> Saya pribadi selama bergaul dengan mereka (kaum salafi) tidak ada
> masalah.
> Tetapi jelas semua tergantung kita, mau membuka diri apa pura pura
> membuka diri tetapi memaksakan pandangan kita.
> Semua berawal dari pikiran kita, ketika menganggap sesuatu negatif,
> segala hal akan menjadi negatif dan sebaliknya.
> Menganggap positif menjadikan kita bisa menilai objectif, tergantung
> kita pilihan kemana
[Rosyid] :
Mungkin mbak wheen yang sudah lama berkenalan dengan orang slafi bisa
menceritakan kepada saya atau kita semua di milist ini bagaimana salafi?
khususnya yang ada di Indonesia supaya orang tidak berprasangka yang
aneh-aneh lagi tentang salafi. Saya hanya takut ketika kita hanya
mendengar cerita tentang suatu aliran, suatu golongan hanya dari
kulitnya maka akan menimbulkan persepsi yang berbeda, dan malah akan
menumbilkan perpecahan kalau orang tersebut tidak bisa arif dalam
menyikapinya.
> Saya punya pengalaman,
> Ketika ta'lim dengan mereka (salafi), tanpa sadar karena kebiasaan,
> saya menggunakan kaos kaki favorit saya, warna warni dengan lima
> kantong jari. Yang menjadi masalah tentusaja bukan itu, tetapi gambar
> di kaos kali saya seperti wajah orang.
> Seorang rekan dengan santun menanyakan apakah ada gambar tersebut,
> saya langsung sadar dengan salah satu hadits soal dilarangnya ada
> gambar makhluk hidup, dan saya tidak langsung marah karena toch rekan
> tersebut menanyakan dengan santun dan saya menjawab pula dengan santun
> bahwa saya selama ini tidak sadar dengan gambar gambar tersebut. Dan
> ta'lim ta'lim berikutnya kaos kaki bergambar tersebut tentusaja tidak
> saya gunakan karena sayapun menghormati saya ta'lim di lingkungan
> mereka.
>
> Ketika saya tidak ta'lim beberapa saat karena suatu keperluan, mereka
> menanyakan apakah terjadi sesuatu dengan saya? karena pada intnya
> bersaudara
>
> Pointnya: mereka mengingatkan saya dengan santun dan penuh perhatian.
> Hal tersebut tidak saya temui ketika ibu2 mengadakan yasinan, saya
> mengungkapkan bahwa saya kurang sreg dengan cara membaca bersama sama,
> tidak ada yang menyimak, tidak ada yang mengkoreksi,
> jawabannya adalah memaksa ikut karena diundang.
> (Kalau diundang itu mbok ya datang khawatirnya kalau kita ada acara ga
> didukung)
> Bagaimana mungkin ibadah koq ikut ikutan karena ga enak, bukannya
> berdasarkan dalil syar'i
> Ketika ikut kajian pun tahu tahu diadakan yasinan dengan alasan
> menunggu ustadzahnya, bersaut sautan, ga ada yang mengoreksi.
[Rosyid] :
Di kampung sayapun pengalamannya berbeda juga dengan mbak wheen. Dulu
saya punya tetangga salafi, saya kagum sekali karena ibadahnya istiqomah
(ini yang saya salut dengan salafi), kalau ada adzan langsung berangkat
ke masjid. Tapi memang ada beberapa sikap yang membuat orang-orang di
tempat saya merasa mereka eksklusif seperti ketika diundang rapat RT
nggak datang, ada kerja bakti ndak ikut, ketika ada moment 17-an
langsung dengan frontal bilang ke tokoh masyarakat, ke orang-orang
disitu bahwa itu nggak ada dalam ajaran Islam (bagi saya kalau itupun
benar, cara dakwahnya yang kurang pas), kalau bertamu ke rumahnya
kesannya seperti ada pilih-pilih tamu. Istrinya tidak pernah sama sekali
keluar rumah kecuali kalau ada acara di rekan-rekan salafinya.
