Monday, March 28, 2011

[Milis_Iqra] Artikel bantahan "Gerakan Wahabi: Dulu Dan Sekarang"

ternyata Allah menghendaki nama wahabi sebagai
nisbat kepada Al-Wahhab (Yang Maha Pemberi), yaitu salah satu dari nama-nama
Allah yang paling baik (Asmaa'ul Husnaa).
---
Dari milis sebelah,
Semoga bermanfaat :-)

Regards
Whe-en

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-----Original Message-----
From: OK Taufik <ok.taufik@gmail.com>
Sender: sabili@yahoogroups.com
Date: Mon, 28 Mar 2011 00:08:51
To: sabili<sabili@yahoogroups.com>; Pengajian Kantor<PENGAJIAN-KANTOR@yahoogroups.com>; Assunah groups<assunnah@yahoogroups.com>; Islam Net ID<islamnet-id@yahoogroups.com>; Istiqlal Community<komunitas_istiqlal@yahoogroups.com>; Daarut Tauhiid<daarut_tauhiid@yahoogroups.com>
Reply-To: sabili@yahoogroups.com
Subject: [Sabili] Artikel bantahan "Gerakan Wahabi: Dulu Dan Sekarang"

http://www.eramuslim.com/suara-kita/suara-pembaca/artikel-bantahan-gerakan-wahabi-dulu-dan-sekarang-1.htm

Yth, Redaksi Era Muslim

Mohon artikel ini diloloskan sebagai upaya untuk menghindarkan fitnah yang
ditujukan kepada Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab.

*PENGERTIAN WAHABI DAN SIAPA MUHAMMAD BIN ADBUL WAHHAB*

Oleh *Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu*

sumber: www.almanhaj.or.id/content/1780/slash/0

Orang-orang biasa menuduh "wahabi " kepada setiap orang yang melanggar
tradisi, kepercayaan dan bid'ah mereka, sekalipun kepercayaan-kepercayaan
mereka itu rusak, bertentangan dengan Al-Qur'anul Karim dan hadits-hadits
shahih. Mereka menentang dakwah kepada tauhid dan enggan berdo'a (memohon)
hanya kepada Allah semata.

Suatu kali, di depan seorang syaikh penulis membacakan hadits riwayat Ibnu
Abbas yang terdapat dalam kitab Al-Arba'in An-Nawa-wiyah. Hadits itu
berbunyi.

"Artinya : *Jika engkau memohon maka mohonlah kepada Allah, dan jika engkau
meminta pertolongan, maka mintalah pertolongan kepada Allah.*"[Hadits
Riwayat At-Tirmidzi, ia berkata hadits hasan shahih]

Penulis sungguh kagum terhadap keterangan Imam An-Nawawi ketika beliau
mengatakan, "Kemudian jika kebutuhan yang dimintanya menurut tradisi di luar
batas kemampuan manusia, seperti meminta hidayah (petunjuk), ilmu,
kesembuhan dari sakit dan kesehatan maka hal-hal itu (mesti) memintanya
hanya kepada Allah semata. Dan jika hal-hal di atas dimintanya kepada
makhluk maka itu amat tercela."

Lalu kepada syaikh tersebut penulis katakan, "Hadits ini berikut
keterangannya menegaskan tidak dibolehkannya meminta pertolongan kepada
selain Allah." Ia lalu menyergah, "Malah sebaliknya, hal itu dibolehkan!"

Penulis lalu bertanya, "Apa dalil anda?" Syaikh itu ternyata marah sambil
berkata dengan suara tinggi, "Sesungguhnya bibiku berkata, wahai Syaikh
Sa'd![*1*]" dan Aku bertanya padanya, "Wahai bibiku, apakah Syaikh Sa'd
dapat memberi manfaat kepadamu?" Ia menjawab, "Aku berdo'a (meminta)
kepadanya, sehingga ia menyampaikannya kepada Allah, lalu Allah
menyembuhkanku."

Lalu penulis berkata, "Sesungguhnya engkau adalah seorang alim. Engkau
banyak habiskan umurmu untuk membaca kitab-kitab. Tetapi sungguh
mengherankan, engkau justru mengambil akidah dari bibimu yang bodoh itu."

Ia lalu berkata, "Pola pikirmu adalah pola pikir wahabi. Engkau pergi
berumrah lalu datang dengan membawa kitab-kitab wahabi."

Padahal penulis tidak mengenal sedikitpun tentang wahabi kecuali sekedar
penulis dengar dari para syaikh. Mereka berkata tentang wahabi, "Orang-orang
wahabi adalah mereka yang melanggar tradisi orang kebanyakan. Mereka tidak
percaya kepada para wali dan karamah-karamahnya, tidak mencintai Rasul dan
berbagai tuduhan dusta lainnya."

