Friday, May 20, 2011

[Milis_Iqra] berita militer

Indonesia, Malaysia & Thailand Produksi Bersama Senapan Serbu M4

JAKARTA - Pemerintah Indonesia, Malaysia dan Thailand berencana melakukan kolaborasi produksi senapan penyerang tipe M4. Kolaborasi ini akan menjadi motor penggerak kolaborasi serupa yang akan dilakukan di seluruh negara-negara ASEAN.

Hal ini disampaikan oleh Menteri Pertahanan Malaysia, Ahmad Zahid Hamidi, pada konferensi pers di Jakarta, Jumat (20/5). Dia mengatakan produksi senapan penyerang M4 yang akan menggantikan senapan M15 ini akan menjadi produk kolaborasi negara-negara ASEAN yang pertama.

Kolaborasi ini adalah rencana pengembangan industri persenjataan ASEAN yang diusulkan dalam pertemuan ASEAN Defence Ministerial Minister (ADMM) kemarin di Jakarta.

"Ini adalah proyek pertama dan perintis dari proyek-proyek yang akan datang," ujar Hamidi.

Hamidi mengatakan bahwa kolaborasi pertahanan ini adalah proyek pemerintah, namun dalam pelaksanaannya akan bekerja sama dengan pihak swasta. Malaysia sendiri, ujar Hamidi, telah menunjuk sebuah perusahaan yang siap melakukan proyek yang memakan biaya hingga US$200 juta (Rp1,7 triliun) per negara.

Penentuan kapan proyek ini akan dimulai ditetapkan pada pertemuan antara perusahaan negara-negara bersangkutan yang akan dilakukan dalam waktu dekat. Pengerjaannya, jelas Hamidi, adalah dengan cara pengadaan komponen dari tiga negara dan dikerjakan di Indonesia.

Namun, tidak tertutup kemungkinan negara-negara ASEAN yang lainnya dapat ikut menjual komponennya dalam proyek ini.

"Untuk produksi tahun ini mungkin antara 20.000 sampai 50.000 laras senapan," ujar Hamidi.

Kolaborasi semacam ini, ujar Hamidi, akan menghemat pengeluaran pertahanan bagi negara-negara di ASEAN yang seluruhnya menghabiskan dana sekitar US$25 miliar (Rp213 triliun). Hal ini dikarenakan, dana yang biasanya dipergunakan untuk mengimpor senjata dari luar kawasan akan berputar di Asia Tenggara saja.

"Penghematannya bisa sampai US$12,5 miliar, dan pada 2030 target kita adalah penghematan hingga 50 persen," ujarnya.

Pesawat T-50 di Barter CN-235


CN-235 milik Senegal (kiri) dan Korea Coast Guard (kanan)

NUSA DUA - Indonesia dan Korea Selatan mematangkan rencana pertukaran atau barter pesawat latih militer buatan Korea Aerospace Industries, yakni T-50 Golden Eagle, dengan CN-235 buatan PT Dirgantara Indonesia. Pertukaran dinilai sebagai mekanisme perdagangan yang adil karena Korea Selatan dan Indonesia sama-sama tidak dirugikan.

"Saat ini sudah ada 10 unit CN-235 yang dipakai di seluruh Korea Selatan, sebagai pesawat militer, surveillance, serta penanganan bencana atau kedaruratan. Pada saat yang sama Korea Selatan juga menjual T-50 sehingga kalau dipertukarkan, akan menjadi kerjasama yang saling mendukung," tutur Staf Khusus Menteri Koordinator Perekonomian Amir Sambodo di Nusa Dua, Bali, Kamis (19/5), di sela-sela pertemuan Tujuh Kelompok Kerja Kerjasama Ekonomi Korea Selatan-Indonesia.

Menurut Amir, dalam pertukaran tersebut, pada tahap awal dapat diperjual belikan 2-4 unit tambahan CN-235. Meski demikian Amir tidak bersedia menyebutkan jumlah T-50 yang dapat dipertukarkan. "Harga jual CN-235 dengan spesifikasi pesawat surveillance diperkirakan mencapai 16 juta dollar AS. Setiap unit akan berlainan, harus disesuaikan spesifikasinya," ujarnya.

Sebelumnya Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa menawarkan pesawat CN-235 kepada Korea Selatan pada saat memberikan kata sambutan dalam acara pembukaan Pertemuan Kelompok Kerja. Korea Selatan merasa nyaman dengan CN-235. Hadir dalam acara tersebut Menteri Ilmu Pengetahuan Ekonomi Korea Selatan Choi Jung-Kyung. "Saat ini Korea Selatan memakai CN-235, kami tawarkan Korea mau menambah armada CN-235 lebih banyak lagi," katanya.

