Friday, August 27, 2010

[Milis_Iqra] Fwd: [Tauziyah] Kredibilitas dan Integritas, Karakter Sang Nabi....Benarkah Al-Quran itu Kalam Allah dan Kitab Suci?



---------- Forwarded message ----------
From: Nugroho Laison <nugon19@yahoo.com>
Date: 2010/8/27
Subject: [Tauziyah] Kredibilitas dan Integritas, Karakter Sang Nabi....Benarkah Al-Quran itu Kalam Allah dan Kitab Suci?
To: Muhammadiyah Society <Muhammadiyah_Society@yahoogroups.com>, Muhammadiyah Indonesia <Muhammadiyah-Indonesia@yahoogroups.com>, WarnaIslam yahoogroups <warnaislam@yahoogroups.com>, eramuslim yahoogroups <eramuslim@yahoogroups.com>, Mualaf Indonesia <mualafindonesia@yahoogroups.com>, Majelis Rasulullah <majelisrasulullah@yahoogroups.com>, Alumni Majelis Taklim Alkhowarizmi <alumni-mt@yahoogroups.com>, Muslim Binus <muslim_binus@yahoogroups.com>, Alumni AnNabaa <fadhil@yahoogroups.com>, Komunitas Tarbawi <tarbawi_community@yahoogroups.com>, tauziyah <tauziyah@yahoogroups.com>


 

ane publish ulang tulisan ini, dan tujukan utk para pencinta Nabi Muhammad saw...para pencinta ajaran yg disebar oleh beliau saw.

Dan agar jadi renungan bagi non-muslim yg menyelusup dlm milis kita, terlebih yg memprovokasi dan melakukan spam SARA.

Wassalam,




Nugon


Kebanyakan sumber permasalahan adalah cara berkomunikasi!!!

http://nugon19.blogs.friendster.com/my_blog/
http://nugon19.multiply.com/journal




DO U Muallaf – 8 – Kredibilitas dan Integritas, Karakter Sang Nabi

 

 

Sering kali orang akan bertanya tentang siapa pengajarnya, pencetusnya – jika diberitahukan sebuah ajaran, sebuah ide. Memang menilai sebuah paham tak bisa dilepaskan dari menilai kredibilitas dan integritas pembawanya.

 

Begitu pula ketika Muallaf mulai mengenal Islam, niscaya akan berusaha mengetahui siapa jati diri pembawanya – Sang Nabi. Muallaf akan menilai sejauh mana kredibilitas dan integritas pembawanya. Sehingga dapat merasa aman untuk berserah diri masuk dan menganut ajarannya tatkala tinggi kredibilitas pembawanya, berintegritas tinggi.

 

Berbicara Sang Nabi – Rasulullah Muhammad saw, adalah sesosok manusia paling populer sepanjang masa, yang selalu menuai banyak penilaian baik yang positif maupun negatif.

 

Bagaimana penilaian kita, dan mereka, terhadap Nabi Muhammad saw?

 

Berbicara tentang Nabi Muhammad saw, pasti akan bersinggungan dengan issue mental, pemikiran, moral dan prilaku beliau; issue kehidupan pribadinya dan caranya berkeluarga; issue tentang kepemimpinannya; issue tentang tindakan beliau di masa perang dan damai; issue caranya menangani kawan dan lawan; dan sebagainya. Kita berbicara Karakter Sang Nabi!

 

Dari topik-topik tersebut, orang akan menilai kredibilitas dan integritasnya. Sekali lagi akan dinilai Karakter Sang Nabi.

 

Penulis tidak akan berpanjang-lebar, akan memfokuskan beberapa aspek penilaian yang semoga menjadi bahan renungan serta alasan yang meyakinkan para Muallaf untuk memilih Islam sebagai jalan hidupnya, dan tetap berjalan diatasnya.

 

 

 

Keep Your Friends Close, and Keep Your Enemies Closer! Demikian ujaran berhikmah bertutur, bahwa harus lebih mendekati musuh ketimbang teman. Karena tiada boleh cacat melainkan akan dimanfaatkan oleh para musuh untuk menikam. Dan jika musuh memberikan penghargaan dan penghormatan, cenderung tulus, tidak ada kepentingan untuk mendapat keuntungan tertentuLain jika teman memberikan penghargaan dan penghormatan, bisa jadi tidak tulus, bisa jadi ingin mendapatkan keuntungan tertentu.

 

Aspek penilaian pertama yang perlu direnungkan oleh para Muallaf adalah bagaimana para musuh Nabi menilai Sang Nabi.

 

Perhatikan ayat berikut ini!

 

Sesungguhnya Kami mengetahui bahwasanya apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu, (janganlah kamu bersedih hati), karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, akan tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah (QS 6:33)

 

Dan kita juga bisa sambungan ayat tersebut, sebagai berikut:

 

Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Allah kepada mereka. Tak ada seorangpun yang dapat merobah kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Dan sesungguhnya telah datang kepadamu sebahagian dari berita rasul-rasul itu.

 

Dan jika perpalingan mereka (darimu) terasa amat berat bagimu, maka jika kamu dapat membuat lobang di bumi atau tangga ke langit lalu kamu dapat mendatangkan mukjizat kepada mereka (maka buatlah). Kalau Allah menghendaki, tentu saja Allah menjadikan mereka semua dalam petunjuk sebab itu janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang jahil

 

Hanya mereka yang mendengar sajalah yang mematuhi (seruan Allah), dan orang-orang yang mati (hatinya), akan dibangkitkan oleh Allah, kemudian kepadaNyalah mereka dikembalikan.

 

Dan mereka (orang-orang musyrik Mekah) berkata: "Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) suatu mukjizat dari Tuhannya?" Katakanlah: "Sesungguhnya Allah kuasa menurunkan suatu mukjizat, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui." (QS 6:34-37)

 

Permusuhan para penentang Nabi yang sebagian besar merupakan kerabatnya bukanlah konflik dan konfrontasi secara personal, tetapi lebih pada penentangan terhadap ajaran yang dibawanya atau gengsi dan kedengkian belaka.

 

Perhatikan beberapa riwayat kisah sejarah Sang Nabi dan Hadits Nabi berikut ini!

 

Abu Sufyan bin Harb, Abu Jahal bin Hisyam dan al-Akhnas bin Syariq malam itu pergi ingin mendengarkan Nabi Muhammad saw ketika sedang membaca Al-Quran di rumahnya. Mereka masing-masing mengambil tempat sendiri-sendiri untuk mendengarkan, dan tempat satu sama lain tidak saling diketahui. Nabi Muhammad saw yang biasa bangun tengah malam, malam itu juga ia sedang membaca Al-Quran dengan tenang dan damai. Dengan suaranya yang merdu itu ayat-ayat suci bergema ke dalam telinga dan kalbu.

 

Tetapi sesudah fajar tiba, mereka yang mendengarkan itu berpencar, pulang ke rumah masing-masing. Di tengah jalan, ketika mereka bertemu, mereka saling menyalahkan. Mereka saling berkata: "Jangan terulang lagi. Kalau kita dilihat oleh orang-orang yang masih bodoh, ini akan melemahkan kedudukan kita dan mereka akan berpihak kepada Muhammad".

 

Tetapi pada malam kedua, masing-masing mereka membawa perasaan yang sama seperti pada malam kemarin. Tanpa dapat menolak, seolah kakinya membawanya kembali ke tempat yang semalam itu juga, untuk mendengarkan lagi Nabi Muhammad saw membaca Al-Quran. Hampir fajar, ketika mereka pulang, bertemu lagi mereka satu sama lain dan saling menyalahkan pula. Tetapi sikap mereka demikian itu tidak menghalangi mereka untuk pergi lagi pada malam ketiga.

 

Setelah kemudian mereka menyadari, bahwa dalam menghadapi dakwah Nabi Muhammad saw itu mereka merasa lemah, berjanjilah mereka untuk tidak saling mengulangi lagi perbuatan mereka demikian itu. Apa yang sudah mereka dengar dari Nabi Muhammad saw itu, dalam jiwa mereka tertanam suatu kesan, sehingga mereka satu sama lain saling menanyakan pendapat mengenai yang sudah mereka dengar itu. Dalam hati mereka timbul rasa takut. Mereka kuatir akan jadi lemah, mengingat masing-masing adalah pemimpin masyarakat, sehingga dikuatirkan masyarakatnya pun akan jadi lemah pula dan menjadi pengikut Nabi Muhammad saw juga.

 

Setelah Abu Sufyan, Abu Jahal dan Akhnas selama tiga malam berturut-turut mendengarkan pembacaan Al-Quran, sebagaimana disebutkan di atas, Akhnas lalu pergi menemui Abu Jahal di rumahnya. "Abu'l-Hakam (Nama panggilan Abu Jahal), bagaimana pendapatmu tentang yang kita dengar dari Muhammad?" tanyanya kepada Abu Jahal.