Jika orang-orang wahabi adalah mereka yang percaya hanya kepada pertolongan
Allah semata, dan percaya yang menyembuhkan hanyalah Allah, maka aku wajib
mengenal wahabi lebih jauh."

Kemudian penulis tanyakan jama'ahnya, sehingga penulis mendapat informasi
bahwa pada setiap Kamis sore mereka menyelenggarakan pertemuan untuk
mengkaji pelajaran tafsir, hadits dan fiqih.

Bersama anak-anak penulis dan sebagian pemuda intelektual, penulis
mendatangi majelis mereka. Kami masuk ke sebuah ruangan yang besar. Sejenak
kami menanti, sampai tiada berapa lama seorang syaikh yang sudah berusia
masuk ruangan. Beliau memberi salam kepada kami dan menjabat tangan semua
hadirin dimulai dari sebelah kanan, beliau lalu duduk di kursi dan tak
seorang pun berdiri untuknya. Penulis berkata
dalam hati, "Ini adalah seorang syaikh yang tawadhu' (rendah hati), tidak
suka orang berdiri untuknya (dihormati)."

Lalu syaikh membuka pelajaran dengan ucapan,

"Artinya : Sesungguhnya segala puji adalah untuk Allah. Kepada Allah kami
memuji, memohon pertolongan dan ampunan.", dan selanjutnya hingga selesai,
sebagaimana Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam biasa membuka khutbah dan
pelajarannya.

Kemudian Syaikh itu memulai bicara dengan menggunakan bahasa Arab. Beliau
menyampaikan hadits-hadits seraya menjelaskan derajat shahihnya dan para
perawinya. Setiap kali menyebut nama Nabi, beliau mengucapkan shalawat
atasnya. Di akhir pelajaran, beberapa soal tertulis diajukan kepadanya.

Beliau menjawab soal-soal itu dengan dalil dari Al-Qur'anul Karim dan sunnah
Nabi Shalallaahu alaihi wasalam . Beliau berdiskusi dengan hadirin dan tidak
menolak setiap penanya. Di akhir pelajaran, beliau berkata, "Segala puji
bagi Allah bahwa kita termasuk orang-orang Islam dan salaf.[*2*].

Sebagian orang menuduh kita orang-orang wahabi. Ini termasuk *tanaabuzun bil
alqaab *(memanggil dengan panggilan-panggilan yang buruk). Allah melarang
kita dari hal itu
dengan firmanNya,

"Artinya : *Dan janganlah kamu panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang
buruk*."[Al-Hujurat: 11]

Dahulu, mereka menuduh Imam Syafi'i dengan rafidhah. Beliau lalu membantah
mereka dengan mengatakan, "Jika rafidah (berarti) mencintai keluarga
Muhammad. Maka hendaknya jin dan manusia menyaksikan bahwa sesungguhnya aku
adalah rafidhah."

Maka, kita juga membantah orang-orang yang menuduh kita wahabi, dengan
ucapan salah seorang penyair, "Jika pengikut Ahmad adalah wahabi. Maka aku
berikrar bahwa sesungguhnya aku wahabi."

Ketika pelajaran usai, kami keluar bersama-sama sebagian para pemuda. Kami
benar-benar dibuat kagum oleh ilmu dan kerendahan hatinya. Bahkan aku
mendengar salah seorang mereka berkata, "Inilah syaikh yang sesungguhnya!"

*PENGERTIAN WAHABI*

Musuh-musuh tauhid memberi gelar wahabi kepada setiap muwahhid (yang
mengesakan Allah), nisbat kepada Muhammad bin Abdul Wahab, Jika mereka
jujur, mestinya mereka mengatakan Muhammadi nisbat kepada namanya yaitu
Muhammad. Betapapun begitu, ternyata Allah menghendaki nama wahabi sebagai
nisbat kepada Al-Wahhab (Yang Maha Pemberi), yaitu salah satu dari nama-nama
Allah yang paling baik (Asmaa'ul Husnaa).

Jika shufi menisbatkan namanya kepada jama'ah yang memakai shuf (kain wol)
maka sesungguhnya wahabi menisbatkan diri mereka dengan Al-Wahhab (Yang Maha
Pemberi), yaitu Allah yang memberikan tauhid dan meneguhkannya untuk
berdakwah kepada tauhid.

*MUHAMMAD BIN ABDUL WAHAB*

Beliau dilahirkan di kota 'Uyainah, Nejed pada tahun 1115 H. Hafal Al-Qur'an
sebelum berusia sepuluh tahun. Belajar kepada ayahandanya tentang fiqih
Hambali, belajar hadits dan tafsir kepada para syaikh dari berbagai negeri,
terutama di kota Madinah. Beliau memahami tauhid dari Al-Kitab dan
As-Sunnah.

