Rabu, 16 Juni 2010 13:50 WIB | Artikel | Resensi Buku | Dibaca 2638
kali
A.R. Loebis
Orang Jawa Jadi Teroris
(ANTARANews)
Para tokoh dan pelaku teror ternyata kebanyakan orang-orang Jawa, lalu
apa yang membuat itu bisa terjadi dan mengapa bisa demikian?
Prof Dr Bambang Pranowo dalam buku terbarunya "Orang Jawa Jadi
Teroris" menjawab dengan gamblang pertanyaan itu dengan mengatakan
bahwa orang Jawa itu mempunyai sifat "3 nga", yaitu ngalah, ngalih dan
ngamuk.
"Orang Jawa Jadi Teroris" sebenarnya ditulis pada 2007 di salah satu
media Ibukota tetapi kemudian menjadi judul buku bunga rampai yang
diterbitkan PT Anggaraksa Jaya Jakarta (2010) dengan pengantar Juwono
Sudarsono dan prolog Fachry Ali.
Bambang sebelumnya pernah menulis buku "Memahami Islam Jawa" terbitan
2009, terjemahan dari disertasinya "Creating Islamic Tradition in
Rural Java" untuk meraih gelar Ph.D di Universitas Monash, Australia,
pada 1991.
Tulisan tentang terosis Jawa itu sebenarnya jawaban untuk pertanyaan
dari Prof. Dr Azyumardi Azra, yang dalam satu diskusi menanyaka
mengapa belakangan ini teroris banyak dari daerah Jawa, bukan daerah-
daerah yang penduduknya bertemperamen keras seperti Sumatra dan
Sulawesi.
Dari fakta yang ada, teroris yang tertangkap polisi sejak tragedi bom
Bali I dan II, bom Poso, bom Kuningan, sampai bom Mariot, ternyata
asalnya dari Jawa, di antaranya Abu Dujana, Abu Irsyad, Amrozi, dan
Imam Samudera.
Bambang Pranowo, kelahiran Magelang 1947 dan kini menjabat Ketua
Yayasan Kesejahteraan Pendidikan dan Perumahan Departemen Pertahanan
RI, serta pengajar di berbagai perguruan tinggi, mengawali jawabannya
dengan memaparkan sifat orang Jawa di masa lalu.
Secara singkat ia membandingkan sifat Bung Karno (Jawa) yang
menggelegar dan Bung Hatta (Sumatra) yang lembut halus, kemudian Amien
Rais dan Sri Bintang Pamungkas, orang Jawa yang berani dan tidak takut
apa pun.
Bahkan di masa lalu, Diponegoro dan Kasman Singodimedjo amat berbeda
dari orang Jawa umumnya.
Bambang membandingkan karakter para tokoh berdarah Jawa itu dengan
karakter dalam wayang Pandawa Lima (Arjuna, Puntodewo, Werkudoro,
Nakula dan Sadewa), sebagai simbol para pemberani, mengatur strategi
perang dan diplomasi, serta tidak kenal kompromi.
"Orang Jawa umumnya lembut, akomodatif dan mudah bersahabat dengan
siapa pun, tetapi orang non Jawa perlu hati-hati menyikapi dan
memandang orang Jawa. Jangan sekali-kali meremehkan atau mengecewakan.
Kenapa? Karena orang Jawa punya filosofi tiga nga, ngalah, ngalih dan
ngamuk," kata Bambang, (hal.18).
Orang Jawa, katanya, suka ngalah untuk tujuan jangka panjang yang
menguntungkan, ini sisi lain dari sifat Puntodewo.
Tapi jika lawan masih keras, orang Jawa akan "ngalih" alias
meminggirkan diri demi mencari strategi agar menang. Ini karakter
Arjuna.
"Tapi jika terus didesak dan diinjak terus menerus, orang Jawa akan
ngamuk. Ini adalah karakter lain dari Werkudoro," kata staf peneliti
LP3S yang pernah menjadi rohaniawan di Tapol Pulau Buru dan salah satu
petinggi di Depag itu.