 

"Apa yang kau dengar?" kata Abu Jahal. "Kami sudah saling memperebutkan kehormatan itu dengan Keluarga 'Abd Manaf. Mereka memberi makan, kami pun memberi makan, mereka menanggung kami pun begitu, mereka memberi kami juga memberi sehingga kami dapat sejajar dan sama cepatnya dalam perlombaan itu. Tiba-tiba kata mereka: "Di kalangan kami ada seorang nabi yang menerima wahyu dari langit." Bilamana kita akan menjumpai yang semacam itu? Tidak! Kami sama sekali tidak akan percaya dan tidak akan membenarkannya."

 

Kisah ini menguatkan QS 6:33, yang pada intinya sebenarnya para musuh Nabi tidak mengingkari karakter Nabi Muhammad saw, melainkan sebenarnya mengingkari ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw.

 

Kisah berikut ini juga menguatkan pernyataan QS 6:33.

 

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa suatu ketika setelah turun ayat:

"Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat" (QS 26:214)

Rasulullah saw. naik ke Bukit Shafa sambil berseru: "Mari berkumpul pada pagi hari ini!" Maka berkumpullah kaum Quraisy.

 

Rasulullah bersabda: "Bagaimana pendapat kalian, seandainya aku beritahu bahwa musuh akan datang besok pagi atau petang, apakah kalian percaya kepadaku?" Kaum Quraisy menjawab: "Pasti kami percaya." Rasulullah bersabda: "Aku peringatkan kalian bahwa siksa Allah yang dahsyat akan datang." Berkata Abu Lahab: "Celaka engkau! Apakah hanya untuk ini, engkau kumpulkan kami?"

 

Maka turunlah surat QS 111 - Surat Al Lahab sebagai berikut:

Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa.

Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan.

Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak.

Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar.

Yang di lehernya ada tali dari sabut.  (QS 111:1-5)

 

Surat ini turun berkenaan dengan peristiwa yang melukiskan bahwa kecelakaan itu akan terkena kepada orang yang memfitnah dan menghalang-halangi agama Allah.

(Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan lainnya yang bersumber dari Ibnu Abbas.)

 

Atau kisah berikut ini mungkin perlu kita simak juga, yaitu bagaimana musuh memberikan kesaksian yang adil di hadapan orang asing.

 

Hadis riwayat Abu Sufyan ra., ia berkata:

 

Aku berangkat ke Syam pada masa perdamaian Hudaibiah, yaitu perjanjian antara diriku dan Rasulullah saw.

 

Ketika aku berada di Syam, datanglah sepucuk surat dari Rasulullah saw. yang ditujukan ke Heraklius, Penguasa Romawi. Yang membawa surat itu adalah Dihyah Al-Kalbi yang langsung menyerahkannya kepada Penguasa Basrah. Selanjutnya, Penguasa Basrah menyerahkan kepada Heraklius.

 

Heraklius lalu bertanya: Apakah di sini terdapat seorang dari kaum lelaki yang mengaku sebagai nabi ini?

 

Mereka menjawab: Ya! Maka aku pun dipanggil bersama beberapa orang Quraisy lainnya sehingga masuklah kami menghadap Heraklius.

 

Setelah mempersilakan kami duduk di hadapannya, Heraklius bertanya: Siapakah di antara kamu sekalian yang paling dekat nasabnya dengan lelaki yang mengaku sebagai nabi ini?

 

Abu Sufyan berkata: Lalu aku menjawab: Aku. Kemudian aku dipersilakan duduk lebih dekat lagi ke hadapannya sementara teman-temanku yang lain dipersilakan duduk di belakangku.

 

Kemudian Heraklius memanggil juru terjemahnya dan berkata kepadanya: Katakanlah kepada mereka bahwa aku akan menanyakan kepada orang ini tentang lelaki yang mengaku sebagai nabi itu. Jika ia berdusta kepadaku, maka katakanlah bahwa ia berdusta.

 

Abu Sufyan berkata: Demi Allah, seandainya aku tidak takut dikenal sebagai pendusta, niscaya aku akan berdusta.

 

Lalu Heraklius berkata kepada juru terjemahnya: Tanyakan kepadanya bagaimana dengan keturunan lelaki itu di kalangan kamu sekalian?

 

Aku menjawab: Di kalangan kami, dia adalah seorang yang bernasab baik. Dia bertanya: Apakah ada di antara nenek-moyangnya yang menjadi raja?

 

Aku menjawab: Tidak.

 

Dia bertanya: Apa kamu sekalian menuduhnya sebagai pendusta sebelum dia mengakui apa yang dikatakannya?

 

Aku menjawab: Tidak.

 

Dia bertanya: Siapakah pengikutnya, orang-orang yang terhormatkah atau orang-orang yang lemah?

 

Aku menjawab: Para pengikutnya adalah orang-orang lemah.

 

Dia bertanya: Mereka semakin bertambah ataukah berkurang?

 

Aku menjawab: Bahkan mereka semakin bertambah.

 

Dia bertanya: Apakah ada seorang pengikutnya yang murtad dari agamanya setelah dia peluk karena rasa benci terhadapnya?

 

Aku menjawab: Tidak.

 

Dia bertanya: Apakah kamu sekalian memeranginya?

 

Aku menjawab: Ya.

 

Dia bertanya: Bagaimana peperangan kamu dengan orang itu?

 

Aku menjawab: Peperangan yang terjadi antara kami dengannya silih-berganti, terkadang dia mengalahkan kami dan terkadang kami mengalahkannya.

 

Dia bertanya: Apakah dia pernah berkhianat?

 

Aku menjawab: Tidak. Dan kami sekarang sedang berada dalam masa perjanjian damai dengannya, kami tidak tahu apa yang akan dia perbuat.

 

Dia melanjutkan: Demi Allah, aku tidak dapat menyelipkan kata lain dalam kalimat jawaban selain ucapan di atas.

 

Dia bertanya lagi: Apakah perkataan itu pernah diucapkan oleh orang lain sebelum dia?

 

Aku menjawab: Tidak.

 

Selanjutnya Heraklius berkata kepada juru terjemahnya:

 

Katakanlah kepadanya, ketika aku bertanya kepadamu tentang nasabnya, kamu menjawab bahwa ia adalah seorang yang bernasab mulia. Memang demikianlah keadaan rasul-rasul yang diutus ke tengah kaumnya.

 

Ketika aku bertanya kepada kamu apakah di antara nenek-moyangnya ada yang menjadi raja, kamu menjawab tidak. Menurutku, seandainya ada di antara nenek-moyangnya yang menjadi raja, aku akan mengatakan dia adalah seorang yang sedang menuntut kerajaan nenek-moyangnya.

 

Lalu aku menanyakan kepadamu tentang pengikutnya, apakah mereka orang-orang yang lemah ataukah orang-orang yang terhormat. Kamu menjawab mereka adalah orang-orang yang lemah. Dan memang merekalah pengikut para rasul.

 

Lalu ketika aku bertanya kepadamu apakah kamu sekalian menuduhnya sebagai pendusta sebelum dia mengakui apa yang dia katakan. Kamu menjawab tidak. Maka tahulah aku, bahwa tidak mungkin dia tidak pernah berdusta kepada manusia kemudian akan berdusta kepada Allah.

 

Aku juga bertanya kepadamu apakah ada seorang pengikutnya yang murtad dari agama setelah ia memeluknya karena rasa benci terhadapnya. Kamu menjawab tidak. Memang demikianlah iman bila telah menyatu dengan orang-orang yang berhati bersih.

 

Ketika aku menanyakanmu apakah mereka semakin bertambah atau berkurang, kamu menjawab mereka semakin bertambah. Begitulah iman sehingga ia bisa menjadi sempurna.

 

Aku juga menanyakanmu apakah kamu sekalian memeranginya, kamu menjawab bahwa kamu sekalian sering memeranginya. Sehingga perang yang terjadi antara kamu dengannya silih-berganti, sesekali dia berhasil mengalahkanmu dan di lain kali kamu berhasil mengalahkannya. Begitulah para rasul akan senantiasa diuji, namun pada akhirnya merekalah yang akan memperoleh kemenangan.

 

Aku juga menanyakanmu apakah dia pernah berkhianat, lalu kamu menjawab bahwa dia tidak pernah berkhianat. Memang begitulah sifat para rasul tidak akan pernah berkhianat.

 

Aku bertanya apakah sebelum dia ada seorang yang pernah mengatakan apa yang dia katakan, lalu kamu menjawab tidak. Seandainya sebelumnya ada seorang yang pernah mengatakan apa yang dia katakan, maka aku akan mengatakan bahwa dia adalah seorang yang mengikuti perkataan yang pernah dikatakan sebelumnya.

 

Dia melanjutkan: Kemudian Heraklius bertanya lagi: Apakah yang ia perintahkan kepadamu?

 

Aku menjawab: Dia menyuruh kami dengan salat, membayar zakat, bersilaturahmi serta membersihkan diri dari sesuatu yang haram dan tercela.

