLOH' untuk membedakan dengan ALLAH-nya orang Kristen kurang dapat diterima baik dari segi ilmiah, maupun dalam konteks.
Berbicara tentang penulisan kata atau kalimat berbahasa Arab dengan aksara latin harus mengacu kepada transliterasi Arab-Latin (Alif Danya Munsyi, "Bahasa Menunjukan Bangsa"). Dalam hal ini, yang menjadi acuan ialah naskah atau tulisan asli dari kalimat dan atau kata yang dimaksud.
Dalam tulisan huruf Arab, vokal [o] ditunjukkan dengan huruf 'Wau'. Sementara vokal [a] ditunjukkan dengan huruf 'Alif' atau syakal Fathah (gurat di atas huruf). Tulisan 'ALLAH' jelas ditulis dengan syakal Fathah (Persia: Jabbar). Karena itu, jika di-transliterasi-kan ke dalam aksara Latin, maka harus ditulis 'ALLAH'. Tulisan 'ALLOH' dimungkinkan bila setelah huruf 'Lam' diikuti huruf 'Wau'. Tapi bila begitu, bacaannya akan 'ALLOUH'. Jadi penulisan yang benar adalah 'ALLAH', bukan 'ALLOH'.
Selain itu, masalah pelafalan lafaz "ALLAH" yang dibaca "ALLOH" atau Lafzul Jalalah juga dapat dikaji melalui pembahasan ilmu Tajwid. Tajwid adalah disiplin ilmu yang khusus mempelajari seni membaca Al Quran dengan baik. Sebanarnya bahasan Tajwid ini sering disertakan di mushaf-mushaf Al Quran. Jadi siapapun yang membaca Al Quran cetakan dapat dengan mudah menemukan bahasan ini di halaman bagian akhir. Biasanya ada pada bagian sebelum atau sesudah Do'a (entah pada mushaf terbitan Indonesia. Mungkin ada juga). Mungkin kita kurang memperhatikan karena berbahasa Arab.
Pada bahasan Tajwid di Mushaf dijelaskan bahwa Lafzul Jalalah wajib dibaca "…-LLOH" bila sebelumnya bersyakal fathah atau dhommah. Tapi Lafzul Jalalah dibaca "…-LLAH" (dengan a) kalau sebelumnya bersyakal kasrah. Baik lafal '…-LLOH' maupun '…-LLAH' dibaca dua harakat panjangnya. UL-LOOH dibaca dua harakat. AL-LOOH dibaca harakat. IL-LAAH dibaca dua harakat. Walau begitu, penulisan dalam aksara latin tetap "ALLAH" atau "…-LLAH'.
Al Quran memang mengatur tata tulisan yang seperti itu, tanpa ada perbedaan dalam harakatnya. Hanya ada syakal fathah [a], kasrah [i], dan dhommah [u], tanpa jenis syakal yang khusus menunjukan [o].
Alasannya sebenarnya cukup jelas. Dalam kaidah bahasa Arab, Lafaz adalah suara yang terdiri dari beberapa huruf abjad Arab (asshoutul musytamilu 'ala ba'dhil hurufil hijaiyyah). Dengan kata lain, Lafaz adalah suara, bukan aksara atau huruf. Jadi, andai di-transliterasi-kan ke aksara Latin pun, kaidah ini sebenarnya tetap dapat dipakai.
Ada banyak contoh lain dalam bahasa Arab di mana kata-kata berlafal [o] menggunakan syakal fathah. Misalnya hurairah (dibaca: hurairoh), thaharah (dibaca: Toharoh), Shadaqah (dibaca: Sodakoh), dan masih banyak lagi yang lainnya, jumlahnya bisa ribuan.
Berdasarkan kajian pembahasan transliterasi dan ilmu Tajwid tersebut, saya kira polemik tentang penulisan ALLAH atau ALLOH dalam khazanah keilmuan (buku-buku Islam) sudah harus ditutup karena sudah jelas bagaimana penulisan yang benar, yakni 'ALLAH'.
sumber:
Alif Danya Musyi, "Bahasa Menunjukan Bangsa"
Encyclopaedia Brittanica
Wikipedia.org
keluarga-islam@yahoogroups.com
sekedar berbagi
salam kompasiana,
--
Salamun 'ala manittaba al Huda
ARMANSYAH
--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
No comments:
Post a Comment