Sebelumnya, TNI AU sedang mempercepat penggantian Alutsista, terutama yang berusia 30 tahun atau lebih. Salah satunya adalah dengan mendatangkan pesawat T-50 Golden Eagle buatan Korea Selatan sebagai pengganti pesawat Hawk MK-53 dari Inggris (Kompas, 10/4).

Saat itu Kepala Staf TNI AU Marsekal TNI Imam Sufaat mengutarakan, penggantian alutsista itu sudah sesuai dengan instruksi Presiden dan persetujuan DPR.



RI - China Bahas Peningkatan Kerjasama Pertahanan



JAKARTA - Menteri Pertahanan Republik Indonesia Purnomo Yusgiantoro menerima kunjungan kehormatan Menteri Pertahanan China Jenderal Liang Guanglie, Kamis Sore (19/5) di Kantor Kementerian Pertahanan RI, Jakarta. Dalam kunjungan ini, kedua Menhan melakukan dialog bilateral membicarakan peningkatan hubungan kerjasama kedua negara khususnya kerjasama di bidang pertahanan yang telah terjalin erat selama ini.

Dialog bilateral kali ini adalah untuk menindaklanjuti yang telah diputuskan pada forum dialog yang telah dilaksanakan pada bulan Maret 2011 yang lalu, sekaligus dalam rangka mempererat hubungan pertahanan kedua negara.

Dalam dialog bilateral tersebut, Menhan RI menyampaikan rasa terimakasih kepada Menhan China bersama seluruh Delegasi China yang telah bersedia memenuhi undangan Indonesia dalam dialog bilateral Indonesia - China, hal tersebut menunjukan semangat kerjasama kedua negara dalam meningkatkan hubungan bilateral di bidang pertahanan.

Menhan RI berharap dialog ini dapat digunakan sebagai kesempatan untuk bertukar pikiran tentang beberapa isu dan mengeksplor potensi kerjasama yang dapat dikembangkan oleh kedua negara.

Lebih lanjut Menhan RI mengatakan, kerjasama pertahanan kedua negara sebenarnya sudah berlangsung cukup lama, hingga pada tahun 2006 telah dirintis forum konsultasi bersama yang pertama di Jakarta dan dilanjutkan dengan forum konsultasi bilateral kedua pada tahun 2007 di Beijing.

Menhan RI berpendapat forum tersebut sangat baik dan dapat membantu dalam meningkatkan hubungan kerjasama pertahanan kedua negara, yang telah dibuktikan dengan dilakukannya penandatangan Defence Cooperation Agreement (DCA) antara Indonesia-China pada tahun 2007.

Meskipun DCA tersebut masih dalam proses ratifikasi di Indonesia dan belum dapat diimplementasikan, namun Menhan RI mengharapkan forum konsultasi bilateral kedua negara dapat terus dilaksanakan sebagai wahana untuk meningkatkan hubungan bilateral bidang pertahanan kedua negara, sambil menunggu selesainya proses ratifikasi.

Menhan RI menyampaikan, sampai dengan saat ini banyak kemajuan dalam hubungan kerjasama pertahanan yang dilakukan kedua negara terutama dalam hal pertukaran pendidikan, pelatihan maupun dalam pengadaan Alutsista.

Dalam hal pendidikan, tercatat banyak kemajuan walaupun belum semua tawaran jenis pendidikan militer dapat dipenuhi oleh Indonesia. Tercatat siswa China yang belajar di Indonesia sudah ada peningkatan tidak hanya pada pendidikan setingkat Sesko, namun tahun ini juga ada yang mengikuti Lemhannas.

Menhan RI merasa dimasa mendatang kedua negara perlu untuk memperbanyak lagi kesempatan untuk mengikuti beberapa jenis pendidikan lain yang dapat diikuti oleh Siswa dari China untuk belajar di Indonesia maupun sebaliknya. “Di bidang pendidikan, Indonesia sangat serius untuk secara bertahap meningkatkan peluang kerjasama yang tersedia”, ungkap Menhan RI.

Sementara itu, sebagai upaya meningkatan kerjasama pertahanan kedua negara, beberapa kemungkinan kerjasama yang akan dilaksanakan antara lain meliputi kerjasama latihan antara pasukan khusus, kerjasama dalam menangani isu ancaman non-tradisonal seperti terorisme, kerjasama penanggulangan bencana dan kerjasama di bidang industri pertahanan.