 

Heraklius berkata:

 

Jika apa yang kamu katakan tentangnya itu adalah benar, maka ia adalah seorang nabi.

 

Dan aku sebenarnya telah mengetahui bahwa dia akan muncul, tetapi aku tidak menyangka dia berasal dari bangsa kamu sekalian.

 

Dan seandainya aku tahu bahwa aku akan setia kepadanya, niscaya aku pasti akan senang bertemu dengannya.

 

Dan seandainya aku berada di sisinya, niscaya aku akan membersihkan segala kotoran dari kedua kakinya serta pasti kekuasaannya akan mencapai tanah tempat berpijak kedua kakiku ini.

 

Dia melanjutkan: Kemudian Heraklius memanggil untuk dibawakan surat Rasulullah saw. lalu membacanya. Ternyata isinya adalah sebagai berikut:

 

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Pemurah, dari Muhammad, utusan Allah, untuk Heraklius, Penguasa Romawi.

 

Salam sejahtera semoga selalu terlimpah kepada orang-orang yang mau mengikuti kebenaran.

 

Sesungguhnya aku bermaksud mengajakmu memeluk Islam. Masuklah Islam, niscaya kamu akan selamat. Masuklah Islam niscaya Allah akan menganugerahimu dua pahala sekaligus.

 

Jika kamu berpaling dari ajakan yang mulia ini, maka kamu akan menanggung dosa seluruh pengikutmu.

 

"Wahai Ahli Kitab, marilah kepada suatu kalimat ketetapan yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita mempersekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak pula sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain daripada Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang menyerahkan diri kepada Allah" (QS 3:64).

 

Selesai ia membaca surat tersebut, terdengarlah suara nyaring dan gaduh di sekitarnya. Lalu ia memerintahkan sehingga kami pun segera dikeluarkan.

 

Lalu aku berkata kepada teman-temanku ketika kami sedang menuju keluar: Benar-benar telah tersiar ajaran Ibnu Abu Kabasyah, dan sesungguhnya ia benar-benar ditakuti oleh Raja Romawi.

 

Abu Sufyan berkata: Aku masih terus merasa yakin dengan ajaran Rasulullah saw. bahwa ia akan tersiar luas sehingga Allah berkenan memasukkan ajaran Islam itu ke dalam hatiku. (Shahih Muslim)

 

Memang Nabi Muhammad sebelum diangkat menjadi Nabi dan mendakwahkan ajaran agama Allah, sungguh beliau adalah Al-Amin – Orang Yang TerpercayaIni terekam dalam kisah pembangunan Ka'bah sebagai berikut:

 

Pada waktu itu masyarakat sedang sibuk karena bencana banjir besar yang turun dari gunung, pernah menimpa dan meretakkan dinding-dinding Ka'bah yang memang sudah rapuk. Sebelum itu pun pihak Quraisy memang sudah memikirkannya. Tempat yang tidak beratap itu menjadi sasaran pencuri mengambil barang-barang berharga di dalamnya. Hanya saja Quraisy merasa takut; kalau bangunannya diperkuat, pintunya ditinggikan dan diberi beratap, dewa Ka'bah yang suci itu akan menurunkan bencana kepada mereka. Sepanjang zaman Jahiliah keadaan mereka diliputi oleh pelbagai macam legenda yang mengancam barangsiapa yang berani mengadakan sesuatu perubahan. Dengan demikian perbuatan itu dianggap tidak umum.

 

Tetapi sesudah mengalami bencana banjir tindakan demikian itu adalah suatu keharusan, walaupun masih serba takut-takut dan ragu-ragu. Suatu peristiwa kebetulan telah terjadi sebuah kapal milik seorang pedagang Ruum (Romawi) bernama Baqum yang datang dari Mesir terhempas di laut dan pecah. Sebenarnya Baqum ini seorang ahli bangunan yang mengetahui juga soal-soal perdagangan. Sesudah Quraisy mengetahui hal ini, maka berangkatlah al-Walid bin al-Mughirah dengan beberapa orang dari Quraisy ke Jeddah. Kapal itu dibelinya dari pemiliknya, yang sekalian diajaknya berunding supaya sama-sama datang ke Mekah untuk membantu mereka membangun Ka'bah kembali. Baqum menyetujui permintaan itu. Pada waktu itu di Mekah ada seorang Koptik (Mesir Qibti) yang mempunyai keahlian sebagai tukang kayu. Persetujuan tercapai bahawa diapun akan bekerja dengan mendapat bantuan Baqum.

 

Sudut-sudut Ka'bah itu oleh Quraisy dibagi empat bagian setiap kabilah mendapat satu sudut yang harus dirombak dan dibangun kembali. Sebelum bertindak melakukan perombakan itu mereka masih ragu-ragu, kuatir akan mendapat bencana. Kemudian al-Walid bin al-Mughirah tampil ke depan dengan sedikit takut-takut. Setelah ia berdoa kepada dewa-dewanya mulai ia merombak bagian sudut selatan. Tinggal lagi orang menunggu-nunggu apa yang akan dilakukan Tuhan nanti terhadap al-Walid. Tetapi setelah ternyata sampai pagi tidak terjadi apa-apa, merekapun ramai-ramai merombaknya dan memindahkan batu-batu yang ada. Dan Muhammad ikut pula membawa batu itu.

 

Setelah mereka berusaha membongkar batu hijau yang terdapat di situ dengan pacul, namun tidak berhasil, dibiarkannya batu itu sebagai fondasi bangunan. Dan gunung-gunung sekitar tempat itu sekarang orang-orang Quraisy mulai mengangkuti batu-batu granit berwarna biru, dan pembangunanpun segera dimulai. Sesudah bangunan itu setinggi orang berdiri dan tiba saatnya meletakkan Hajar Aswad yang disucikan di tempatnya semula di sudut timur, maka timbullah perselisihan di kalangan Quraisy, siapa yang seharusnya mendapat kehormatan meletakkan batu itu di tempatnya. Demikian memuncaknya perselisihan itu sehingga hampir saja timbul perang saudara karenanya. Keluarga Abdud-Dar dan keluarga 'Adi bersepakat takkan membiarkan kabilah yang manapun campur tangan dalam kehormatan yang besar ini. Untuk itu mereka mengangkat sumpah bersama. Keluarga Abdud-Dar membawa sebuah baki berisi darah. Tangan mereka dimasukkan ke dalam baki itu untuk memperkuat sumpah mereka. karena itu lalu diberi nama La'aqatud-Dam, yakni 'jilatan darah.'

 

Abu Umayyah bin al-Mughirah dari Bani Makhzum, adalah orang yang tertua di antara mereka, dihormati dan dipatuhi. Setelah melihat keadaan serupa itu ia berkata kepada mereka:

 

"Serahkanlah keputusan kamu ini di tangan orang yang pertama sekali memasuki pintu Shafa ini."

 

Tatkala mereka melihat Muhammad adalah orang pertama memasuki tempat itu, mereka berseru: "Ini al-Amin; kami dapat menerima keputusannya."

 

Lalu mereka menceritakan peristiwa itu kepadanya. Iapun mendengarkan dan sudah melihat di mata mereka betapa berkobarnya api permusuhan itu. Ia berfikir sebentar, lalu katanya: "Kemarikan sehelai kain," katanya. Setelah kain dibawakan dihamparkannya dan diambilnya batu itu lalu diletakkannya dengan tangannya sendiri, kemudian katanya; "Hendaknya setiap ketua kabilah memegang ujung kain ini."

 

Mereka bersama-sama membawa kain tersebut ke tempat batu itu akan diletakkan. Lalu Muhammad mengeluarkan batu itu dari kain dan meletakkannya di tempatnya. Dengan demikian perselisihan itu berakhir dan bencana dapat dihindarkan.

 

Quraisy menyelesaikan bangunan Ka'bah sampai setinggi lapan belas hasta (± 11 meter), dan ditinggikan dari tanah sedemikian rupa, sehingga mereka dapat menyuruh atau melarang orang masuk. Di dalam itu mereka membuat enam batang tiang dalam dua deretan dan di sudut barat sebelah dalam dipasang sebuah tangga naik sampai ke teras di atas lalu meletakkan Hubal di dalam Ka'bah.Juga di tempat itu diletakkan barang-barang berharga lainnya, yang sebelum dibangun dan diberi beratap menjadi sasaran pencurian.

 

Mengenai umur Muhammad waktu membina Ka'bah dan memberikan keputusannya tentang batu itu, masih terdapat perbedaan pendapat. Ada yang mengatakan berumur dua puluh lima tahun. Ibn Ishaq berpendapat umurnya tiga puluh lima tahun. Kedua pendapat itu baik yang pertama atau yang kemudian, sama saja; tapi yang jelas cepatnya Quraisy menerima ketentuan orang yang pertama memasuki pintu Shafa, disusul dengan tindakannya mengambil batu dan diletakkan di atas kain lalu mengambilnya dari kain dan diletakkan di tempatnya dalam Ka'bah, menunjukkan betapa tingginya kedudukannya dimata penduduk Mekah, betapa besarnya penghargaan mereka kepadanya sebagai orang yang berjiwa besar.

