QS Muhammad 33
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul dan janganlah kamu merusakkan amal-amalmu.
2. [Arman] Tidak semua sahabat benar dan ini sudah sering saya publish termasuk
dalam buku ketiga saya yang lalu.
[whe~en] mungkin ada perbedaan istilah "shahabat" antara saya dengan mas Arman, yang jelas, saya hanya berusaha mengikuti sunnah Rasul :
"Dan tidak patut bagi laki-laki mukmin dan tidak pula bagi wanita mukminah, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan akan ada bagi mereka pilihan yang lain tentang urusan mereka. Dan barang siapa yang mendurhakai Allah da RasulNya maka sungguh dia telah sesat, sesat yang nyata." (Q.S. Al Ahzab: 36).
Mas Arman tentusaja boleh publish berkali kali soal shahabat Rasul, tetapi saya tetap memilih sunnah Rasul diatas.
3. [Arman] Beragama ini harus dengan kesadaran Mbak, dan kesadaran itu maksudnya
harus selalu Iqro. Bukan sekedar Nrimo ... apa yang saya sampaikan
pada thread ini adalah dalam kaitan kesini.
[Whe~en] mungkin ada perbedaan arti nrimo dan kesadaran antara saya dengan mas Arman.
Karena menurut saya, justru karena saya sadar, makanya saya nrimo dalam artian yang mungkin berbeda dengan mas Arman.
Lihatlah QS Al Ahzab 36 tersebut, Jika Allah dan Rasulnya sudah menetapkan, kita tidak boleh ada pilihan lain, harus menerima apa yang Allah dan Rasulnya tetapkan, inilah nrimo.
Ada saatnya kita ber-ikhtiar sekuat tenaga, sayangnya, apapun itu keputusan Allah kita harus menerimanya, nrimo lagi akhirnya, tentusaja setelah usaha.
Dan mas Arman pasti bisa menemukan ayat tentang takdir ini begitu banyak di Al Qur'an.
Apalagi ada sunnah bahwa ibadah yang diada adakan itu tertolak dan satu lagi bahwa rasulullah itu sebaik2nya panutan, jadi buat saya, buat apa saya cari panutan lainnya, atau buat apa saya mengada2kan ibadah yang tidak dicontohkan sedang ibadah yang dicontohkan saja belum tentu semua mampu saya lakukan.
Demikian juga penjelasan saya mas Arman.
http://wheen.blogsome.com/
"Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku." (QS 20 : 25-28)
"Ya Allah jadikan Aku hamba yang selalu bersyukur dan penyabar"
On Oct 28, 7:59 am, "Whe~en \(gmail\)" <whe.en9...@gmail.com> wrote:
> email ini gabungan buat mas Dani dan mas Arman
> ====================
> Buat mas Arman
> 1. [Arman] yang
> selalu saya jadikan sandaran adalah Al-Qur'an. Jadi bila al-Qur'an
> berkata iya, maka kenapa saya harus mentidakkannya ...
>
> [Whe~en] bedanya saya dengan mas Arman adalah saya berlandaskan Al Qur'an dan sunnah nabi, bukan Al Qur'an saja.
>
> Abu Hurairah mengatakan bahwa Rasulullah shollalahu 'alaihi wassalam bersabda: "Aku tinggalkan dua perkara untuk kalian. Selama kalian berpegang teguh dengan keduanya tidak akan tersesat selama-lamanya, yaitu Kitabullah dan Sunnahku. Dan tidak akan terpisah keduanya sampai keduanya mendatangiku di haudh (Sebuah telaga di surga,)." (HR. Imam Malik secara mursal (Tidak menyebutkan perawi sahabat dalam sanad) Al-Hakim secara musnad (Sanadnya bersambung dan sampai kepada Rasulullah ) - dan ia menshahihkannya-) Imam Malik dalam al-Muwaththa' (no. 1594), dan Al-HakimAl Hakim dalam al-Mustadrak (I/172).
>
[Arman] : :-) Tersenyum dulu ...
Pertama Mbak, saya bilang bahwa pendapat saya selalu saya acukan pada
Al-Qur'an karena :
1. Allah telah membuat suatu janji yang benar. Dan siapakah yang lebih
benar perkataannya daripada Allah (QS. An-Nisa' 4:122)
2. Kitab (al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi
mereka yang bertaqwa. (Qs. 2 al-Baqarah: 2)
Pointnya adalah : Saya selalu menjadikan kitabullah sebagai acuan
utama dan pertama saya dalam hidup (termasuk berpendapat), karena
nilai konsistensi serta validasinya yang lebih akurat dan tidak perlu
diperdebatkan (kecuali oleh mereka yang kafir/non muslim)
Tidak ada dalam al-Qur'an ayat yang shahih atau tidak shahih, ayat
yang mutawatir dan ayat yang dhaif sehingga nilai korelasinya akan
jauh lebih bisa dipertanggung jawabkan dan bisa dilakukan kroscek oleh
siapapun.
Kedua, Mbak.
Katakanlah (Muhammad):"Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-
rasul dan aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan
tidak (pula) terhadapmu.Aku tidak lain hanyalah mengikuti apa yang
diwahyukan kepaddaku dan aku tidak lain hanyalah seorang pemberi
peringatan yang memberi penjelasan". (QS. 46:9)
Konsekwensi dari ini, maka sayapun adalah pengikut sunnah Rasul.
Sunnah yang mana ? tentunya sunnah beliau yang mutawatir dan shahih
yang secara jelas tidak bertentangan dan tidak melampaui al-Qur'an.