Perasaan beliau tersentak setelah menyaksikan apa yang terjadi di negerinya
Nejed dengan negeri-negeri lainnya yang beliau kunjungi berupa kesyirikan,
khurafat dan bid'ah.

Demikian juga soal menyucikan dan mengkultuskan kubur, suatu hal yang
bertentangan dengan ajaran Islam yang benar.

Ia mendengar banyak wanita di negerinya bertawassul dengan pohon kurma yang
besar. Mereka berkata, "Wahai pohon kurma yang paling agung dan besar, aku
menginginkan suami sebelum setahun ini."

Di Hejaz, ia melihat pengkultusan kuburan para sahabat, keluarga Nabi (ahlul
bait), serta kuburan Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam, hal yang
sesungguhnya tidak boleh dilakukan kecuali hanya kepada Allah semata.

Di Madinah, ia mendengar permohonan tolong (istighaatsah) kepada Rasulullah
Shalallaahu alaihi wasalam, serta berdo'a (memohon) kepada selain Allah, hal
yang sungguh bertentangan dengan Al-Qur'an dan sabda Rasulullah Shalallaahu
alaihi wasalam . Al-Qur'an menegaskan:

"Artinya : *Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfa'at
dan tidak (pula) memberi madharat kepadamu selain Allah, sebab jika kamu
berbuat (yang demikian) itu, sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk
orang-orang yang zhalim*." [Yunus : 106]

Zhalim dalam ayat ini berarti syirik. Suatu kali, Rasulullah Shalallaahu
alaihi wasalam berkata kepada anak pamannya, Abdullah bin Abbas:

"Artinya : *Jika engkau memohon, mohonlah kepada Allah, dan jika engkau
meminta pertolongan mintalah pertolongan kepada Allah.*" [Hadits Riwayat
At-Tirmidzi, ia berkata hasan shahih)

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab menyeru kaumnya kepada tauhid dan berdo'a
(memohon) kepada Allah semata, sebab Dialah Yang Mahakuasa dan Yang Maha
Menciptakan sedangkan selainNya adalah lemah dan tak kuasa menolak bahaya
dari dirinya dan dari orang lain. Adapun mahabbah (cinta kepada orang-orang
shalih), adalah dengan mengikuti amal shalihnya, tidak dengan menjadikannya
sebagai perantara antara manusia dengan Allah, dan juga tidak menjadikannya
sebagai tempat bermohon selain
daripada Allah.

[1]. Penentangan Orang-Orang Batil Terhadapnya

Para ahli bid'ah menentang keras dakwah tauhid yang dibangun oleh Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahab. Ini tidak mengherankan, sebab musuh-musuh tauhid
telah ada sejak zaman Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam . Bahkan mereka
merasa heran terhadap dakwah kepada tauhid. Allah berfirman:

"Artinya : *Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja?
Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.*" [Shaad :
5]

Musuh-musuh syaikh memulai perbuatan kejinya dengan memerangi dan
menyebarluaskan berita-berita bohong tentangnya. Bahkan mereka bersekongkol
untuk membunuhnya dengan maksud agar dakwahnya terputus dan tak
berkelanjutan. Tetapi Allah Subhannahu wa Ta'ala menjaganya dan memberinya
penolong, sehingga dakwah tauhid terbesar luas di Hejaz, dan di
negara-negara Islam lainnya.

Meskipun demikian, hingga saat ini, masih ada pula sebagian manusia yang
menyebarluaskan berita-berita bohong. Misalnya mereka mengatakan, dia
(Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab) adalah pembuat madzhab yang kelima[*3*],
padahal dia adalah seorang penganut madzhab Hambali. Sebagian mereka
mengatakan, orang-orang wahabi tidak mencintai Rasulullah Shalallaahu alaihi
wasalam serta tidak bershalawat atasnya. Mereka anti bacaan shalawat.

Padahal kenyataannya, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab â€"rahimahullah- telah
menulis kitab "*Mukhtashar Siiratur Rasuul Shalallaahu alaihi wasalam* ".
Kitab ini bukti sejarah atas kecintaan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab
kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka mengada-adakan
berbagai cerita dusta tentang Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab, suatu hal
yang karenanya mereka bakal dihisab pada hari Kiamat.

Seandainya mereka mau mempelajari kitab-kitab beliau dengan penuh kesadaran,
niscaya mereka akan menemukan Al-Qur'an, hadits dan ucapan sahabat sebagai
rujukannya.

Seseorang yang dapat dipercaya memberitahukan kepada penulis, bahwa ada
salah seorang ulama yang memperingatkan dalam pengajian-pengajiannya dari
ajaran wahabi. Suatu hari, salah seorang dari hadirin memberinya sebuah
kitab karangan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab. Sebelum diberikan, ia
hilangkan terlebih dahulu nama pengarangnya. Ulama itu membaca kitab
tersebut dan amat kagum dengan kandungannya. Setelah mengetahui siapa
penulis buku yang dibaca, mulailah ia memuji Muhammad bin Abdul Wahab.