 

(dinukil dan dikompilasi dari: Sejarah Hidup Muhammad – Muhammad Husain Haikal, Sirah Nabawiyah – Syaikh Shafiyur-Rahman al-Mubarakfury)

 

Bukan jumawa, bukan sombong! Mohon cari dan beritahukan tokoh mana di dunia ini, terutama tokoh agama, yang mendapatkan penghormatan dan kesaksian dari para musuhnya sebagaimana yang didapatkan oleh Nabi Muhammad saw. Niscaya sulit jika tak boleh dikata mustahil!!

 

Apalagi karakter yang penuh kredibilitas dan integritas ini sudah diketahui khalayak sejak masih muda hingga dewasa, mulai dari masa sebelum diangkat sebagai Nabi hingga ke masa setelah diangkat sebagai Nabi. Jarang sekali tokoh-tokoh lain – terutama tokoh agama yang mempunyai kisah, pengakuan, dan karakter yang serupa atau mendekatinya.

 

 

Keanehan lain adalah banyak dari para musuh Nabi yang menitipkan harta-benda mereka kepada Nabi Muhammad saw. Coba katakan kepada dunia, tokoh mana yang ketika bermusuhan dengan sengit, masih diberikan kepercayaan untuk menjaga harta-benda mereka??? Tak usah berpikir lama, dan berusaha keras mencari jawabannya, penulis akan langsung jawab bahwa benar ada di dunia ini yang berlaku seperti demikian. Inilah orangnya: Nabi Muhammad saw.

 

Banyak ulasan sejarah menyatakan hal tersebut, terutama terkait dengan peristiwa Hijrahnya Nabi Muhammad saw dan Abu Bakar as-Shiddiq ra ke Madinah.

 

Pada saat itu Nabi Muhammad saw menunjuk Ali bin Abi Thalib ra untuk menggantikannya tidur di tempat peraduan Nabi adalah dengan 2 (dua) alasan, yaitu: pertama, sebagai kamuflase agar para teroris (penulis meminjam istilah `trendy` saat kini) yang ingin membunuh Nabi masih mengira bahwa Nabi masih tidur; dan kedua adalah agar Ali mengembalikan seluruh titipan harta-benda orang Mekkah yang mayoritas bermusuhan dengannya, sebagai perwujudan sikap amanah, rasa tanggung jawab terhadap titipan.

 

Tanya kenapa mereka tidak menitipkan kepada sanak-famili dan kerabat mereka sendiri! Tanya kenapa mereka menitipkan harta-bendanya kepada musuh yang sangat ingin mereka perangi dan bunuh itu!

 

 

Keunikan lain kalau tidak bisa dikatakan keanehan adalah diamnya atau relanya beberapa musuh ketika Nabi Muhammad saw. menjalin hubungan kekerabatan terhadap sanak-famili mereka, singkat kata ialah: berbesan! Sudah menjadi fakta dan bukti bahwa pernikahan Nabi Muhammad saw dengan beberapa istrinya memberikan banyak berkat dan hikmah, termasuk diantaranya adalah melunakkan sikap para musuhnya.

 

Kita sedang berbicara dengan masyarakat dan kebudayaan Arab pada abad 6 M, dimana perempuan dari kalangan terkemuka adalah simbol kehormatan suku atau kabilah.

 

Bila sang perempuan tersebut diculik, dianiaya, termasuk dinikahi dengan musuh yang mereka sangat perangi, maka akan berkobar perang dahsyat. Khusus untuk contoh terakhir – dinikahi musuh – bila dalam diri mereka terdapat kerelaan dan memandang baik karakter musuh yang akan menikahi anaknya, maka mereka akan berubah sikap. Minimal diam, bahkan akan mulai memperbaiki sikap. Karena tradisi bangsa Arab adalah menghormati hubungan perbesanan, dan memandang bahwa memusuhi keluarga besan merupakan suatu aib. Bila ragu, silahkan mempelajari sejarah dan kebudayaan Arab terutama sebelum abad 6 M.

 

Namun gembong musuh Nabi saat itu, yaitu Abu Sofyan bin Harb (yang akhirnya menjadi muslim pada peristiwa Fathu Makkah) diam –dalam kacamata Arab dapat diartikan sebagai rela – tatkala Nabi Muhammad saw menikah dengan Ummu Habibah – anak perempuan Abu Sofyan. Jika memang benar tak rela, maka pasti akan bergejolak perang dahsyat, walau sudah ada perjanjian damai.

 

Begitu pula yang terjadi tatkala Nabi Muhammad saw menikahi Ummu Salamah binti Abu Sofyan ra yang sekampung dengan Kholid bin Walid ra, juga tatkala Nabi Muhammad saw menikahi Maimunah binti Harits ra yang merupakan bibi dari Kholid bin Walid ra dari jalur Ibu. Sikap Kholid bin Walid ra diam, melunak, lalu mulai merenungi kebenaran dan kekuatan Islam. Dan akhirnya setelah peristiwa Umratul-Qodho dan pernikahan Nabi Muhammad saw dengan Maimunah ra, sang Pedang Allah – Kholid bin Walid ra masuk Islam.

 

Demikian sikap para musuh Nabi yang unik, yang akan sulit didapati dalam sejarah manapun.

 

 

 

 

Aspek penilaian yang berikutnya yang akan kita kaji adalah kesetiaan pengikutnya. Dalam sejarah, adalah langka untuk menyaksikan kesetiaan para pengikut terhadap tokoh utamanya semisal para shohabat – pengikut Nabi Muhammad saw.

 

Dalam Bible, di perjanjian lama, dapat kita temui kisah bahwa pengikut Nabi Musa as enggan berperang dengan penduduk Kanaan, bahkan bersikap tidak sopan. Alasannya takut. Padahal sudah begitu banyak mukjizat yang luar biasa telah mereka alami, sehingga Firaun dan bala tentaranya musnah. Dan sungguh Firaun dengan bala tentaranya lebih kuat dari penduduk Kanaan.

 

Masih di Bible, di perjanjian baru, dapat kita temu kisah bahwa pengikut setia Yesus (Nabi Isa as)  – para 12 murid, berlarian tatkala Yesus ditangkap. Bahkan salah satu pengikutnya berkhianat dan menjual Yesus agar ditangkap. Ini versi Bible.

 

Tapi jangan berharap akan kita temukan versi serupa dalam kisah sejarah Nabi Muhammad saw. Sekali-kali tidak akan.

 

Abu Bakar ra bisa saja menjual Nabi Muhammad saw kepada kaum kafir Quraisytatkala mereka berhijrah ke Madinah. Dan sungguh tak terbayangkan keuntungan duniawi yang akan didapatkan bila bisa membantu kaum kafir Quraisy melenyapkan Nabi. Tapijangan kan bermimpi, terlintas pun tidak!

 

Ketika banyak penduduk Madinah yang kehilangan sanak-famili mereka yang menjadi tentara dalam perang Uhud, mereka bersedih. Ini manusiawi! Tapi mereka lebih cemas, khawatir, dan sedih bila Nabi Muhammad saw mengalami sesuatu yang tidak diinginkan. Begitu mereka mengetahui kondisi Nabi Muhammad saw masih hidup, maka terucaplah kalimat yang ditulis dengan tinta emas dalam sejarah, kan abadi dalam perjalanan waktu....yaitu:

"Kullu Mushiibatin Ba'daka Julalu", yang artinya: "Asalkan Anda selamat, musibah yang lain terasa kecil".

Peristiwa yang menandingi ini sangat jarang tertulis dalam sejarah, sangat sulit kita dapati di perjalanan waktu manusia di muka bumi ini.

 

Asy-Syahiid Khubaib ra di penghujung ajalnya, tatkala akan dieksekusi oleh kaum kafir Quraisya....ketika ditanya Abu Sufyan, "Apakah kamu suka jika Muhammad berada di tengah-tengah kami untuk kami penggal lehernya, sedangkan kamu berada di tengah-tengah keluargamu?". Khubaib ra menjawab, "Demi Allah, aku tidak akan rela jika aku berada di tengah-tengah keluargaku, sementara Muhammad berada di suatu tempat tertusuk oleh duri."