Disini saya tidak menyatakan bahwa Rasul telah menyunnahkan hal-hal
yang bertentangan dengan al-Qur'an, tetapi kadang ada hadist-hadist
yang diatasnamakan kepada Rasul tetapi sebenarnya itu hanyalah buatan
atau rekayasa orang-orang diluar beliau. Sikap saya tentang hadis,
sudah Mbak Whe-En ketahui sendiri dan tidak perlu saya ulang lagi
disini panjang lebar.
Bahwa saya bukan orang yang anti sunnah tetapi juga bukan orang yang
fanatik buta terhadap apa yang disebut sebagai sunnah ... tidak semua
literatur hadis yang diriwayatkan oleh iman-imam hadis terkenal bisa
saya terima semuanya meskipun dinyatakan oleh umum itu adalah shahih,
dan seingat saya pada masa lalu sudah sangat sering saya perdebatkan
dimilis ini yang tentunya Mbak Whe-En sangat tahu itu. Contohnya mulai
dari status hadis **turunnya Nabi Isa**, **jebolnya mata malaikat yang
diutus untuk mencabut nyawa Nabi Musa** dan lain sebagainya.
Konteks : Hai orang-orang yang beriman, ta'atlah kepada Allah dan
ta'atlah kepada rasul dan janganlah kamu merusakkan (pahala) amal-
amalmu" (QS. 47:33), bukan berarti bahwa setiap apa yang diatasnamakan
sebagai sunnah, tanpa teliti dan kaji ulang lalu bisa diterima. Setiap
kita punya tanggung jawab terhadap Tuhan atas apa yang kita benarkan
atau apa yang kita salahkan. Saya tidak mau bertaklid pada orang lain
tanpa terlebih dahulu mengkajinya. Itulah saya.
> 2. [Arman] Dalam ayat 191 surah 3 yang ini tadi sudah jelas bahwa ** mengingat
> Allah atau Dzikrullah ** tidak hanya berarti ** mengucap Allahu Akbar
> dst saja ** tetapi ada penekanan pada aspek memikirkan fenomena dari
> kreasi Allah terhadap semua yang terjadi dalam hidup ini. Dengan kata
> lain, Dzikrullah pun adalah bagian lain dari Iqra atau pembelajaran.
>
> [Whe~en] kita lihat jika mas Dani mau menjawab pertanyaan saya diatas, adab berdzikir tersebut menurut mas Dani atau menurut siapa.
> Saya tidak berani menafsirkan Al Qur'an menurut pendapat saya, karena menurut saya, Al Qur'an ditafsirkan dengan Al Qur'an, Al Qur'an ditafsirkan dengan sunnah Nabi, menginjak yang ketiga saya baru mengambil pemahaman para sahabat yang langsung diajarkan oleh Nabi.
[Arman] :
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya
itu akan diminta pertanggunganjawabnya. (QS. 17:36)
Saya bukan orang yang taklid, Al-Qur'an menyuruh kita beragama dengan
ilmu.
Keterbatasan ilmu, kesempatan dan sebagainya bukanlah alasan buat kita
untuk berlaku taklid karena setiap kita dibekali otak untuk berpikir
dan mengkajinya.
Tidak semua sahabat benar dan ini sudah sering saya publish termasuk
dalam buku ketiga saya yang lalu.
Silahkan cari diarsip diskusi-diskusi saya yang pernah ada dimilis
ini ....
>
> 3. [Arman] Lalu apakah ini dianggap menghina Allah ? Jika ditanya pada saya, maka
> saya akan menjawabnya tidak. Tetapi ini pendapat saya, jika Mbak Whe-
> En atau siapapun punya pendapat berbeda, silahkan saja.
>
> [Whe~en] dalam thread ini sebenarnya saya tidak berpendapat apa2, keikutserataan saya dikarenakan saya ingat ada yang menyampaikan sunnah "jangan berfatwa tanpa ilmu karena akan sesat dan menyesatkan" maka saya ingin klarifikasi agar tidak ada yang tersesat.
>
> Pendapat saya pribadi, membaca ada dua dilafadzkan dan di dalam hati seperti niat adanya di dalam hati. Saya menemukan lafadz hamdalah di surat Al-Fatihah, jadi saya tidak berani memuji Allah di tempat yang saya anggap tidak layak.
> Sayangnya lagi agama ini bukan menurut pendapat saya, itulah kenapa saya minta klarifikasi.
[Arman] :
Beragama ini harus dengan kesadaran Mbak, dan kesadaran itu maksudnya
harus selalu Iqro. Bukan sekedar Nrimo ... apa yang saya sampaikan
pada thread ini adalah dalam kaitan kesini.
Coba Mbak Whe-En baca secara lebih perlahan dan teliti kalimat saya
sebelumnya ... ini saya ulangi lagi :
Dalam ayat 191 surah 3 yang ini tadi sudah jelas bahwa ** mengingat
Allah atau Dzikrullah ** tidak hanya berarti ** mengucap Allahu Akbar
dst saja ** tetapi ada penekanan pada aspek memikirkan fenomena dari
kreasi Allah terhadap semua yang terjadi dalam hidup ini. Dengan kata
lain, Dzikrullah pun adalah bagian lain dari Iqra atau pembelajaran.
>
> Demikian penjelasan saya mas Arman
>
[Arman] : Saya mengerti dan saya hargai Mbak ... inipun klarifiskasi
balik dari saya.
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---
No comments:
Post a Comment