> Jadi intinya menurut saya, kenalilah orang berbeda pandangan dengan
> kita dahulu, koreksi diri kita sendiri dahulu, jangan jangan diri
> kitalah yang tidak bisa menerima pandangan orang lain beda, tetapi
> menuduh mereka yang kaku.
[Rosyid]:
Dari saya pribadi tidak masalah dengan keyakinan mereka, saya masih
bergaul dengan baik kepada mereka, saya sering menjelaskan ke
orang-orang kampung (kadang di ngobrol bebas, atau ronda) bahwa mereka
tidak seperti yang orang bayangkan, tapi ya yang saya kadang menyesalkan
sikap mereka kok sepertinya pilih-pilih dalam bergaul, bahkan untuk
kegiatan sosial di masyarakat. Semoga mbak wheen bisa memberikan
informasi yang tepat.
kalau saya sendiri secara pribadi untuk masalah sosial ataupun keagamaan
saya akan ikut selagi saya mampu dan bisa, karena ya kita hidup tidak
sendiri di masyarakat, kita hidup bersama-sama di masyarakat. tetangga
kita adalah saudara dekat kita. Untuk masalah ibadah memang saya suka
pilih-pilih, kalau ada tahlilan atau 40 harian ya nggak pernah ikut, dan
mereka tahu kalau saya memang tidak sejalan dengan mereka kalau masalah
yang begituan, tapi saya tetep menghormati mereka,
Bagi saya tetap jaga silaturahmi walaupun berbeda keyakinan, tidak perlu
kaku sekali dalam berdakwah, mungkin bisa menggunakan cara-cara yang
soft ketika berhadapan dengan masyarakat yang lebih majemuk.
> Demikian dari saya
>
>
>
>
> On 6/23/10, Farhan Nabil Hawary <cangkedong@yahoo.co.id> wrote:
> Lain cerita di tempat Pak Tarno, lain pula cerita di tempat
> saya, Ya alhamdulillah kalau salafi di tempatnya mba
> Wahyuningsih, mereka penuh pengertian, saling membantu, tapi
> beda cerita di tempat saya....mereka itu(salafy) pendatang
> baru di lingkungan perumahan kami, masa gara2 masjid di tempat
> kami ada kaligrafinya, ee....dipermasalahkan...dikatain
> bid';ah, ya otomatis para pengurus merasa gerah dengan
> statement seperti itu, padahal sebelumnya belum pernah ada
> yang komplain dgn hiasan kaligrafi yang ada di mesjid kami.
> Namun akhirnya berkat bantuan apartur pemerintah, sesepuh
> kampung, para pengurus dan semua yang berkepentingan thdp
> mesjid di tempat kami, akhirnya mereka bisa dipertemukan dan
> di ajak musyawarah, yang akhirnya alhamdulillah menghasilkan
> kesepakatan, hiasan kaligrafi tetap dipertahankan, dan ikwan
> salafy tetap berjamaah di masjid bersama kelompok2 lain (Nu,
> Persis, Muhamadiyah) dgn tdk mengungkit2 lagi masalah
> kaligrafi. Demikian yang bisa saya share.... Wassalam,
> Farhan Nabil
> --- Pada Rab, 23/6/10, whe - en <whe.en9999@gmail.com>
> menulis:
>
>
> Dari: whe - en <whe.en9999@gmail.com>
> Judul: Re: [Milis_Iqra] Turki Setapak Menjadi Negara
> Adidaya?
> Kepada: milis_iqra@googlegroups.com
> Tanggal: Rabu, 23 Juni, 2010, 1:13 AM
>
>
>
>
>
> --
> Whe~en
> http://wheen.blogsome.com/
>
> "Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku
> urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka
> mengerti perkataanku." (QS 20 : 25-28)
> "Ya Allah jadikan Aku hamba yang selalu bersyukur dan penyabar"
> --
> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
> Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
> dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
>
> Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang
> berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
>
> Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
> Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
> Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
> Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
No comments:
Post a Comment