 

Medan Perang Badar menjadi saksi tatkala pasukan Nabi Muhammad saw – kaum muslimin – akan menghadapi pasukan kaum kafir Quraisy yang beramunisi dan logistik lengkap, dengan jumlah yang banyak, padahal pasukan Nabi seadanya...bisa saja mereka mundur, bersikap abstain membiarkan Nabi berperang sendiri, atau mungkin juga berkhianat dan menyerahkan Nabi kepada kaum kafir Quraisy. Sekali lagi, jangankan bermimpi, terlintas pun tidak! Bacalah kisah patirotisme berikut, yang sungguh sulit dicari tandingannya:

 

Tatkala Rasulullah saw. bermusyawarah dengan para sahabat, memberitahukan tentang berita dari Quraisy. Maka, berdirilah Abu Bakar ra., beliau berbicara yang baik. Kemudian, berdirilah Umar bin Khatthab ra. dan beliau berbicara yang baik.

 

Lalu berdirilah Miqdad bin Amru seraya berkata, "wahai Rasulullah, majulah ke arah yang diperintahkan oleh Allah swt. kepada anda, karena kami akan selalu bersama anda. Demi Allah, kami tidak akan berkata seperti Bani Israil berkata kepada Musa, Mereka berkata: "Hai Musa, kami sekali-sekali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi mereka ada di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja." (QS 5:24).

 

Namun, bertolaklah Anda dan Tuhan Anda. Dan berperanglah, karena kami akan berperang bersama Anda dan Tuhan Anda. Demi Allah, yang telah mengutus Anda dengan kebenaran, seandainya Anda membawa kami ke Barkil Gamad' – yaitu suatu kota di Habasyah (Etiopia), maka kami bertahan dan bersabar bersama Anda untuk menuju kepadanya, hingga Anda mencapainya."

 

Kemudian Rasulullah saw. bersabda kepadanya dengan sabda yang baik dan mendo'akan kebaikan untuknya, "Berilah pendapat untukku wahai orang-orang!". Rasulullah saw. mengarahkan maksud beliau kepada orang-orang Ansar.

 

Setelah Rasulullah saw. menyatakan sabda tersebut, Sa'ad bin Mu'adz ra. Berkata, "Demi Allah, seolah-olah Anda menginginkan kami wahai Rasulullah saw.?"

 

Rasulullah saw. Bersabda, " benar".

 

Sa'ad bin Mu'adz ra. Berkata, "Kami telah beriman kepada Anda dan membenarkan Anda, dan kami telah bersaksi bahwa risalah yang Anda bawa dan emban adalah kebenaran dan haq. Kami juga telah memberikan sumpah dan janji kami kepada Anda, bahwa kami akan mendengar dan mentaati anda. Maka, majulah terus wahai Rasulullah saw. kemanapun Allah swt. menyuruh Anda.

 

Karena demi Allah, yang telah mengutus Anda dengan kebenaran. Seandainya Anda menyuruh kami untuk menceburkan diri kami ke dalam lautan ini dan Anda telah menceburkan diri ke dalamnya, maka kami pun akan ikut menceburkan diri kami ke dalamnya bersama Anda. Tidak akan ada seorang pun yang tertinggal.

 

Kami tidak akan takut dan benci bertemu dengan musuh-musuh kami besok. Karena sesungguhnya, kami adalah orang-orang yang sabar dan bertahan dalam perang, jujur ketika bertempur, dan semoga Allah swt. menampakkan kepada Anda apa yang menyenangkan hati Anda. Maka bertolaklah bersama kami dengan keberkahan dari Allah swt.".

 

Sungguh kadang tak terasa air mata bergulir, berjalan menyusuri pipi ini tatkala membaca dan membayangkan kisah ini. Kesetiaan pengikut Nabi – para shohabat – mencerminkan betapa agung dan luhur akhlak Nabi Muhammad saw. Betapa sempurna karakternya, berintegritas dan kredibilitas tinggi.

 

 

 

 

Aspek penilaian yang terakhir perlu kita renungi adalah bagaimana membalas perlakuan musuh ketika mempunyai kekuasaan dan kesempatan untuk membalas.

 

Jangan kau katakan si Fulan, si Anu, John Doe....memang pemurah, pemaaf...kalau belum pernah dimusuhi dan disakiti sedemikian rupa dengan dahsyatnya oleh para musuhnya...lalu suatu saat roda berputar...Ia mempunyai kekuasaan, musuh takluk tak berdaya di depannya, lalu dengan mudahnya ia maafkan. Apalagi bukan hanya satu atau dua orang, bukan segelintir orang musuhnya, melainkan suatu kaum, penduduk dalam jumlah yang amat besar. Dan permusuhan itu telah berlangsung lama, bertahun-tahun. Bukan hanya harta terampas, bahkan darah telah tertumpah, dan kehormatan telah terinjak.

 

Tapi sekali lagi penulis bisa dengan mudahnya menunjukkan siapa orang yang telah berhasil melakukan hal itu. Dialah yang berakhlak agung nan mulia, dan yang memberikan pujian adalah langsung dari Allah – Tuhan Semesta Alam:

Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS 68:4)

 

Tatkala Fathu Makkah – Pembebasan Kota Mekkah dari kekuasaan kaum kafir Quraisy...kaum kafir Quraisy telah berbaris menunggu di dalam Masjidil Haram – sekitar Ka'bah, menunggu apa yang hendak Nabi Muhammad saw lakukan. Kalau kita berbicara tradisi bangsa Arab....bukan hanya Arab, tapi juga suku bangsa lainnya di Dunia tatkala itu, hampir bisa dipastikan pembantaian massal, atau perbudakan dan pembuangan. Tidak ada opsi yang menggembirakan, tinggal memilih kematian atau kehinaan.

 

Tapi Nabi Muhammad saw bersabda, "Wahai kaum Quraisy, menurut pendapat kalian, tindakan apakah yang hendak kuambil terhadap kalian?"

 

Mereka menjawab, "Tentu yang baik-baik, wahai saudara yang mulia dan putra saudara yang mulia."

 

Beliau saw bersabda, "Kukatakan kepada kalian seperti yang dikatakan Yusuf kepada saudara-saudaranya, 'Pada hari ini tidak ada cercaan terhadap kalian.' (QS 12:92) Pergilah! Kalian semua bebas."

 

Inilah jawaban, sikap, dan keputusan Nabi Muhammad saw!

 

Sejarah kemudian mencatat, bahwa kaum muslimin yang taat selalu mengikuti trend yang dimulai oleh Nabi Muhammad saw dalam setiap berperang, bahkan dengan pengaku penganut agama lain. Kita bisa lihat salah satu contohnya, yaitu kebesaran Sholahuddin Al-Ayyubi dalam perang Salib, yang bahkan seterunya,  Raja Richard the Lion Heart mengakuinya.

 

Kita juga melihat, bahwa Nabi Yusuf as melakukan hal ini kepada para saudaranya yang telah berkomplot untuk membuangnya. Inilah sikap moyang Bani Israil yang mulia, semestinya banyak dari penganut agama Yahudi meneladaninya. Namun sayangnya, para Zionis yang membawa panji nama Israel dan mengaku (hanya mengaku) beragama Yahudi lebih memilih meniru sikap saudara-saudara Nabi Yusuf as, bahkan lebih tidak terpuji!

 

 

 

 

Mengapa masih ragu?? Boleh jadi ada kisah atau sikap yang mungkin tak sesuai sreg – tidak sesuai keinginan. Tapi mustahil tak setuju atau pun tak membenarkan. Pasti orang yang waras, berhati nurani, berpikiran lurus, memberikan pengakuan terhadap keagungan karakter Sang Nabi – Nabi Muhammad saw, sosok luhur dengan karakter agung, penuh kredibilitas dan integritas iniBeberapa alasan utama telah penulis utarakan, dan banyak buku lain yang menjabarkan lebih terperinci. Silahkan menyelidikinya sendiri.

 

Muallaf – anda dan kita –akan merasa aman berserah diri kepada ajaran Agama Allah – Islam, karena bukan hanya ajarannya saja yang sempurna, pembawanya pun berkarakter sempurna, penuh kredibilitas dan integritas.

 

Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS 3:31)

 

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS 33:21)

 

Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (QS 33:56)

 

 

 

 


 

 

 

Dari Muallaf, Oleh Muallaf, Untuk Muallaf

 

Dan seperti ucapan sahabat 'Abdullah ibnu Mas'ud ra., penulis pun mengikutinya:

Ini adalah pendapat dan curahan hati penulis semata.

Jika benar, maka itu dari petunjuk Allah swt.

Jika salah, maka itu dari diriku dan dari bisikan setan, sedangkan Allah swt dan Rasulullah saw bebas dari padanya.

 

 

 





DO U Muallaf – 7 – Benarkah Al-Quran itu Kalam Allah dan Kitab Suci?

 

 

Selalu ada keraguan untuk keluar dari `comfort zone` - zona kenyamanan…nyaman dengan atribut agama dan keyakinan yang dipeluk sekarang, nyaman dengan kehidupan saat ini…yah setidaknya baik-buruknya sudah kita jalani sejauh ini.

 

Kenapa harus mengevaluasi, membandingkan, dan mencari suatu agama dan keyakinan yang lebih baik? Apa mungkin ada agama dan keyakinan yang lebih baik? Bisa jadi yang kita cari mungkin lebih buruk dari yang sekarang kita pegang dan kita jalani.