Kerjasama Industri Pertahanan

Khusus mengenai kerjasama di bidang industri pertahanan, telah ditandatangani Memorandum of Understanding (MoU) antara Kemhan RI dengan SASTIND pada tanggal 22 Maret 2011 yang lalu di Jakarta.

Menhan RI berharap dengan telah ditandatanganinya MoU bidang industri pertahanan dan LoI yang menyertainya, maka diharapkan kerjasama bidang penagdaan Alutsista khususnya maupun kerjasama bidang logistic secara umum dapat meningkat dengan signifikan.

Selain pembicaraan mengenai peningkatan kerjasama pertahanan kedua negara, dalam kesempatan yang baik tersebut, Menhan RI juga menyampaikan kepada Menhan China bahwa saat ini Indonesia sedang membangun Peacekeeping Centre dengan proyek four in one-nya.

Menhan RI menyampaikan, Indonesia membuka peluang seluas-luasnya bagi China untuk dapat berpartisipasi aktif dalam berbagai pelatihan yang akan diselenggarakan maupun kerjasama dalam peningkatan capacity building yang masih sangat terbuka bagi kedua negara..

Turut mendampingi Menhan RI dalam dialog bilateral tersebut sebagai Delegasi Indonesia antara lain Wamenhan RI Sjafrie Sjamsoeddin, Sekjen Kemhan RI Marsdya TNI Eris Herryanto S.IP, MA, Staf Khusus Menhan Bidang Kersin Soemadi D.M. Brotodiningrat, Dirjen Strahan Kemhan Mayjen TNI Puguh Santoso, S.T, M.Sc, serta sejumlah pejabat Eselon I dan II di lingkungan Kemhan. Sementara itu, Menhan China didampingi sejumlah pejabat militer China.

Sebelum pelaksanaan dialog bilateral, kunjungan Menhan China ke Kemhan RI tersebut didahului dengan penyambutan melalui upacara jajar kehormatan oleh Menhan RI yang didampingi sejumlah pejabat di lingkungan Kemhan RI.

Menhan ASEAN Sepakati Lima Fokus Kerja Sama

JAKARTA - Menteri Pertahanan se-ASEAN sepakat untuk meningkatkan kerja sama pada lima bidang berdasar pola dan tantangan regional serta global mendatang.

Kelima fokus kerja sama itu adalah keamanan maritim, operasi penjaga perdamaian, peningkatan industri pertahanan, penanggulangan bencana dan bantuan kemanusiaan, dan program kerja tiga tahunan Menhan se-ASEAN.

Kesepakatan itu ditandatangani menteri pertahanan se-ASEAN usai melakukan pertemuan sehari di Jakarta, Kamis.

Untuk operasi penjaga perdamaian, anggota ASEAN sepakat membentuk ASEAN Peacekeeping Centres Network atau Jaringan Pusat-pusat Keamanan ASEAN.

"Jaringan ini memfasilitasi kerja sama dalam perdamaian antara semua anggota ASEAN," kata Menteri Pertahanan Indonesia, Purnomo Yusgiantoro.

Khusus untuk peningkatan industri pertahanan ASEAN, Menteri Pertahanan Malaysia Ahmad Zahid Hamidi meminta anggota ASEAN mulai meningkatkan kekuatan industri dan teknologi pertahanan untuk mengembangkan kolaborasi industri pertahanan se-Asia Tenggara atau ASEAN Defence Industry Collaboration (ADIC).

"Kolaborasi produk pertahanan akan sukses jika ada transfer teknologi serta penyediaan offset (suku cadang) antarnegara ASEAN. Kolaborasi ini juga memerlukan kebijakan politik masing-masing negara," ujar Hamidi.

Sementara itu, Wakil Menteri Pertahanan Singapura, Ng Eng Hen menambahkan konsep kolaborasi industri pertahanan amat cocok untuk kawasan ASEAN.

"ADIC sangat fleksibel, tidak mengikat, dan bersifat sukarela bagi setiap negara mengembangkan industri pertahanannya," katanya.

Mengenai penanggulangan bencana dan bantuan kemanusiaan, anggota ASEAN sepakat membangun ketahanan dalam menyiapkan tanggap bencana.

Semua negara sepakat mengintensifkan kerja sama praktis untuk operasi yang efektif dalam menggunakan aset militer untuk bantuan bencana.

Sedangkan program tiga tahunan membicarakan target dari kegiatan ADMM untuk periode 2011-2013.