Ngamuk pada AS
Abu Dujana, Abu Irsyad, Amrozi dan teman-temannya adalah alumni
Afghanistan.
Di samping sebagai Jawa muslim, mereka mengalami gemblengan fisik,
psikis dan ideologis untuk perang melawan orang kafir.
Bagi mereka, penjajah Rusia di Afghanistan adalah kafir yang harus
diperangi. Setelah Rusia lenyap datanglah penjajah Amerika, yang amat
kuat dan punya "outlet bisnis dan ideologi" di mana-mana termasuk
Indonesia.
Hotel JS Marriott adalah "outlet ekonomi" AS di Jakarta, sementara
cafe dan diskotik di Bali adalah "outlet" budaya AS. Keduanya harus
dihancurkan, kata mereka.
Amrozi dkk meledakkan bom di Hotel Marriott Jakarta dan cafe di Kuta
Bali, karena mereka yakin tengah menghancurkan kekuatan Amerika.
Mengapa ngamuk?
Bambang menulis, mereka sudah amat tertekan, terdesak dan tertindas
oleh Amerika.
Sebagai orang Jawa, mereka sudah tidak punya pilihan ngalah dan ngalih
terhadap AS, sehingga mereka harus "ngamuk" atau perang terhadap AS
sampai titik darah penghabisan.
"Itulah sebabnya pengebom bunuh diri (suicide bombing) seperti
terlihat dalam CD mereka, dijuluki Noordin M Top sebagai syuhada atau
pahlawan," kata Bambang, yang juga mengajar Isu-isu kontemporer
keagamaan di Universitas Islam Jakarta.
Tetapi Bambang, dalam buku yang disunting Syaefudin Simon itu, amat
menyayangkan pandangan ideologi para teroris yang dinilainya amat
dangkal, radikal dan sempit.
"Indonesia bukanlah tempat pertempuran melawan AS. Mereka tidak
peduli, Indonesia bukan `daarul harb` atau negeri yang sedang
berperang melawan AS. Perbuatan mereka sudah menewaskan ratusan orang
tidak bersalah yang mayoritas beragama Islam," kata Bambang.
"Islam adalah esensi dan kata sifat. Ini artinya, banyak akhlak orang
dan bangsa lain, termasuk Amerika, yang lebih islami ketimbang akhlak
orang Afghanistan dan orang yang mengaku dirinya Islam," kata Bambang.
Dia mengimbau orang-orang seperti Abu Irsyad untuk berintrospeksi,
karena Nabi Muhammad pun dahulu kala menata kehidupan umat yang
plural.
Buku setebal 221 halaman ini ditiris dalam lima bab. Pada Bab I ada
tujuh artikel yang mengulas teroris dengan judul Mengenal Motivasi
Teroris, Terorisme Sambut Obama, Orang Jawa Jadi Teroris, Terorisme
Syunni dan Syiah: Debat Kecil di Kampung Santi, Misuari, Boim dan
Noordin, Bush, Terorisme dan Crusade serta Potret Buram Politik Islam.
Buku ini enak dibaca, sampai-sampai Prof Juwono Sudarsono dalam
pengantarnya dengan gamblang mengatakan, "Dalam buku ini Prof Bambang
berhasil menyorot keterkaitan antara terorisme, agama dan budaya,
khususnya di Indonesia."
Sementara Fachry Ali menilai buku ini sebagai usaha "membersihkan"
wajah Islam dari "noda" terorisme, bahwa Islam adalah agama damai dan
bahwa seluruh sumber gagasan terorisme berada di luar struktur ajaran
Islam. (*)
A008/H-KWR/AR09
COPYRIGHT © 2010
Ikuti berita terkini di handphone anda http://m.antaranews.com
Simpan dan akses berita ini dari HP anda dengan kode QR dibawah ini.
--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
No comments:
Post a Comment