 

Pada akhirnya besar kemungkinan keraguan dan pertanyaan seperti ini akan menghantarkan kita pada topik terkait Kitab Suci. Apa benar Al-Quran, Kitab Suci yang akan atau sedang kita pelajari ini benar-benar Kitab Suci dan Kalam Allah?

 

Walau mungkin lebih baik dari Kitab Suci agama yang sedang kita anut, atau agama terdahulu yang pernah kita anut…Bagaimana bila ternyata Kitab ini juga `produk` sebagaimana Kitab-kitab yang lain? Bagaimana bila Kitab ini tidak `manipulation-proof` - anti manipulasi, sebagaimana Kitab-kitab yang lain pernah alami?

 

Bagaimana dan bagaimana? Apakah pertanyaan ini wajar?

 

Dalam tingkatan tertentu, menurut penulis, ini pertanyaan yang cukup wajar diajukan oleh para muallaf.

 

Sekarang...Apa dan Siapa yang akan menjawab pertanyaan ini?

 

Kembali penulis menyerahkan kepada Al-Quran agar Kalam Allah inilah yang langsung menjawab segala pertanyaan dan keraguan terhadapnya. Bersiapkah kita para muallaf mendengarkannya?

 

Sesuatu bisa dikatakan orisinal – asli, tidak ada duplikasi ataupun imitasi – peniruan, hanya bila bersifat unik, tidak bisa ditiru atau dibuat ulang kecuali oleh penciptanya. Sesuatu dikatakan Kalam Allah, Kitab Suci, bila sempurna, suci dari cela, suci dari cacat, suci dari pertentangan.

 

Begitulah Al-Quran! Silahkan siapapun yang ragu, buatlah semisal Al-Quran!

 

Tidaklah mungkin Al Quran ini dibuat oleh selain Allah; akan tetapi (Al Quran itu) membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Tuhan semesta alam.

 

Atau (patutkah) mereka mengatakan "Muhammad membuat-buatnya." Katakanlah: "(Kalau benar yang kamu katakan itu), maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang yang benar." (QS 10:37-38)

 

Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain."  (QS 17:88)

 

Ataukah mereka mengatakan: "Dia (Muhammad) membuat-buatnya." Sebenarnya mereka tidak beriman.

 

Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal Al Quran itu jika mereka orang-orang yang benar.  (QS 52:33-34)

 

Maka tatkala datang kepada mereka kebenaran dari sisi Kami, mereka berkata: "Mengapakah tidak diberikan kepadanya (Muhammad) seperti yang telah diberikan kepada Musa dahulu?." Dan bukankah mereka itu telah ingkar (juga) kepada apa yang telah diberikan kepada Musa dahulu?; mereka dahulu telah berkata: "Musa dan Harun adalah dua ahli sihir yang bantu membantu." Dan mereka (juga) berkata: "Sesungguhnya kami tidak mempercayai masing-masing mereka itu."

 

Katakanlah: "Datangkanlah olehmu sebuah kitab dari sisi Allah yang kitab itu lebih (dapat) memberi petunjuk daripada keduanya (Taurat dan Al Quran) niscaya aku mengikutinya, jika kamu sungguh orang-orang yang benar." (QS 28:48-49)

 

Baiklah, kita tak sanggup bukan?! Jika tak sanggup, tantangan diturunkan ke level 10 (sepuluh) surat saja.

 

Bahkan mereka mengatakan: "Muhammad telah membuat-buat Al Quran itu", Katakanlah: "(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar."

 

Jika mereka yang kamu seru itu tidak menerima seruanmu (ajakanmu) itu maka ketahuilah, sesungguhnya Al Quran itu diturunkan dengan ilmu Allah, dan bahwasanya tidak ada Tuhan selain Dia, maka maukah kamu berserah diri (kepada Allah)? (QS 11:13-14)

 

Masih tak sanggup?? Diturunkan hanya 1 (satu surat) saja.

 

Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.

 

Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya) - dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir. (QS 2:23-24)

 

Pasti tak sanggup! Kenapa? Sebab benar Al-Quran ini adalah dari Allah semata!

 

Al-Quran bukan produk manusia! Al-Quran bukan syair gubahan, bukan pula mantra tenung sihir, bukan inspirasi perkataan setan, bukan pula senda-gurau belaka!

 

Sesungguhnya Al Quran itu adalah benar-benar wahyu (Allah yang diturunkan kepada) Rasul yang mulia, dan Al Quran itu bukanlah perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kamu beriman kepadanya.

 

Dan bukan pula perkataan tukang tenung. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran daripadanya.

 

Ia adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan semesta alam. (QS 69:40-43)

 

Sesungguhnya Al Quran itu benar-benar firman yang memisahkan antara yang hak dan yang bathil. Dan sekali-kali bukanlah dia senda gurau. (QS 86:13-14)

 

Dan Al Qur'an itu bukanlah perkataan syaitan yang terkutuk (QS 81:25)

 

Dan Al Quran itu bukanlah dibawa turun oleh syaitan-syaitan.

 

Dan tidaklah patut mereka membawa turun AL Quran itu, dan merekapun tidak akan kuasa.

 

Sesungguhnya mereka benar-benar dijauhkan daripada mendengar Al Quran itu. (QS 26:210-212)

 

Bahkan pembawanya – Rasul Allah, Nabi Muhammad saw pun tiada kuasa dan kemampuan sedikit pun untuk merubah Al-Quran, apalagi menggubah Al-Quran.

 

Seandainya dia (Muhammad) mengadakan sebagian perkataan atas (nama) Kami, niscaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan kanannya.

 

Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya.

 

Maka sekali-kali tidak ada seorangpun dari kamu yang dapat menghalangi (Kami), dari pemotongan urat nadi itu. (QS 69:44-47)

 

Dan apabila kamu tidak membawa suatu ayat Al Quran kepada mereka, mereka berkata: "Mengapa tidak kamu buat sendiri ayat itu?" Katakanlah: "Sesungguhnya aku hanya mengikut apa yang diwahyukan dari Tuhanku kepadaku. Al Quran ini adalah bukti-bukti yang nyata dari Tuhanmu, petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman." (QS 7:203)

 

Bahkan mereka mengatakan: "Dia (Muhammad) telah mengada-adakannya (Al Quran)." Katakanlah: "Jika aku mengada-adakannya, maka kamu tiada mempunyai kuasa sedikitpun mempertahankan aku dari (azab) Allah itu. Dia lebih mengetahui apa-apa yang kamu percakapkan tentang Al Quran itu. Cukuplah Dia menjadi saksi antaraku dan antaramu dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

 

Katakanlah: "Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul dan aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak (pula) terhadapmu. Aku tidak lain hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dan aku tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan." (QS 46:8-9)

 

 

Memang Al-Quran adalah Kalam Allah! Sempurna, suci dari cela, suci dari cacat, suci dari pertentangan. Sehingga tiada alasan lagi untuk ragu terhadap Al-Quran.

 

Katakanlah: "Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Quran itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)." (QS 16:102)

 

Yang tidak datang kepadanya (Al Quran) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.(QS 41:42)

 

Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya. (QS 4:82)

 

Turunnya Al-Quran yang tidak ada keraguan di dalamnya, (adalah) dari Tuhan semesta alam. (QS 32:2)

 

Dan Kami turunkan (Al Quran) itu dengan sebenar-benarnya dan Al Quran itu telah turun dengan (membawa) kebenaran. Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. (QS 17:105)

 

Ok, Al-Quran memang Kalam Allah, tapi siapa yang menjamin Al-Quran tidak dapat dimanipulasi sebagaimana Kitab-kitab terdahulu?  Al-Quran menjawab tidak akan mungkin ada yang bisa memanipulasinya, sebagaimana ayat berikut:

 

Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Quran) sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merobah robah kalimat-kalimat-Nya dan Dia lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS 6:114-115)

 

Dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu kitab Tuhanmu (Al Quran). Tidak ada (seorangpun) yang dapat merobah kalimat-kalimat-Nya. Dan kamu tidak akan dapat menemukan tempat berlindung selain dari padaNya. (QS 18:27)

 

Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (QS 15:9)

 

Bahkan jikalau semua mushaf Al-Quran musnah, atau terdapat salah tulis, salah cetak, maka tetap terjaga dalam dada orang yang berilmu, terjaga dalam hafalan!

 

Sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim. (QS 29:49)

 

Dan memang terbukti kebenaran pernyataan ayat ini sejak Nabi Muhammad saw masih hidup, dan seterusnya hingga kini. Al-Quran terjaga karena tradisi Qiraah dan Tahfidh Al-Quran yang begitu mendarah-daging dan berurat-akar di kehidupan umat Islam, terutama di kalangan para pewaris nabi – ulama. Selain itu juga didukung pemeliharaan sanad - periwayatan dan persaksian pada saat pembelajaran Qiraah, berikut juga tradisi penjagaan tulisan mushaf Al-Quran.