ASEAN Defence Ministers Meeting

JAKARTA - Menhan RI Purnomo Yusgiantoro berjalan bersama Menteri Energi Brunei Darussalam YB Pehin Datu Singamanteri Col (Rtd) Dato Seri Paduka Hj Moh. Yasmin bin H. Umar, Menhan Kamboja General Tea Banh, Menhan Vietnam General Phung Quang Thanh, Second Minister for Defence Ng Eng Hen Singapura, dan Sekretaris Pertahanan Nasional Filipina Hon.Voltaire T. Gazmin menghadiri pembukaan ASEAN Defence Ministers Meeting di Balai Sidang Jakarta, Kamis (19/5). Rapat tersebut antara lain membahas isu-isu keamanan non-tradisional seperti terorisme, perompakan, dan imigran gelap serta penguatan keamanan kawasan ASEAN. FOTO ANTARA/Andika Wahyu/ed/mes/11.



Panglima TNI: Revitalisasi Tingkatkan Kemampuan Industri Pertahanan

JAKARTA - “Dalam periode kedua masa kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, beberapa kali telah menunjukkan keinginannya untuk merevitalisasi industri strategis pertahanan, guna mengembangkan kemampuan industri dalam negeri bagi kepentingan pembangunan ekonomi nasional.

Revitalisasi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan industri pertahanan nasional sekaligus memberikan kontribusi bagi kepentingan pembangunan ekonomi.”

Demikian dikatakan Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, S.E. pada acara Seminar Revitalisasi Industri Strategis yang diselenggarakan Harian Umum Sinar Harapan, Kementerian Pertahanan dan Perum LKBN Antara di Auditorium Adhiyana, Wisma Antara Lt II Jl. Medan Merdeka Selatan 17 Jakarta, Rabu (18/5). Seminar diselenggarakan dalam rangka menyongsong ASEAN Defence Minister’s Meeting yang akan dilaksanakan pada tanggal 19 – 20 Mei 2011.

Dalam Peraturan Pemerintah (PP) nomor 7 tahun 2008 tentang kebijakan umum pertahanan negara, memuat bahwa satu permasalahan aktual dalam penyelenggaraan pertahanan negara adalah rendahnya kondisi dan jumlah alat utama sistem persenjataan (alutsista), terkait dengan rendahnya pemanfaatan industri pertahanan nasional dan embargo oleh negara – negara produsen utama, untuk itu diperlukan percepatan terwujudnya kemandirian industri pertahanan.


Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro (kiri), Menteri Pertahanan Malaysia Ahmad Zahid bin Hamidi (tengah) dan Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono (kanan).FOTO ANTARA/Fanny Octavianus/11.

Dokumen Nota Kesepahaman antara Kementerian Pertahanan RI dan Kementerian Perindustrian RI serta Kementerian Negara BUMN tentang percepatan penggunaan alutsista produksi dalam negeri tahun 2006, merupakan komitmen bersama yang bisa memberikan harapan bagi terwujudnya industri pertahanan nasional. Namun demikian untuk mewujudkan hal tersebut Indonesia masih mengalami kendala yang diantaranya adalah keterbatasan anggaran negara, hal ini mendorong pemerintah untuk terus mengagendakan revitalisasi industri strategis nasional.

Menurut Panglima TNI, terdapat tiga catatan penting dalam revitalisasi industri strategis yang diarahkan bagi percepatan dan perluasan ekonomi.

Pertama, adalah revitalisasi industri dan potensi pertumbuhan pasar; kedua, horison industri nasional umumnya sering terjebak oleh target laba jangka pendek dan ketiga, revitalisasi yang mendasari semua aspek-aspek revitalisasi yaitu revitalisasi ketekunan dalam menjalin kerjasama antar lembaga, revitalisasi semangat, kemauan dan nasionalisme setiap pelaku nasional, para ahli dan peneliti, kalangan akademisi serta komponen terkait lainnya dalam memegang komitmen dan menegakkan disiplin termasuk komponen pengguna industri pertahanan yaitu TNI.

Revitalisasi tersebut merupakan kunci utama menuju pembangunan industri menuju pembangunan industri strategis dalam rangka percepatan dan perluasan ekonomi nasional.

 

Legal Disclaimer: The information contained in this message may be privileged and confidential. It is intended to be read only by the individual or entity to whom it is addressed or by their designee. If the reader of this message is not the intended recipient, you are on notice that any distribution of this message, in any form, is strictly prohibited. If you have received this message in error, please immediately notify the sender and delete or destroy any copy of this message

No comments:

Post a Comment