[2]. Dalam Sebuah Hadits Disebutkan:

" Artinya : *Ya Allah, berilah keberkahan kepada kami di negeri Syam, dan di
negeri Yaman. Mereka berkata, 'Dan di negeri Nejed.' Rasulullah berkata, 'Di
sana banyak terjadi berbagai kegoncangan dan fitnah, dan di sana (tempat)
munculnya para pengikut setan.*" [Hadits Riwayat Al-Bukhari dan Muslim]

Ibnu Hajar Al-'Asqalani dan ulama lainnya menyebutkan, yang dimaksud Nejed
dalam hadits di atas adalah Nejed Iraq. Hal itu terbukti dengan banyaknya
fitnah yang terjadi di sana. Kota yang juga di situ Al-Husain bin Ali
Radhiyallahu anhuma dibunuh.

Hal ini berbeda dengan anggapan sebagian orang, bahwa yang dimaksud dengan
Nejed adalah Hejaz, kota yang tidak pernah tampak di dalamnya fitnah
sebagaimana yang terjadi di Iraq. Bahkan seba-liknya, yang tampak di Nejed
Hejaz adalah tauhid, yang karenanya Allah menciptakan alam, dan karenanya
pula Allah mengutus para rasul.

[3]. Sebagian Ulama Yang Adil Sesungguhnya Menyebutkan

Bahwa Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab adalah salah seorang
*mujaddid*(pembaharu) abad dua belas Hijriyah. Mereka menulis
buku-buku tentang
beliau. Di antara para pengarang yang menulis buku tentang Syaikh adalah
Syaikh Ali Thanthawi. Beliau menulis buku tentang "Silsilah Tokoh-tokoh
Sejarah", di antara mereka terdapat Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dan
Ahmad bin 'Irfan.

Dalam buku tersebut beliau menyebutkan, akidah tauhid sampai ke India dan
negeri-negeri lainnya melalui jama'ah haji dari kaum muslimin yang
terpengaruh dakwah tauhid di kota Makkah. Karena itu, kompeni Inggris yang
menjajah India ketika itu, bersama-sama dengan musuh-musuh Islam memerangi
akidah tauhid tersebut. Hal itu dilakukan karena mereka mengetahui bahwa
akidah tauhid akan menyatukan umat Islam dalam melawan mereka.

Selanjutnya mereka mengomando kepada kaum Murtaziqah[*4*] agar mencemarkan
nama baik dakwah kepada tauhid. Maka mereka pun menuduh setiap muwahhid yang
menyeru kepada tauhid dengan kata wahabi. Kata itu mereka maksudkan sebagai
padanan dari tukang bid'ah, sehingga memalingkan umat Islam dari akidah
tauhid yang menyeru agar umat manusia berdo'a hanya semata-mata kepada
Allah. Orang-orang bodoh itu tidak mengetahui bahwa kata wahabi adalah
nisbat kepada Al-Wahhaab (yang Maha Pemberi), yaitu salah satu dari
Nama-nama Allah yang paling baik (Asma'ul Husna) yang memberikan kepadanya
tauhid dan menjanjikannya masuk Surga.

[Disalin dari kitab *Minhajul Firqah An-Najiyah Wat Thaifah Al-Manshurah*,
edisi Indonesia Jalan Golongan Yang Selamat, Penulis Syaikh Muhammad bin
Jamil Zainu, Penerjemah Ainul Haris Umar Arifin Thayib, Penerbit Darul Haq]*
*

Catatan:

1. Dia memohon pertolongan kepada Syaikh Sa'd yang dikuburkan di dalam
masjidnya.
2. *Orang-orang Salaf adalah mereka yang mengikuti jalan para
Salafus**Shalih. Yaitu Rasulullah Shallallahu ˜alaihi wa sallam, para
sahabat
**dan tabi'in
*
3. *Sebab yang terkenal dalam dunia Fiqih hanya ada empat madzhab,
Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hambali.
*
4. *Kaum Murtaziqoh yaitu orang-orang bayaran.*


[Non-text portions of this message have been removed]

------------------------------------

Kunjungilah www.swaramuslim.net untuk mengetahui berita-berita serta artikel-artikel terbaru tentang Islam

Untuk subscribe ke milis sabili kirim email kosong ke: sabili-subscribe@yahoogroups.com
Untuk unsubscribe dari milis sabili kirim email kosong ke: sabili-unsubscribe@yahoogroups.com

Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/sabili/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/sabili/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
sabili-digest@yahoogroups.com
sabili-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
sabili-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125

Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63

Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-

No comments:

Post a Comment