 

Al-Quran adalah satu-satunya Kitab Suci, bahkan mungkin buku, yang telah dikenal dan diketahui oleh umat manusia, yang paling sering dibaca, dan dihafal, serta dikaji oleh jutaan manusia. Mustahil ada usaha manipulasi Al-Quran baik sengaja maupun tidak disengaja yang lolos dari pengamata umat Islam.

 

Tunggu, masih ada keraguan...mungkinkah Al-Quran merupakan ajaran orang lain? Mungkinkah Al-Quran menjiplak dari kitab-kitab terdahulu?

 

Al-Quran tidak pernah menjiplak dari kitab dan ajaran pihak lain. Al-Quran adalah wahyu Allah.

 

Perlu diketahui bahwa sepanjang sejarah abad 5-6 Masehi, orang-orang Arab merupakan komunitas yang mayoritasnya buta huruf (ummi), juga mayoritas menganut kepercayaan paganisme – penyembahan terhadap berhala.

 

Tiada kitab agama apapun yang utuh tertulis lengkap dalam Bahasa Arab, dan dipublikasikan ataupun diajarkan secara massal kepada masyarakat Arab secara umum, khususnya di Hijaz. Apalagi agama-agama terdahulu tidak diajarkan dalam Bahasa Arab.

 

Tradisi tulisan bukanlah hal yang umum, tetapi tradisi lisan dan hafalan merupakan sesuatu yang umum, bahkan kebanggaan di kalangan masyarakat Arab pada saat itu.

 

Sedang Al-Quran adalah Kalam Allah yang nyata dalam Bahasa Arab yang jelas. Dan ajaran Islam merupakan suatu hal yang asing, sebab jika tidak, tentulah tidak akan terjadi penentangan yang begitu dahsyat terhadap Nabi Muhammad beserta ajaran Islam, dan tentu juga terhadap Al-Quran.

 

Perhatikan Firman Allah dan hadits berikut untuk menunjukkan bahwa masyarakat Arab adalah ummi – buta huruf, buta baca dan tulis.

 

Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata,

 

dan (juga) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS 62:2-3)

 

Ibnu Umar r.a. mengatakan bahwa Nabi saw. bersabda, "Sesungguhya kami adalah umat yang ummi, tidak dapat menulis dan menghisab (menghitung bulan). Sebulan itu demikian dan demikian, yakni sekali waktu dua puluh sembilan hari, dan sekali waktu tiga puluh hari." (Shohih Bukhori)

 

Bahkan Nabi Muhammad saw belum pernah membaca dan menulis suatu Kitab apapun! Nabi Muhammad saw belum pernah mengetahui konsep dan ajaran sejenis agama dan keyakinan tertentu yang saat itu sudah ada di berbagai belahan bumi.

 

Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al Quran) sesuatu Kitabpun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu Kitab dengan tangan kananmu; andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang yang mengingkari(mu).(QS 29:48)

 

Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (QS 42:52)

 

Al-Quran diturunkan dalam Bahasa Arab yang terang, jelas, dan nyata sehingga mustahil meniru, menyerap atau menjiplak dari Kitab-kitab lain yang berbahasa non-Arab.

 

Dan sesungguhnya Kami mengetahui bahwa mereka berkata: "Sesungguhnya Al Quran itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad)." Padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya bahasa 'Ajam, sedang Al Quran adalah dalam bahasa Arab yang terang. (QS 16:103)

 

Bahkan para ahli agama (ulama) – pendeta dan rahib dari agama-agama terdahulu pun mengetahui kebenaran Al-Quran dan pembawanya – Nabi Muhammad saw, yaitu bahwa: ajarannya diturunkan di kalangan Arab, kalangan ummi. Sehingga ada sebagian mereka yang beriman kepada Al-Quran dan Nabi Muhammad saw.

 

Dan sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas.

 

Dan sesungguhnya Al Quran itu benar-benar (tersebut) dalam Kitab-kitab orang yang dahulu.

 

Dan apakah tidak cukup menjadi bukti bagi mereka, bahwa para ulama Bani Israil mengetahuinya?

 

Dan kalau Al Quran itu Kami turunkan kepada salah seorang dari golongan bukan Arab, lalu ia membacakannya kepada mereka (orang-orang kafir); niscaya mereka tidak akan beriman kepadanya.

 

Demikianlah Kami masukkan Al Quran ke dalam hati orang-orang yang durhaka. (QS 26:192-200)

 

Dan demikian (pulalah) Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran). Maka orang-orang yang telah kami berikan kepada mereka Al Kitab (Taurat) mereka beriman kepadanya (Al Quran); dan di antara mereka (orang-orang kafir Mekah) ada yang beriman kepadanya. Dan tiadalah yang mengingkari ayat-ayat kami selain orang-orang kafir.

 

Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al Quran) sesuatu Kitabpun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu Kitab dengan tangan kananmu; andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang yang mengingkari(mu).

 

Dan orang-orang kafir Mekah berkata: "Mengapa tidak diturunkan kepadanya mukjizat-mukjizat dari Tuhannya?" Katakanlah: "Sesungguhnya mukjizat- mukjizat itu terserah kepada Allah. Dan sesungguhnya aku hanya seorang pemberi peringatan yang nyata."

 

Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah menurunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) sedang dia dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya dalam (Al Quran) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman. (QS 29:47-51)

 

Jadi sejauh mana keraguan kita terhadap Al-Quran terkikis? Jika masih ragu, ingatlah bahwa kelak kita akan melihat kebenaran Al-Quran dari berbagai macam kesaksian, dan Allah-lah sebaik-baik saksi, sebagaimana pernyataan berikut:

 

Katakanlah: "Bagaimana pendapatmu jika (Al Quran) itu datang dari sisi Allah, kemudian kamu mengingkarinya. Siapakah yang lebih sesat daripada orang yang selalu berada dalam penyimpangan yang jauh?"

 

Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu? (QS 41:52-53)

 

Al Quran ini tidak lain hanyalah peringatan bagi semesta alam. Dan sesungguhnya kamu akan mengetahui (kebenaran) berita Al Quran setelah beberapa waktu lagi (QS 38:87)

 

 

Alam semesta juga membenarkan Al-Quran, maka mengapa masih ragu? Mau contoh?

 

Sebelumnya penulis tegaskan dulu bahwa Al-Quran bukanlah kitab sejarah, bukanlah kitab ilmu pengetahuan alam, serta kajian keimuan lainnya.  Al-Quran Kalam Allah diturunkan sebagai pedoman hidup, penunjuk kepada jalan yang lurus dan kebenaran.

 

Tetapi Al-Quran Kalam Allah mempunyai keunikan – tepatnya kesesuaian antara pernyataan ayat-ayat Al-Quran dalam berbagai majaz, dengan temuan serta kesimpulan yang ilmiah lagi obyektif, yang merupakan hasil kajian sejarah, ilmu pengetahuan alam dan kajian keilmuan yang lainnya. Fenomena ini telah disebutkan Al-Quran sendiri dalam QS 41:52-53 dan QS 38:87.

 

 

Di zaman dahulu, sampai Abad Pertengahan, kesusasteraan merupakan fokus umat manusia. Di zaman itu pula kajian kesusasteraan begitu hebat, dan manusia pada saat itu - terutama di jazirah Arab. Dan mereka terpana dan terpesona oleh kedahsyatan dan keindahan Al-Quran.

 

Bahkan orang kafir Quraisy di zaman Rasulullah saw pun walaupun ingkar terhadap ajaran Al-Quran, tetap memuji keagungan dan kedahsyatan sastra yang terkandung dalam Al-Quran.

 

Begitulah kekuatan dan keindahan Al-Quran, dalam bahasanya, terutama dalam majaz-majaznya. Al-Quran telah menjawab tantangan sastra di masa itu, bahkan sebaliknya tantangan Allah dalam Al-Quran agar manusia membuat yang serupa dengan Al-Quran tidak bisa dan tidak akan pernah bisa terpenuhi.

 

Bahkan hanya dengan menyebutkan satu atau beberapa huruf saja, manusia dapat dengan mudah mengenali bahwa itu adalah Al-Quran. Kitab suci dan buku manakah yang mempunyai kekuatan dan keunikan seperti Al-Quran?

 

Kitab mana yang disebut 1 huruf saja, seumpama: Nuun, Qaaf; atau 2 huruf saja:   Thaa Haa, Haa Miim; atau 3 huruf saja: Alif Laam Miim, langsung membuat pendengarnya terpesona, jatuh cinta, selalu teringat pada keagungannya - seolah langgamnya tak lepas dari benak dan selalu terngiang-ngiang di telinga, bahkan seolah ajarannya tervisualisasi begitu nyata? Itulah Al-Quran, bukan yang lain.

 

 

Kini, di era modern ini – era Iptek, kajian keilmuan terutama sekali ilmu pengetahuan alam dan teknologi begitu dahsyat, menjadi fokus dan urat nadi kehidupan umat manusia masa kini. Maka tentulah akan sangat mengusik hati nurani, mengimbas pada akal pikiran, bilamana kita temukan kesesuaian hasil kajian ilmiah dengan pernyataan yang terdapat dalam dokumen-dokumen atau kitab-kitab yang telah ditulis di masa lampau – masa dimana kajian keilmuan tidak sepesat dan secanggih sekarang. Dan itulah yang akan kita temukan ketika membaca Al-Quran. Pernyataan ayat-ayatnya dengan berbagai macam majaznya yang begitu indah ternyata mempunyai kesesuaian dengan hasil kajian ilmiah, kajian keilmuan masa kini.

 

Ada banyak kesesuaian kajian ilmiah dengan pernyataan Al-Quran, kendati sekali ditegaskan Al-Quran bukan kitab kajian keilmuan, melainkan pedoman hidup dan petunjuk ke jalan yang lurus dan kebenaran.

 

Ini adalah kehendak Allah, bahwa di zaman dimana keilmuan menjadi barometer utama manusia, disitu ilmu Allah dan Kalam Allah jauh melebihi keilmuan manusia, dan jauh lebih dulu tahu serta paham. Ini wajar, karena Sang Maha Pencipta pastilah sangat paham dan mengetahui seluk-beluk ciptaannya. Dan dengan fenomena ini pula, manusia paham dan sadar bahwa benar Al-Quran Kalam Allah, bukan jiplakan dari kitab-kitab yang lain, baik kitab keagamaan maupun dongeng dan mitos masa lampau.

 

Jadi sekali lagi, alam semesta ini juga membenarkan Al-Quran, maka mengapa masih ragu? Mau contoh?

 

Penulis nukilkan sedikit saja contoh, namun bila tertarik, bisa mencari kajian-kajian yang fokus terhadap fenomena ini, seperti buku karangan Harun Yahya, atau buku karangan Maurice Bucaille – seorang ahli bedah Perancis - yang berjudul (dalam bahasa Indonesia): "Bible, Quran, dan Sains Modern".

 

Contoh sejarah yang menguatkan Al-Quran adalah kisah pengejaran Fir'aun beserta balatentaranya terhadap Nabi Musa as. dan Bani Israil, sampai mereka melintasi laut, dan berakhir dengan tenggelamnya Fir'aun beserta balatentaranya, serta selamatnya Nabi Musa as. beserta Bani Israil.

 

Ada kalangan yang meragukan kisah ini, terutama kaum sekuler dan atheis. Kisah ini dianggap mitos. Namun tatkala diadakan penelitian terhadap mumi penguasa Mesir, dan beberapa fakta sejarah lain yang terkait beserta beberapa cerita kuno Mesir, maka jelaslah bahwa kisah Firaun ditenggelamkan adalah benar. Terutama sekali bukti sejarah berupa mumi dari Fir'aun yang dapat ditemukan dan dapat kita lihat hingga sekarang. Ini dikuatkan oleh firman Allah berikut:

 

Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir'aun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Fir'aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: "Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)."

 

Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.

 

Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami. (QS 10:90-92)

 

Contoh temuan Geologi yang menguatkan kebenaran Al-Quran bahwa adanya gunung di permukaan bumi justru sebagai salah satu mekanisme menstabilkan permukaan bumi.

           

Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan memperkembang biakkan padanya segala macam jenis binatang. Dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik. (QS 31:10)

 

Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka dan telah Kami jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk. (QS 21:31)

 

Masih di temuan Geologi, di era modern ini baru diketahui bahwa lapisan permukaan bumi berjalan, bergeser secara perlahan-lahan dari posisi awalnya. Ini telah dijelaskan 14 Abad lalu oleh Allah dalam Al-Quran sebagai berikut:

 

Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS 27:88)

 

Kajian modern Oceanologi membuktikan samudera yang saling terhubung, dan lautan yang saling menyatu pada hakikatnya merupakan bagian yang terpisah, bagian yang berbeda. Ini diketahui setelah menganalisa suhu, warna, dan kepekatan kadar larutan yang terkandung dalam air dari beberapa lautan, juga dari hasil foto satelit dan penelitan dasar laut. Ternyata temuan kita ini telah didahului 14 Abad lalu oleh ayat berikut:

 

Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, di antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (QS 55:19-21)

 

Atau kajian fisika modern tentang spektrum cahaya dan efek optik – efek cahaya melewati benda tertentu seperti kaca, cermin, dan air – yang menjadi usang setelah merenuni beberapa ayat dalam QS 24 – Surat An-Nuur, yang sudah diajarkan sejak 14 Abad lalu.

 

Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS 24:35)

 

Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun. (QS 24:40)

 

Cahaya yang seolah hanya sejenis dan sewarna, ternyata hakikatnya adalah kumpulan cahaya yang saling tumpang-tindih, berlapis-lapis, dengan spektrum dan panjang gelombang yang berbeda-beda.

 

Hal ini bisa diketahui antara lain dengan menganalisa cahaya yang melewati prisma kaca, dan juga air. Khusus untuk cahaya yang menyelami lautan, akan muncul efek `kegelapan berlapis-lapis`. Setiap kita menyelam, makin dalam ke dasar lautan, maka akan ada cahaya yang terurai dan terserap, sehingga timbul kesan menghilang atau gelap.

 

Kemudian dari ayat QS 24:40 juga telah diterangkan adanya fenomena ombak di dalam lautan yang saling tumpang-tindih. Fenomena ini muncul akibat perbedaan suhu, kepekatan kadar larutan, dan efek spektrum cahaya di dalam lautan.

 

Fenomena ini baru diketahui oleh para ilmuwan pada awal Abad 20, tertinggal sekitar 13 Abad dari pernyataan Al-Quran. Sedangkan sebelum Abad 20, manusia tidak mengira dan tiada pula menyangka bahwa di dalam lautan terdapat ombak diatas ombak, termasuk orang Arab sendiri – kaum dimana Al-Quran turunkan dan bahasanya dipakai. Mereka menganggap kata "ombak yang diatasnya ombak pula" dalam QS 24:40 hanyalah sekedar kiasan atau majaz. Darimana Al-Quran tahu fenomena ini bila tidak dari Allah Sang Maha Pencipta?

 

 

Itulah segelintir dari segudang bukti penguat kebenaran Al-Quran sehingga keraguan kita terhapuskan, dan kita dengan tenang, lapang dada, suka rela dan sukacita menerima Al-Quran, membacanya, memahaminya, menghayatinya lalu mengamalkan serta mengajarkan kepada yang lain.

 

 

Maka, di akhir tulisan ini, di persimpangan jalan ini...ada pertanyaan menarik untuk kita semua. Mau kemana kita melangkah?

 

Maka ke manakah kamu akan pergi? (QS 81:26)

 

Maka tirulah Nabi Ibrahim as, pergi menghadap Tuhan, meminta dan mengikuti petunjuk-Nya.

 

Dan Ibrahim berkata:"Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Tuhanku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku. (QS 37:99)

 

Dan petunjuk itu adalah Al-Quran! Petunjuk untuk menempuh jalan yang lurus, untuk kembali dan bertemu dengan-Nya.

 

Al Quran ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini. (QS 45:20)

 

Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. (QS 3:138)

 

Al Qur'an itu tiada lain hanyalah peringatan bagi semesta alam, (yaitu) bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus. (QS 81:27-28)

 

Dan memohonlah kepada Allah agar kita dapat menempuh jalan-Nya yang lurus, sesuai petunjuk-Nya, sebab semua tiada terjadi kecuali atas kehendak-Nya.

 

Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam. (QS 81:29)

 

Berdoalah, agar ditunjuki jalan yang lurus, dan dikehendaki menempuh jalan yang lurus dengan ketaatan terhadap perintah dan petunjuk-Nya, sebagaimana firman berikut:

 

Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.

 

Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. (QS 1:5-7)

 

....orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh...(QS 4:69)

 

 

 

 

Dari Muallaf, Oleh Muallaf, Untuk Muallaf

 

Dan seperti ucapan sahabat 'Abdullah ibnu Mas'ud ra., penulis pun mengikutinya:

Ini adalah pendapat dan curahan hati penulis semata.

Jika benar, maka itu dari petunjuk Allah swt.

Jika salah, maka itu dari diriku dan dari bisikan setan, sedangkan Allah swt dan Rasulullah saw bebas dari padanya.

 

 


__._,_.___
Recent Activity:
*************************************
Mau belajar Al-Islam dan berita2 sekitar dunia Islam ?? silahkan klik disini : tauziyah-subscribe@yahoogroups.com  Atau mau melihat artikel sebelumnya silahkan kunjungi web-site kami : www.tauziyah.com
.

__,_._,___

--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
 
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
 
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-

No comments:

Post a Comment